Believe in You - Chapter 17

851 94 5
                                    

Sabtu pagi, Abel sudah menyiapkan sarapan dengan Mbok Nah. Ia juga meminta tolong Mbok Nah untuk membeli beberapa bahan di tukang sayur keliling untuk ia masak nanti di apartemen Dimas. Abel sudah membangunkan Abil dan memberi tahunya jika mereka akan ke tempat Dimas. Jelas Abil terlihat antusias karena sudah hampir dua minggu ia tidak bertemu dengan Dimas.

Selesai menikmati sarapan dengan Ayah dan Bunda, Abel dan Abil kemudian pamit untuk pergi ke apartemen Dimas. Dalam perjalanan Abel sudah memberi sedikit briefing pada sang putra terkait kondisi Dimas. Begitu sampai di area apartemen Dimas, Abel segera memarkir mobilnya dan menghampiri resepsionis disana.

Karena telepon dari resepsionis tidak kunjung Dimas terima, maka Abel memutuskan untuk menghubungi Dimas. Hal yang sama pun terjadi, Dimas juga masih belum mengangkat teleponnya. Baru di panggilan ke lima suara Dimas terdengar di seberang sana menunjukkan jika ia baru saja bangun.

"Aku udah di lobi, bisa kamu angkat telepon dari resepsionis buat kasih akses?"

"Okay, biar aku yang telepon bawah."

Setelah menunggu sepuluh menit, resepsionis yang bernama Cindy itu memanggil Abel dan menyerahkan kartu akses padanya.

"Ini access card-nya Ibu."

"Kenapa saya dikasih access card Mbak? Bukannya biasanya kalau udah ada izin dari penghuni nanti dari staf yang tap acces untuk saya?" tanya Abel bingung.

"Informasi dari Pak Dimas agar saya memberikan access card untuk Ibu Abel. Setiap penghuni memiliki hak untuk membuat access card untuk keluarga."

Akhirnya Abel menerima kartu akses itu tanpa bertanya lagi. Ia menggandeng Abil masuk lift menuju lantai 9. Setibanya di depan unit Dimas, Abel segera menekan bel dan tak butuh waktu lama pintu di depan mereka terbuka dan menampilkan Dimas yang benar-benar masih kusut. Bahkan bye bye fever yang Abel tempel di dahinya masih berada disana.

Dimas yang melihat Abel datang tidak sendiri segera menyapa sahabat sang keponakan itu lebih dulu. Ia menahan diri untuk tidak memeluk Abil karena kondisinya yang sedang flu. Abil pun segera menggiring Dimas duduk di sofa di ruang tengah agar Uncle favoritnya itu bisa kembali istirahat.

"Udah enakan badannya?" Abel berjalan ke dapur meletakkan barang-barang di pantry.

"Feel better, tapi masih lemes aja sih dan mulai beler kayaknya."

"Masih pusing?"

Dimas pun menggelengkan kepalanya.

Abel memandang sejenak bahan makanan yang ia bawa kemudian beralih pada Dimas dan Abil di sofa.

"Mau makan apa hari ini? Aku tadi minta tolong Mbok Nah buat beli beberapa bahan."

"Apa aja terserah kamu, yang penting ada kuahnya."

Menganggukkan kepala, kemudian Abel kembali memberi perintah. "Sana mandi, biar badan kamu lebih seger dan enakan. Abil bantuin Mommy dulu sini, sambil nunggu Uncle selesai mandi."

Kedua laki-laki berbeda usia itu pun saling pandang kemudian beranjak mengikuti perkataan Abel. Abel segera menyiapkan bahan untuk membuat cream soup dan sayur bening bayam. Sebelum ia sibuk memotong sayuran, Abel meminta Abil untuk membantu memotong roti tawar menjadi dadu menggunakan sendok. Sang putra sangat senang jika diminta untuk membantu memasak. Ia fokus pada tugasnya sembari bernyanyi.

Beberapa menit berlalu, Dimas sudah tampak lebih segar. Ia bersandar di sofa melihat dapurnya yang pagi ini tidak sepi. Senyum cerah tersungging di wajahnya melihat Abel dan Abil di sana.

Believe in YouWhere stories live. Discover now