Believe in You - Chapter 8

946 117 6
                                    

Sejak Bunda mengetahui Abel menolak memberikan nomor teleponnya pada Dimas, Abel kembali melakukan rutinitasnya menjemput Abil, walau sesekali Bunda masih juga menjemput jika ia ada meeting dengan klien. Abel benar-benar tidak mengantisipasi Dimas yang mendekati Bunda. Keduanya terlihat sama akrabnya seperti Dimas akrab dengan Abil.

Keakraban itu Abel lihat ketika beberapa hari lalu, saat bunda dan Abil sedang melakukan panggilan video dengan seseorang. Melihat mereka yang tertawa dan bercanda dengan seseorang di telepon Abel pun penasaran. Abel begitu kaget melihat di balik ponsel Bunda ternyata Dimas yang sedang mereka ajak video call.

Saat panggilan telepon itu terputus, Abel segera bertanya pada Bunda.

"Sejak kapan Bunda punya nomor telepon Dimas, bahkan pake acara video call lagi?" tanyanya penasaran.

Bunda hanya melirik Abel sekilas, kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Dimas yang kasih waktu itu. Katanya kalau Bunda ada apa-apa kayak telat jemput Abil, Bunda bisa telepon dia biar dia bisa nemenin Abil."

"Bunda nggak kasih nomor aku kan ke dia?"

"Enggak, Bunda nggak kasih. Lagian setelah itu juga Abil sering kok wa sama Dimas kalau sore. Nggak perlu lewat kamu, Dimas mah masih bisa pedekate sama Abil. Atau kamu berubah pikiran, jadi mau minta nomor Dimas ke Bunda?"

Bunda mulai menggoda Abel, yang direspon dengan dengusan pelan oleh Abel. Ia kemudian meninggalkan Bunda di ruang tengah bersama dengan Abil.

****

Sesuai dengan janji dengan Tiara, hari ini mereka akan berdiskusi dengan Radi chef utama di Orion untuk permintaan lunch box yang semakin hari semakin banyak. Nadifa tidak ikut kali ini karena harus ke rumah Tian karena ada acara disana. Keduanya duduk di area outdoor menunggu Radi menyelesaikan pesanan yang sedang ia kerjakan. Dimas yang melewati meja Abel dan Tiara menyapa terlebih dahulu dan meminta temannya untuk mencari tempat duduk lebih dulu.

"Hi girls! Tumben Minggu-Minggu gini di Orion?"sapa Dimas.

"Hi Dim, iya nih ada yang perlu dibahas makanya kesini. Lo rajin amat ke Orion, nggak bosen apa?" balas Tiara.

"Eneng yang ini nggak mau balas sapaanku nih?" Goda Dimas yang hanya mendapatkan tatapan dari Abel. "Gue nggak bosen kok Ti, sejauh ini menu kalian masih cukup bervariasi buat gue dateng dari Senin sampai Minggu. Apalagi kalo kesini terus ketemu yang cantik-cantik gini kan makin betah."

Tiara tertawa mendengar godaan Dimas pada Abel. "Sayangnya neng cantik yang ini udah taken dan ada buntutnya, kalau neng cantik satunya sih buntutnya ada, bodyguard-nya yang belum ada."

"Boleh daftar dong kalo gitu jadi bodyguard-nya neng?" tanya Dimas sambil menaik turunkan alisnya.

"Sori kualifikasi kamu nggak masuk untuk jadi bodyguard saya." sahut Abel.

"Kalau kualifikasi untuk jadi teman hidup masih masuk kan?"

Dimas masih belum usai mengganggu Abel. Ia bahkan mendudukan dirinya di samping Tiara agar bisa berhadapan dengan Abel.

"Ngapain sih duduk disini, sana ke temen kamu aja. Kita mau bahas kerjaan. Minggir deh." usir Abel.

"Radi aja belum kelar Bel. Gue mah nggak apa lo berdua mau lanjut ngobrol dulu."

"Tuh, Tiara aja nggak keberatan aku ngobrol sama kamu. Makanya kasih nomor handphone kamu, biar kita kalau mau ngobrol dari hati ke hati Tiara nggak ikut dengerin gini."

Dimas sudah mengenal Tiara dan Nadifa karena Abil yang mengenalkan saat bertemu di Orion beberapa minggu lalu. Bukan sekali dua kali Tiara bertemu Dimas atau melihatnya melancarkan jurus pendekatan pada Abel. Mendengar perkataan Dimas tadi, Tiara hanya bisa geleng-geleng kepala.

Believe in YouWhere stories live. Discover now