DENALLIE : 8

90 15 0
                                    

happy reading

***

Degardian berjalan di koridor kampus dan mendapat sambutan hangat dari beberapa adik tingkatnya yang kebetulan berada di sana juga.
Sekadar info, dirinya bukanlah tipikal cowok dingin sebagaimana pemimpin-pemimpin kampus atau ketua osis biasanya. Sapaan yang diterima selalu mendapat balasan olehnya.

“Halo, Ga!” tegur Vino sembari menaruh tangannya di bahu milik Dega.

“Hm.”

Baru saja Vino ingin berbicara, mulutnya tiba-tiba tertutup rapat karena melihat sang pujaan hati.

“Pagi, Kak Dega, Kak Vino,” sapa Gira sembari tersenyum lebar.

Sementara Denallie memilih untuk melanjutkan perjalanan tanpa menyapa siapapun.

"Pagi," kompak Dega dan Vino. Namun, dengan fokus yang berbeda, Vino melihat Gira, sedangkan Dega menatap Dena.

"Biasalah, Kak, si Dena memang gitu orangnya. Duluan, ya," ucap Gira lalu menyusul langkah sahabatnya yang sudah lumayan jauh.

"Cewek aneh," gumam Dega.

Vino mengerutkan kening. "Aneh kenapa?"

Dega memasukkan kedua tangannya ke saku jaket jeans yang tengah ia kenakan. "Di antara semua mahasiswi, cuma dia yang liat gue dengan tatapan biasa aja. Yang lain pada negur, kasih hadiah, atau apalah. Dia nggak, tuh," jelas Dega. "Gue suka," sambungnya lalu tersenyum penuh arti.

Vino meneguk salivanya dengan susah payah. Bagaimana kalau sampai Dega tahu orang yang baru saja diceritakan adalah adik kandung dari ketua Ravestra? Ck, tidak bisa dibayangkan akhirnya akan seperti apa.

"Ehm ... suka dalam makna apa, Ga?" tanya Vino.

"Ya ... suka aja. Kalau dibandingin sama cewek-cewek lain di kampus ini dia jauh banget bedanya. Mereka  terlalu banyak memuji gue dan asalo tau itu buat gue gak nyaman. Sementara, dia? Dia gak pernah sama sekali lakuin hal kayak gitu. Jujur, gue lebih suka cewek tipikal Denallie daripada mereka."

Vino tidak tahu lagi mau membalas omongan sahabatnya dengan apa. Kesimpulannya, kalau Degardian Arca Narendra benar-benar jatuh hati pada Denallie Ayla Larissa, maka terbitlah judul FTV : "Cintaku terhalang restu calon kakak iparku"

"Kenapa bengong?" Dega melambaikan tangannya di depan wajah Vino.

Vino menggeleng cepat. "Kantin, yuk!" ajaknya yang mendapat anggukan dari Dega.

"Yuk!"

Presiden mahasiswa Universitas Kalabuana akhirnya melanjutkan langkahnya menuju kantin kampus bersama Vino.

***

"Na, tadi lo diliatin sama Kak Dega. Disapa kek."

Dena berdecak. "Bodo amat."

"Ya ... sebagai bentuk kesopanan aja, Na, dia kan Presma," tutur Gira.

"Bisa ganti topik aja, nggak?"

"Oke." Gira akhirnya paham setelah mengingat cerita yang pernah diberitahu Dena padanya. Cerita tentang dirinya yang tidak begitu tertarik jika terus-terus membicarakan lawan jenis.

"Bahas apa, ya? Jangan cinta atau cowok. Gue malas dengar."

Gira berdeham. "Justru pembahasan itu yang paling gue suka."

Dena menghela napas gusar, dia dan Gira sangatlah jauh berbeda. Entah itu dari segi sikap maupun pemikiran. Apalagi kalau ditanya tentang cinta dan perasaan, dua perempuan yang kini menjadi sahabat itu akan menjawab dengan sudut pandang yang sangat bertolak belakang. Hanya masalah fashion dan musik saja mereka bisa satu frekuensi.

"Hai," sapa seorang cowok yang menghampiri Dena dan Gira di kantin. "Gue sama dia boleh gabung, nggak?" lanjutnya seraya menunjuk teman yang berada di sampingnya.
Gira mengangguk. "Silakan."

Usai mendapat persetujuan, cowok tersebut duduk tepat di hadapan Dena sementara temannya duduk di depan Gira.

"Gue Azar." Cowok itu mengulurkan tangan pada perempuan yang kini berada di hadapannya.

Kening Dena mengerut, ia menatap aneh ke arah cowok yang baru saja mengajaknya berkenalan. "Denallie Ayla Larissa," balasnya tapi tidak menerima uluran tangan tersebut.

"Nama lo cantik, persis sama orangnya." Azar menyilangkan kedua tangannya di meja lalu tersenyum sambil menatap lawan bicara.

"Oh."

Dena membuang muka, rasanya basi mendengar bualan seperti itu. Pasalnya, ini bukan kali pertama ia mendengar kalimat itu. Memuji dengan maksud lain, ck, Dena sudah hapal betul bagaimana sikap-sikap modus dari tiap orang yang berniat untuk mendekatinya.

"Hai, gue Gira, salam kenal Azar dan ...?" sahut Gira.

"Dika," jawab cowok yang menjadi teman Azar.

"Oke, Dika." Gira mengangguk-angguk.

Azar berdeham pelan. "Lo udah punya gebetan?"

Dena tersenyum. "Udah."

Cewek yang berada di sampingnya sontak memberi tatapan bingung. Namun, beberapa detik kemudian ia mengangguk paham, sudah pasti adik ketua Ravestra tengah berpura-pura tidak jomblo demi menghindari gombalan tidak jelas.

Denallie mengambil ponsel di sakunya lalu membuka galeri mencari foto anak Ravestra, kali ini ia akan menggunakan anggota geng tersebut lagi untuk menjadi pacar bohongan. Jika dulu Leon dan Mahir sudah pernah ia jadikan tameng penangkal buaya darat, maka sekarang giliran Arhanta Gahadi, alias Arhan.

"Anggota Ravestra, Bro." Dika berbisik, namun masih bisa didengar oleh telinga kedua perempuan di depannya.

Leon memberi kode pada laki-laki di sampingnya agar segera meninggalkan tempat ini. "Kita berdua cabut dulu, ya."

"Hati-hati" sahut Gira.

Saat mereka berdua telah hilang dari pandangan, tawa dari Giranya Madigan tiba-tiba pecah mengingat kejadian barusan.

"Ternyata, Bang Danu and the geng seterkenal itu di Kalabuana, Dena."

oOo

Sementara pada sisi yang berbeda, Dega dan sahabat karibnya tengah sibuk mencari tempat kosong, Mata jeli milik Vino lebih duluan menangkap hal itu.

"Pucuk dicinta ulang pun tiba," ucapnya saat melihat kursi kosong di depan pujaan hatinya. “Duduk di situ, yuk, Ga!" Vino menarik tangan Presma kampus sampai ke tempat tujuan mereka.

"Eh, ketemu lagi kita," sapa Gira.

"Boleh gabung, nggak?" tanya Vino.

Gira mengangguk lalu mempersilakan mereka berdua untuk menempati kursi di hadapannya. Beda dengan Dena yang seketika merasa tidak nyaman.

'Ra, gue ke kelas duluan, ya," pamitnya kemudian berdiri meninggalkan tiga orang yang tengah duduk bersama dirinya.

"Eh? Denaa!" panggil Gira tapi tidak mendapat jawaban apapun lagi. "Duh, sekali lagi maafin Dena, ya, Kak."

"Iya."

“Santai,” balas Vino yang memaklumi kelakuan Dena tiap melihat sahabatnya.

Meski tidak tahu betul alasan apa yang membuat gadis itu menghindar saat melihat Dega. Tapi, jika boleh seorang Vinotra Mahesa menerka, mungkin saja, Dena menjauh seperti itu karena disuruh abangnya.





























































































***

Berhenti sampai sini dulu ya!

DenallieWhere stories live. Discover now