DENALLIE : 3

122 28 0
                                    

happy reading

***


Kelas genap pada fakultas manajemen semester 1 di Universitas Kalabuana sedang menunggu kepastian dari tim pengajar. Apakah perkuliahan akan dimulai atau tidak, pasalnya mereka semua telah menunggu dari 2 jam yang lalu, tapi mata kuliah itu belum dimulai sama sekali hingga saat ini.

"Hari ini dosen gak masuk, ya. Kita disuruh isi absen dan kerja tugas aja. Setelah itu, kalian boleh balik ke rumah masing-masing,” ucap Jefan selaku ketua tingkat yang baru saja masuk ke ruang kelas.

"Tugasnya harus selesai hari ini banget, Jef?" sahut Neida, perempuan cantik berambut curly di kelas.

"Iya, cuma 5 nomor kok. Soal udah gue kirim di grup kelas, jawabnya di kertas selembar. Kalau udah selesai tugasnya dikumpul ke gue."

Usai mendapat beberapa arahan dari Jefan, semua orang di kelas genap langsung mengerjakan tugas yang diberikan, tak terkecuali Gira dan Dena.

Suasana dalam ruangan menjadi senyap seketika. Seluruh pasang mata terfokus oleh kertas jawaban masing-masing.

"Sst, Dena." Gira berbisik.

"Apa?"

Gira mengarahkan matanya ke arah perempuan yang tengah duduk di sudut. "Dia kenapa, ya?"

Tatapan Denallie sontak tertuju pada Sofia Realda. sosok yang biasa menjadi happy virus di kelas, kini menampilkan wajah sedang tidak baik-baik saja, kedua matanya sembab. Dugaan sementara, sepertinya dia baru mengalami kejadian yang kurang mengenakkan.
Sebenarnya, dua cewek yang tengah penasaran itu ingin sekali menanyakan perihal apa yang sedang dialami oleh temannya, tapi mereka memutuskan untuk menyelesaikan tugas terlebih dahulu kemudian setelahnya menghampiri orang tersebut.

Dua puluh menit berlalu, tidak ada satupun dari mahasiswa di kelas ini yang belum menuntaskan tugas. Semuanya sudah dikumpulkan pada Jefan, beberapa diantaranya bahkan sudah kembali ke rumah masing-masing. Jangan heran, mereka memang segercep itu jika dikasih tugas.

Ya, 40 mahasiswa di kelas ini memang mempunyai motto yang sama terkait tugas, yakni : menunda-nunda suatu pekerjaan bukanlah hal yang baik.

Giranya Madigan menarik lengan cewek yang baru saja berdiri dari kursi untuk diajak ke tempat Sofia.
"Halo Putri Sofia, liat Putri Amber, nggak?" cetus Gira berbasa-basi.

"Gue lagi gak mau bercanda, to the point aja."

"Lo kenapa? Kok sembab gitu matanya?"

"Diselingkuhin," celetuk Sofia secara singkat, padat dan jelas.

Gira memukul meja di hadapannya. "Kurang ajar, ya, cowok jaman sekarang, bisa-bisanya secakep lo diduain."

Dena terdiam. Bingung harus berkata apa. Namun, yang pasti, ia merasa yakin bahwa keputusan untuk tidak menjalin sebuah hubungan dengan seorangpun sekarang adalah langkah yang tepat.  Pikirannya hanya terfokus pada kata kesuksesan.

Ya, ia harus menjadi perempuan yang berhasil dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Urusan percintaan? Masa bodoh sajalah.

"Contoh orang yang kurang bersyukur emang.  Udahlah, gak usah bahas dia lagi. Gue malas!"

"Kita ke kantin aja, gimana? Gue traktir," ajak Dena yang sedang berupaya menghibur teman sekelas yang baru saja putus cinta.

Sofia mengangguk cepat sembari mengukir senyum di wajah. "Boleh."

oOo


Pada waktu yang sama di tempat yang berbeda, Dega dan beberapa anggota BEM lainnya sedang menghabiskan waktu istirahat di ruang kerja mereka guna bercakap-cakap sebentar sebelum kembali ke rumah masing-masing.

"Ga, inceran baru gue nih. Cantik, nggak?" Vino membuka suara sembari memperlihatkan sebuah foto dari aplikasi instagram.

"Lumayan tapi, bukan tipe gue."

"Alhamdullilah, kalau lo gak suka, saingan berat ketampanan gue di kampus kan hanya lo. Itu artinya, sekarang gue udah gak punya lawan lagi."

"Gue juga ganteng kali, Vin, masa cuma Dega doang yang diakuin." sahut Arthur Kayavine, jabatan dia di BEM adalah sekretaris jenderal.

"Iya, tapi levelnya di bawah gue, Thur."

Arthur tertawa kecil. "Sialan."

"Gimana dengan lo, Ga? Belum punya incaran?" tanya Vino.

Dega menggeleng. "Sedang dalam pencarian."

Vino terkekeh. "Gak pernah berhenti, ya, lo nyari cewek. Bertepuk sebelah tangan udah, di-ghosting udah, di manfaatin juga udah. Kirain, lo bakal trauma sama cinta, ternyata nggak. Keren banget teman gue yang satu ini," paparnya sembari menepuk-nepuk bahu milik Dega.

"Gue yakin hal tulus di dunia ini itu masih ada, kita aja yang gak tahu kayak gimana dan ada di mana. Gue masih penasaran dengan hal itu," ujar Dega mantap.

“Alah, tenang aja. Lo itu good looking, good rekening pula. Jadi, gak akan ada cewek yang mau nolak." cetus Debo. Dia teman dekat Arthur, kemanapun selalu bareng. Melihat temannya masuk organisasi BEM dia juga ikut berkecimpung di dunia tersebut. Upin dan Ipin adalah julukan mereka berdua dari warga kampus.

Dega terdiam sesaat. Beberapa orang menganggap bahwa menjadi sosok Degardian Arca Narendra itu merupakan hal yang sangat menguntungkan, karena bisa mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah dan diunggulkan dalam berbagai aspek. Mereka tidak tahu saja, ada satu hal yang sangat sulit untuk ia dapatkan di dunia ini yaitu perempuan yang benar-benar tulus padanya. Dega sudah pernah menjalin berbagai macam percintaan dan semua itu berakhir dengan perpisahan yang buruk, terlebih lagi saat ia mengetahui beberapa dari mereka hanya modus.

"Yang mau memang banyak, tapi kalau pada punya sifat kayak cewek-cewek yang sebelumnya bareng sama gue percuma, Bo," lanjut cowok itu.

Vino mendengus. "Iya juga, sih, bisa-bisa lo bakalan jadi sadboy mulu." pungkasnya.

"Gue doain lo akan dapat cewek yang jauh lebih baik dari yang udah-udah, ya, Ga." Arthur tersenyum lebar.

Debo memangutkan kepala. "Betul, betul, betul, gue juga ikut doain,” pungkasnya.

"Semoga segera dipertemukan dengan perempuan yang tulus dan tidak modus, Bro," timbrung Vino yang mendapat sahutan aamiin dari Dega.


DenallieWhere stories live. Discover now