DENALLIE : 2

152 35 3
                                    

happy reading

***






"Oke, anak-anak sampai di sini dulu, mata kuliah kita hari ini, assalamualaikum," ucap Dosen yang baru saja mengajar di kelas Dena lalu meninggalkan ruang kelas.

"Wa’alaikumussalam, Pak," serentak seluruh murid di dalam ruangan.

Gira merenggangkan otot badannya. "Akhirnya, selesai juga matkul di hari pertama kita kuliah," lanjutnya.

Dena langsung mengajak sahabatnya untuk ke depan gerbang, menunggu jemputan. Mengingat abangnya baru saja mengirim pesan bahwa sebentar lagi ia akan sampai.

"Yuk, gue juga udah ngabarin Ibu gue, mungkin lagi di jalan juga," balas Gira sambil mengikuti langkah perempuan di depannya.

Mereka berjalan menuju gerbang utama kampus untuk menunggu jemputan masing-masing. Jarak dari gedung fakultas dengan gerbang cukup dekat, jadi keduanya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di tempat tujuan.

"Na, kakak Presma kita ganteng, ya," terang Gira pada sahabat karibnya.

Dena menghela napas gusar. "Perasaan dari kemarin-kemarin lo bilang itu mulu deh. Bosan banget dengarnya, orang mukanya biasa aja kok."

"Menurut lo dia udah punya cewek atau belum? Eh, kayaknya udah, ya? Masa cakep-cakep jomblo."

"Iya."

"Tapi, selain dia, banyak senior yang good looking juga di sini, apalagi sore kayak gini mereka pada bertebaran di mana-mana. Beuhhhhhh! Makin segar mata gue."

"Iya." Lagi-lagi Dena hanya bisa mengiyakan perkataan cewek itu. Pasalnya, ia tak begitu tertarik dan tidak tahu mau membalas bagaimana jika diajak bercerita tentang cowok ataupun cinta. Hal itu terdengar sedikit membosankan saja menurutnya.

Gira memasang wajah cemberut. "Kok daritadi iya-iya aja, sih? Gak seru, Na,"

Dena mendengus pelan. "Gue gak terlalu suka bahas itu," keluhnya.

"Kenapa, sih? Kalau gue perhatiin, lo kayak malas banget dengar hal-hal tentang mengagumi dan mencintai seseorang. Ada trauma mendalam, Mbak?" tanya Gira yang penasaran dengan sikap temannya.

"Cinta dan segala jenisnya terlihat serem bagi gue. Apalagi akhir-akhir ini, media selalu memberitakan kelakuan buruk dari cowok-cowok di luar sana. Gimana gak makin takut coba? Gue, sih, lebih baik hidup tanpa cinta dari pasangan daripada harus jalin hubungan sama orang yang sifatnya nauzubillah," ujar Dena yang sekarang tengah membayangkan kesuksesan hidupnya di masa yang akan datang tanpa seorang pendamping hidup.

"Semati rasa apapun lo, tetap nggak bakalan bisa hidup tanpa cinta. Karena menurut gue, semua makhluk di dunia pasti butuh hal itu dalam kehidupannya. Dan satu lagi, jangan pernah beranggapan semua cowok itu sama," sahut seseorang dari arah belakang Dena dan Gira yang sontak membuat mereka berdua menengok ke pemilik suara tersebut.

Dia ...

Presiden Mahasiswa Universitas Kalabuana, Degardian Arca Narendra.

Dena diam tak mau menanggapi perkataan sang Presma kampusnya, ia lebih memilih menatap kendaraan yang lalu-lalang di jalan raya depan gerbang.

"Eh? Sore, Kak Dega!" sapa Gira dengan tatapan manisnya.

Dega mengangguk. "Sore,"

"Aku setuju sama omongan kakak, gak ada orang yang bisa hidup tanpa cinta. Bahkan, hewan sekalipun butuh cinta dalam hidupnya." Gira membenarkan perkataan cowok tersebut.

Dena mengendikkan bahu. "We never know,” tambahnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Terserahlah, gue mau pulang." Cewek berambut cokelat gelap tersebut menunjuk sebuah mobil.
"Tuh, Ibu gue udah jemput.”

Dena mengangguk. "Salam sama Ibu lo, ya."

"Siap, gue duluan, ya. Bye!" lanjut Gira lalu melangkahkan kakinya menuju mobil. Saat ingin membuka pintu mobil ia terlupa akan satu hal yang membuat dirinya seketika berbalik ke arah dua orang yang baru saja menjadi lawan bicaranya di gerbang. “Aku pulang dulu, ya, Kak Dega,” pamitnya dengan sedikit teriak tak lupa dengan lambaian tangan.

"Hati-hati."

Setelah kepergian cewek itu, Kini gerbang kampus hanya menyisakan dua insan manusia dalam keadaan canggung. Dena yang tak begitu tertarik pada Presma di hadapannya ini pun memilih bermain handphone ketimbang harus memulai obrolan.

"Kalau ada yang buruk pasti ada yang baik kok, gak serta merta semua jahat. Masa iya, lo mau hidup tanpa pasangan cuma gara-gara takut salah pilih cowok." Degardian membuka suara.

Dena terdiam begitu lama memikirkan perkataan cowok itu, apa benar tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa cinta? Kalau iya, lantas siapa sosok yang akan buat Dena jatuh cinta nantinya? Entahlah, baik dia ataupun orang terdekat tidak ada yang tahu jawaban dari pertanyaannya. Hanya ketetapan semesta lah yang dapat mengetahui hal tersebut.

Dega menepuk jidatnya. "Eh, iya, baru ingat, gue ada urusan lain. Gue tinggal gak pa-pa, kan?"

"Tinggal aja, lagian aku bukan anak TK yang perlu ditunggui sampai jemputannya datang," celetuk Dena.

"Oke."

Selang beberapa menit ditinggal sendiri, jemputan gadis tersebut akhirnya datang.

Hening adalah kata yang sangat pas untuk menggambarkan situasi mobil yang ditumpangi Dena dan Abang satu-satunya itu. Mereka memang jarang terlibat percakapan, di rumah pun hanya sekali dua kali bertemu dan bertegur sapa.

Berbicara tentang saudara lelaki Dena, ia bernama lengkap Danusaga Andreas, panggil saja Bang Danu. Sifat tegas dan sedikit emosional miliknya menjadi cara untuk menjaga dan melindungi sang adik dari segala sesuatu yang buruk, cowok-cowok nakal contohnya.

Sedikit informasi, dia adalah ketua Ravestra, bukan hanya membahas perihal dunia permotoran dan mobil klasik, Ravestra juga sebuah perkumpulan anak-anak muda serta anak jalanan yang selalu memberikan kontribusi dalam kegiatan sosial.

Jadi, mereka tidak hanya menghabiskan waktu di touring, mereka juga banyak melakukan hal-hal positif, salah satunya kegiatan berbagi melalui baksos yang selalu diadakan oleh Danu dan para anggota setiap bulan. Oleh karenanya, laki-laki tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di markas daripada di rumah.

Oh, iya, satu informasi lagi, laki-laki ini sudah menikah beberapa bulan yang lalu dan sosok yang berhasil memikat hati Danusaga Andreas itu ialah perempuan bernama lengkap Jihya Nafara. Sikap sopan dan baik hati terutama pada keluarga menjadi nilai paling utama yang membuat Danu jatuh cinta pada Jihya.

"Gimana kuliah lo?"

"Not bad."

"Udah dapat teman?"

"Udah."

"Di dunia perkuliahan lo harus usahain buat dapat teman yang saling menguntungkan. Jangan mau dijadiin tempat minta tugas doang, yang ada lo bisa dimanfaatin."

"Iya, tenang aja. Aku handal dalam urusan itu kok."

"Bagus," puji Danu. "Btw, Presma Kalabuana yang sekarang siapa, Na?"

"Kak Dega, Bang."

"Degardian?"

"Iya."

Raut wajah Danu berubah seratus persen saat mendengar ucapan Dena. Kakinya menancap pedal gas begitu dalam hingga mobil yang dikendarai mulai melaju dengan kecepatan tinggi. Ini terjadi akibat bayang-bayang masa lalu yang sangat ingin ia lupakan kembali teringat dalam pikirannya ketika mendengar nama yang diucap oleh sang adik.

"Eh, pelan-pelan kalau nyetir, Bang!" tegur Denallie sambil memegang erat sabuk pengaman yang tengah ia kenakan.

Sadar akan tindakannya yang bisa membahayakan keselamatan, Danu kembali mengemudi dengan kecepatan standar.














































































***

Jangan lupa vote dan comment guys, see yaaa!!

DenallieTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon