Empat belas

348 143 17
                                    

Seorang pelayan senior wanita paruh baya sekarang menjabat sebagai butler memang dikenal memiliki watak ramah, namun tegas disaat bersamaan. Ia terlihat sedang memantau para pekerjanya agar tidak ada yang membahayakan kesehatan sang majikan dari makanan yang disajikan nanti. Sebagaimana tugas kepala pelayan tak henti matanya sibuk mengamati gerak gerik takut kecolongan, menyoroti bergulir memperhatikan penuh satu persatu maid dari mulai menyiapkan rempah rempah, memotong bumbu dapur, mereka mengambil bagian ada juga yang mengolah makanan beratnya.

Ketika kepala pelayan tengah fokus mengamati lamat lamat sekiranya tidak ada yang mencurigakan, ia berbalik menyamping saat merasakan kehadiran seseorang, begitupun dengan para maid yang lain dibuat membalikkan badannya sedikit membungkuk ketika tau siapa yang datang.

"Tuan muda." Sapanya serentak.

Alex menganggukkan kepalanya. Melangkah cuek mendekati pantry mengenakan seragam sekolah yang dikeluarkan. Tangannya terjulur mengambil sebuah gelas, setelah selesai melakukan sesi pemotretan tadi perempuan itu langsung pulang, tentu diantar Al. Lelaki tersebut masih berada dikediaman Nessa.

Kepala pelayan bertanya.
"Mau bibi buatkan makan malam apa?"

Al membuka lemari pendingin tanpa rasa sungkan, setelah mengisinya lantas meneguk santai. Pemandangan ini memang bukan hal baru, laki laki itu dari awal tidak disambut layaknya tamu tapi sudah diperlakukan seperti tuan rumah oleh seluruh keluarga perempuan tersebut, jadi tidak perlu heran.

"Apa aja, sekalian buatin Nessa infused water." Ujar Alex membuka suara setelah minumnya tandas sambil mengambil ponsel disaku seragam, menyandarkan tubuhnya dengan tangan sebelahnya masih memegang gelas.

Celine menuruni undakan tangga berteriak melengking bak sudah putus urat malu.
"BI HELP! NANTI NESSA BIKININ SALAD SAYUR YA, ANTERIN LANGSUNG AJA KE KAMARNYA, AKU MAU LANGSUNG PULANG." Pinta Celine sambil melirik jam ditangannya menghampiri dapur, lalu menatap Alex yang berada disana.

"Al titip Nessa! Gue mau go home, pastiin saladnya diabisin sama dia, bye." Pesan Celine melanjutkan perkataannya sebelum pergi.

Alex tak mengalihkan pandangannya dari ponsel hanya berdehem menanggapi melangkah menuju kamar Nessa tanpa basa basi memakai liftnya. Lelaki tersebut baru saja masuk, suara gemericik air menyambut indra pendengarannya. Kemudian Al duduk anteng disofa, tangannya mengambil sebuah remot tv dan mengganti saluran channel yang sedang ditayangkannya.

Sampai terdengar dimana suara pintu kamar diketuk. Alex berdiri dari duduknya membuka sedikit mengambil alih mangkuk yang berisi salad, dan maid sempat memberi tau infused waternya sudah disiapkan hanya tinggal menunggu sekiranya satu jam lebih dulu berada didalam lemari pendingin. Al bergumam menutup pintunya kembali.

Alex menyimpannya diatas meja dekat sofa yang didudukinya. Melirik beberapa cover majalah ternama yang paling banyak muncul, terpampang lah wajah Nessa yang menjadi model sampulnya, tangan lelaki tersebut mengambil salah satu membuka lembar tiap lembar mengamati sosok perempuan itu. Satu kata yang terucap tanpa suara. Nessa memang mengagumkan tidak diragukan lagi mampu membuat para pria kalangan atas berbondong bondong mencoba menggaetnya.

Entah sejak kapan pintu kamar mandi sudah terbuka, dan sosok perempuan cantik menggunakan bathrobe tengah berdiri dengan rambut digerai basahnya, tangannya membawa handuk kecil.

Alex menoleh menunjuk mangkuk.
"Makan.." tapi ucapannya terhenti ketika tatapannya terpaku dengan penampilan perempuan itu.

Nessa mendekat ke samping lelaki tersebut, tanpa menyadari tatapan seseorang menghunus. Butir butir air terjatuh ditubuhnya menambah kesan ah you know lah.

Al tertegun sejenak atas pemandangan apa yang baru saja dilihat, sebelum berdecak membuang tatapan mengeluarkan ponsel disaku seragamnya untuk mengalihkan pikiran liar.

VANESSAWhere stories live. Discover now