DENALLIE : 9

66 10 1
                                    

happy reading

***

Dena menatap penjual topi yang sedang mangkal di taman kompleks perumahannya. Ia menghampiri penjual itu lalu melihat-lihat segala macam bentuk topi yang dipajang.

Kali ini, baseball cap berwarna biru muda berhasil menarik perhatiannya. Jujur saja, yang membuat Denallie ingin membeli itu bukan bendanya, tapi karena warna. Ya, adik dari ketua Ravestra itu memang sangat menyukai warna tersebut. Barang-barang yang berada di kamarnya pun hampir semua berwarna biru.

"Mas, yang ini berapa?" tanya Dena seraya mengambil topi itu.

"20 ribu, Neng."

Dena merogoh backpack mini yang ia pakai lalu memeriksa bagian tas itu satu persatu untuk mencari rupiah.

"Yaah ... aku gak bawa cash." keluhnya memasang raut wajah sedih, ia sangat menginginkan topi itu tapi tidak membawa uang sepeser pun. "Kalau aku balik ke rumah dulu bisa, nggak? Mau ambil duit soalnya."

"Saya sudah mau pulang, Neng."

"Mas punya rekening? Aku transfer gimana?"

Mas penjual topi menggeleng. "Saya gak punya rekening."

Dena kehabisan akal, harus dengan cara apa dia mendapatkan uang sekarang. Ia menunduk kemudian menutup matanya sebentar sambil membatin, Semoga saja Bi Margi atau Bang Danu lewat sini, terus aku bisa pinjam uang mereka dulu.

"Ini, Mas. Uangnya pas." Mendengar suara itu Dena mendongakkan kepala dan mendapati seorang cowok tengah memberi uang pada si penjual.

Kenapa harus dia, sih?

"Gak usah, Kak." Dena menolak saat Presma kampusnya akan membayar topi yang ingin dibelinya itu.

"Gak apa-apa."

Dena menggeleng cepat. "Aku gak mau."

"Ini jadi beli apa gimana?" tanya Mas penjual.

"Gak."

"Jadi, Mas, jadi. Topinya saya ambil, ya." Degardian menyelesaikan transaksi yang tadi sempat terhambat. "Oke, selesai, ya? Hati-hati di jalan, Mas." lanjutnya usai memberi uang kepada penjual yang akhirnya dibalas dengan ucapan terima kasih.

"Nih." Dega memberikan topi itu pada adik tingkat yang kini berada di hadapannya.

Denallie memang sangat menginginkan topi itu. Namun, mengingat orang yang baru saja membayarkannya adalah Dega ia tentu harus menolak. Alasannya, karena ia memang bukan tipe cewek yang suka dibayarkan dan satu lagi dia tidak mau punya urusan apapun dengan seniornya.

"Ambil aja." Dena beranjak dari tempatnya.

"Gue ada salah, ya, sama lo?" ucapan Dega membuat perempuan yang tadi telah bersiap untuk pergi malah berbalik badan.

"Gak ada."

Cowok itu berjalan mendekat ke arah Dena. "Terus, kenapa setiap kali kita ketemu, lo selalu menghindar?" lanjutnya.

"Aku suka gak nyaman kalau dekat laki-laki."

"Masa, sih? Gimana dengan ketua tingkat di kelas lo?" cecar Dega. Dia bisa berbicara seperti itu karena beberapa kali mendapati Dena bersama sepupunya di kampus.

"Kak Dega sering perhatiin aku di kampus?" Denallie melempar pertanyaan yang menjebak pada cowok didepannya.

"Ya ... nggaklah." Cowok berjaket dark brown itu berbohong. "Lo gak usah alihin pembahasan, jawab aja kenapa jauhin gue?"

DenallieWhere stories live. Discover now