DENALLIE : 7

76 11 0
                                    

happy reading

***

Ruang BEM, disinilah tempat Denallie Ayla Larissa berada sekarang, tujuannya mendatangi ruangan itu tidak lebih dari sekedar mengembalikan hoodie milik Presma kampusnya.

Cewek berkemeja coklat itu hanya bisa mondar-mandir di depan ruangan yang pintunya sedang dalam keadaan tertutup rapat. Ingin mengetuk, tapi tidak memiliki keberanian yang cukup. Ia  memutuskan untuk menunggu saja.
Setelah lebih dari 5 menit, pintu ruang BEM akhirnya terbuka diselingi dengan para anggota yang bergantian meninggalkan ruangan.

"Lo ngapain?" tanya sosok yang sedari tadi sedang ditunggu.

Dena memberikan paper bag. “Mau balikin ini.”

Vino yang berada tepat di samping Dega langsung mengambil barang yang baru saja diserahkan oleh Denallie.

"WAH, PARAH LO GA!" Vino heboh.

"Gak jelas!" Dega merampas paper bag dari tangan sahabatnya.

"Ternyata, lo udah punya gebetan baru? Sahabatnya doi gue lagi," gerutu Vino. "Eh, nggak apa-apa juga, sih. Nanti bisa double date, kan?" sisipnya.

Dena menggeleng-geleng. "Kak Vino kalau ngomong banyak banget ngawurnya."

"Lah? Masa ngawur? Gue kasih tau, ya, sahabat gue itu gak pernah sama sekali pinjamin barang dia ke cewek manapun bahkan mantan-mantannya. Terus, kenapa coba hoodie-nya bisa ada sama lo? Fix, lo berdua dating, gak usah bohong," ujar Vino bak hakim yang tengah mengadili seseorang.

"Bacot banget lo! Cabut, yuk!" lanjut Dega sembari menarik Vino meninggalkan ruang BEM.

Dega berbalik. "Eh, makasih udah balikin ini," teriaknya sambil mengangkat y yang ia pegang sebelum benar-benar hilang di ujung lorong koridor kampus.

"Semoga ini benar-benar jadi momen terakhir gue sama, tuh,  orang." Dena mendengus.

Mulai hari ini dan seterusnya, cewek itu telah membuat keputusan untuk tidak terlibat masalah atau urusan apapun sama Dega maupun cowok-cowok lain di luar sana. Ia tidak mau kejadian disiram oleh perempuan tak dikenal sampai terulang dua kali.

Usai menyelesaikan urusan, Dena melangkah menuju gerbang untuk menunggu jemputan dari Abangnya seperti biasa. Untung saja, hari ini mobil abangnya lebih dulu datang. Jadi, ia tidak perlu capek-capek menunggu.

"Loh? Kak Arhan?" gumam Dena saat mendapati cowok di kursi pengemudi bukanlah abangnya melainkan Arhanta.

Arhan tersenyum simpul. "Disuruh abang lo buat jemput."

"Memangnya, Bang Danu di mana?"

"Markas."

"Oh."

Jika dibandingkan dengan suasana di dalam mobil bersama Danu, Dena lebih suka disupiri oleh Arhan. Bukan, ini bukan perihal menyukai dalam artian punya rasa. Kata suka yang lebih merujuk pada suasana maksudnya. Arhan punya banyak topik yang menarik untuk dibahas, sementara Danu lebih banyak diam. Keadaan itu yang terkadang membuat Dena bosan. Fyi, Arhan memang sudah sering menggantikan tugas Danu dalam urusan antar-jemput Dena sejak SMA.

"Mau langsung pulang?"

"Ehm ... main ke tempat anak-anak Ravestra dulu boleh, nggak?"

"Boleh, Tuan Putri."

***

Ravestra Markas, tulisan itu dipajang dengan besar di depan bangunan bertema hitam yang penuh oleh lukisan motor classic.

DenallieNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ