Lima belas

362 138 24
                                    

Didalam sebuah kelas yang biasanya sepi seperti tidak ada kehidupan karena ulah sang pemilik aura suram yang biasanya menyebabkan kesunyian itu belum juga kunjung tiba. Membuat kelas tersebut terlihat sedikit aga berwarna akibat celotehan beberapa antar murid yang sedang asyik berbincang bersama teman temannya, bergosip ria saling bersahut sahutan suara tawa terkadang memasuki gendang telinga setiap insan yang berada disana ikut menimpali.

Namun sayangnya suasana hangat tersebut hanya berjalan sementara, sebelum orang itu menghancurkan keadaan harmonis yang baru saja tercipta beberapa saat lalu.

"Berisik." Suara menusuk dari seseorang yang baru datang dipintu masuk membuat mereka semua terdiam secara spontan menatap takut takut kepada sang empunya.

Selalu seperti ini!

Tidak ada yang berani membuka suara, barang sedikitpun untuk bernafas saja rasanya sulit. Tentu mereka mengenali suara itu. Hei ayolah siapa lagi jika bukan Jo si laki laki yang amat membenci kegaduhan. Jonathan menginjakan kelas keadaan langsung berubah hening, seolah memang tak ada yang bisa menyepelekan aura yang dibawa lelaki itu, mereka sibuk mengumpat dalam hati terkutuklah mereka menjadi teman sekelas silelaki tampan tersebut.

Sang empu menyimpan tas diatas meja, kemudian duduk memasang airpods ditelinganya sembari membuka buku tanpa memperdulikan apapun.

Andrew juga menyusul Jo dibelakang, menggeleng gelengkan kepala akan mereka yang begitu patuh pada temannya itu. Ya Andrew satu kelas, yang membedakan hanya keduanya tidak duduk bersama, jika Andrew duduk bersama teman laki lakinya yang lain. Jo temannya tersebut lebih memilih duduk sendiri karena memang itulah tujuan demi kedamaiannya, bangku disamping harus dibiarkan tetap kosong tak mengijinkan satu pun mahluk berada disana.

Ditempat sama, tetapi diruangan kelas yang berbeda kini Nessa sedang berdiri menatap sesuatu cukup mengganggu dimatanya. Bunga? Tanpa nama, terdapat lagi bunga mawar merah satu tangkai berpita hitam diatas mejanya beserta sebuah catatan, perempuan itu merasa seperti baru saja diletakkan.

Siluet tajam perempuan tersebut mengamati sekitar dengan wajah tanpa ekspresinya. Nessa juga merasa dirinya akhir akhir ini sering diikuti, namun ia tak peduli selama orang itu tidak bertindak yang mampu merugikannya.

Hi selamat pagi!
Hari ini terlihat mendung, ya? Tapi kali ini rasanya aku akan tetap bersemangat sekedar menyapa embun, untuk menyampaikan pesanku kepada sosok perempuan amat sangat cantik yang setia menampilkan wajah tak ramahnya.

Nessa meremasnya. Kaki jenjang itu melangkah keluar masih menggantung tasnya disebelah pundak, bunga serta kertas tersebut dilempar begitu saja tanpa menyadari tatapan sendu dari seorang laki laki berdiri beberapa langkah dibelakangnya, secara naluri sang lelaki itu mundur perlahan berbalik.

Rafael menyugarkan rambutnya datang dari arah koridor depan menatap lurus memperhatikan Nessa yang tengah membuang sesuatu? Ia mendekat berniat menyapanya.
"Wehh lagi ngapain beb? Sendiri aja, ngelamunin apaan?"

Oh god guys tunggu! Kalian tidak lupa kan dengan laki laki player satu ini? Si fakboinya bandung itu loh.

RAFAEL IMMANUEL. Mereka biasa memanggilnya El. Dia social butterfly tipe yang memiliki banyak kenalan dimana mana bertebaran temannya, mudah mengakrabkan diri. Bahkan ia tercatat sepanjang sejarah menjadi salah satu siswa paling badung di Zervard, apalagi kini gabung bersama circle Xavier makin tidak terkontrol pergaulannya, you know lah Xavier kumpulan para manusia setengah setan dengan segala kebejatan yang ada.

"Duh ngeri kesambet gue." Jek teman lelaki itu berujar ikut menimpali.

"Kesambet setan?" Sambung Felix.

Jek mencetus membalas temannya kembali.
"Iya, setannya elo."

Nessa tanpa banyak kata menoleh tangannya terjulur mengadahkan kepada Rafael. Membuat laki laki tersebut paham langsung mengambil sesuatu disaku celananya, menyimpan sebuah permen karet ditelapak tangan perempuan itu. El mengerti apa yang Nessa minta tanpa memberi taunya, memiliki lingkup pertemanan dengan anak anak xavier cukup membuatnya hafal akan kebiasaan satu sama lain.

VANESSAWhere stories live. Discover now