Dua belas

315 157 12
                                    

Mobil mewah berwarna hitam mengkilap baru memasuki gerbang tinggi sekolah menengah atas Zervard. Membuat Siswa siswi disana sontak memusatkan pandangannya saat Gisel turun dari kursi kiri menutup pintu mobilnya. Tak berapa lama sebuah kaki jenjang putih mulus seputih porselen menyusulnya dari bagian kanan kursi belakang kemudi, Nessa keluar tasnya tergantung pada bahu sebelah sembari meniup meletupkan permen karetnya dengan santai.

Keduanya berjalan beriringan. Gisel memakai seragam ketatnya, sangat jauh dari kata murid teladan. Namun yang lebih menarik disana tidak pernah ada polesan make up sedikit pun, ah mungkin hanya bibir merah muda yang diberi sedikit liptin pada permukaan bibir mungilnya menghiasi, selebihnya wajah natural tidak mengurangi kesan manis.

Gisel mengoceh kesal ketika merasakan udara pagi aga lain dari biasanya.
"Cuaca hari ini kenapa deh!" tangannya menyalakan kipas portable mini miliknya tepat didepan wajahnya, sambil menenteng jaket seseorang.

"Masih pagi udah gerah aja,"

"Sumpah sih ini perasaan tadi gue mandi, ko masih panas aja berasa kek liat mantan bahagia sama pasangan barunya." Gisel menggerutu sesekali memejamkan matanya menikmati sapuan angin dari kipas berukuran imut tersebut.

Nessa acuh tak acuh menurunkan pandangan melirik ponsel, jari indahnya sibuk menggulir layar.

Bibirnya berdesis sekilas melirik malas murid murid yang mulai ramai berkerumun. Ini masih pagi oke? pemandangan pagi pagi sudah dihadapkan hal yang menyebalkan, tidak salah lagi bergosip ria tujuan utamanya. Apakah mereka tidak ada kerjaan? samar samar telinganya menangkap suara begitu pelan berbunyi mencibir dari salah satu siswi yang menyebutnya Nona sombong si pencari sensasi.

Perkataan itu cukup menganggu, hingga mampu menghentikan langkah kaki Nessa. Kemudian tanpa aba aba menghampiri berdiri didepan seorang siswi yang tadi sempat mengatainya. Siswi tersebut mengerti hawa disekitarnya mulai tidak nyaman membuatnya perlahan lahan mundur seolah merasakan tanda berbahaya dari reaksi tubuhnya, berbeda dengan langkah Nessa yang terus maju seperti tak membiarkannya lolos. Semua terpaku akan aksinya itu.

Mereka menahan nafas ketika tangan Nessa terjulur mencekram dagu siswi itu sampai kuku kuku cantiknya bahkan menancap menggores pipi. Ia terlihat mengerutkan keningnya berdiri menatap remeh siswi tersebut dari atas sampai bawah dengan pandangan menilai, lalu membuang muka mengejek.

"Si tolol."

The base fucking that bitches!

Nessa melepas cengkramannya, dilanjut menoyor dahi siswi itu sambil mengunyah permen karetnya sesaat.
"Who do u think u are?"

Gisel memperhatikan tanpa mau ikut campur, karena ia cukup tau bagaimana tabiat kakaknya itu.

Nessa mengalihkan tatapannya sebentar pada ponsel, sebelum melemparkan tatapan dingin menyiratkan peringatan makna yang tidak baik lewatan tatapannya, lalu melengos memasang sebelah earphonnya menabrak keras bahu siswi itu, melewati begitu saja meninggalkan orang orang yang mematung ditempat.

Diikuti Gisel melangkah mengikutinya, namun sesaat Gisel menyempatkan diri berbalik melirik sinis mengartikan sebuah ancaman pada siswi yang baru saja mencari masalah kepada sang kakak. Gisel kembali berjalan disamping Nessa seperti tak terjadi apa apa.

Gisel merapihkan rambutnya sejenak.
"Siang ini ada pemotretan?" kini tangan sebelahnya dipakai memeluk jaket milik Jean sang kekasih.

Nessa bergumam.

"Bekel yang tadi uda dibawa kan?!" Jerit Gisel menoleh cepat saat teringat sesuatu.

Gisel mengangkat memutar agar kipas itu berhembus merata dipermukaan wajahnya. Lalu memastikan lagi menatap sang kakak serius.
"Awas aja lupa, maag lo kambuh gue yang kena amuk kanjeng mamih."

VANESSAWhere stories live. Discover now