Part 20 : Dia benar istriku?

1K 66 5
                                    

Assalamualaikum 👋
HAPPY READING
Jangan lupa, VOTE sebelum baca.
Tinggalkan komentar juga, ya❤️
👁️👁️
👄

👁️👁️
👅

Cekidot 👇

Sore itu langit berwarna gelap. Mendung, dan mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Hari yang cukup suram bagi kehidupan Ali. Pasalnya, baru kali ini laki-laki itu merasakan gundah dan gelisah yang luar biasa. Hari itu senja tidak datang. Digantikan dengan mendung dengan petir yang sesekali menyambar. Seolah mereka tahu, bahwa seorang laki-laki tinggi, tegap dan kekar itu tengah diselimuti rasa sedih, kecewa, dan marah. Kacau. Satu kata yang menggambarkan pikirannya saat ini. Bayangan seorang gadis berhijab kini terus berputar-putar di otaknya. Dan juga sekelebat ingatan tak utuh yang membuatnya terus bertanya.

"Apa benar dia istriku?"

"Bukankah dia sedang hamil?"

"Kalau itu benar, berarti aku telah membuang darah dagingku sendiri."

"Argh, aku harus cari tahu semua ini."

Ali terus bermonolog. Laki-laki itu melajukan mobilnya dengan cepat. Membelah jalanan yang lumayan padat. Sudah tiga jam laki-laki itu berada dalam perjalanan menuju kawasan hutan di mana di sana terdapat sebuah perkampungan kecil. Setelah beberapa hari mencari Zulaikha di kota dengan hasil nihil, kini Ali berniat mencari Zulaikha di kampung halamannya. Kampung di mana ia ditemukan usai kecelakaan beberapa bulan lalu. Laki-laki itu berharap akan menemukan Zulaikha di sana. Dan ia berharap akan menemukan kebenaran yang selama ini ia cari.

Setelah menempuh jarak sekitar 4 jam, kini Ali sudah mulai memasuki kawasan hutan yang pohonnya cukup rimbun. Jalan yang sempit menyebabkan Ali harus berhati-hati. Sekali saja ia lengah, ia bisa terjerumus ke jurang yang berada di sisi jalan. Tak terasa hari mulai gelap. Tak seharusnya Ali melakukan perjalanan di waktu tersebut. Jika saja, tidak ada pertemuan penting dengan para klien. Mungkin ia sudah melakukan perjalanan itu pada pagi hari.

Cittt!

Ali segera menginjak pedal rem saat tiba-tiba segerombolan preman datang menyerbu mobilnya dari arah depan. Preman-preman itu berjumlah tiga orang. Satu diantaranya berbadan tinggi besar dengan rambut gondrong dan gimbal. Dua diantaranya berbadan tinggi semampai. Ali menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar saat preman-preman itu semakin mendekat ke samping mobil. Mereka mengetuk jendela mobil dengan cukup keras.

"Turun, lo!" ucap si gondrong.

"Atau kita pecahin jendela mobil ini, Bos!" ujar salah satu preman yang berkepala plontos. Sedangkan yang satunya hanya manggut-manggut mengiyakan.

"Oke kita pecahin aja dengan batu ini!" Si gondrong pun mengambil batu yang ada di bawah kakinya.

"Jangan sentuh mobil saya sedikitpun!" bentak Ali dari dalam mobil.

Dengan segenap keberanian tanpa rasa takut sedikitpun Ali membuka pintu mobil dan keluar untuk menghadapi para preman itu. Ali menggiring preman itu ke belakang mobil. Dan perkelahian pun tak bisa terhindarkan. Si gondrong mendorong anak buahnya satu persatu untuk menghadapi Ali.

Bug!

Bug!

Dengan sekejap Ali mampu mengalahkan dua anak buah si gondrong. Terdengar si gondrong mendengus kesal.

"Tidak berguna!" ucapnya sembari menendang kedua anak buahnya membuat mereka semakin meringis kesakitan.

Dengan beberapa kali pukulan di wajah dan perut membuat kedua anak buah preman itu tumbang. Kekuatannya lemah, sebanding dengan tubuh kecil mereka. Dan sangat tidak sebanding dengan kekuatan yang Ali punya. Laki-laki itu sangat ahli dalam hal bela diri.

Si gondrong pun maju bak pahlawan kesiangan yang akan menyelamatkan semua orang. Ali bisa menyium bau alkohol yang sangat menyengat dari mulutnya. Tanpa aba-aba di gondrong pun langsung melancarkan pukulannya. Namun, dengan sigap Ali bisa menghindar.

Bos preman itu tak menyerah. Ia mencoba melancarkan pukulannya lagi dan lagi. Satu melesat dan satunya berhasil mengenai bibir Ali hingga mengeluarkan darah segar dari ujungnya.
Hal itu membuat Ali geram.

"Bajingan! Kurang ajar!" umpat Ali.

Bug!

Bug!

Bug!

Ali memberi pukulan yang bertubi-tubi pada bos preman itu. Tepatnya di bagian perut. Tapi, tanpa diduga preman itu pun mengeluarkan senjata tajam dari balik saku celananya. Sebuah belati kecil yang terlihat sangat tajam. Ali tertegun sesaat. Ia berjalan mundur. Tubuhnya penuh dengan peluh.

Dengan kekuatan yang tersisa, si gondrong pun mendekati Ali dengan tangan yang memegang belati. Kemudian, ia mengarahkan senjata tajam itu pada tubuh Ali. Pertarungan berlangsung semakin sengit. Dengan segenap tenaga Ali berusaha untuk menghindar. Jangan sampai senjata itu melukai dirinya.

"Argh." Ali pun meringis saat senjata tajam itu berhasil menggores lengannya. Darah pun mengalir.

"Serahin semua uang yang lo punya. Dan serahkan juga kunci mobil lo. Kalau lo mau selamat!" ucap preman itu mengancam.

"Langkahin dulu mayatku dasar bajingan!"

Ali mengepalkan kedua telapak tangannya. Laki-laki berkaus hitam itu pun maju dan perkelahian terus berlangsung. Hingga akhirnya Ali berhasil merebut belati itu dari tangan si gondrong. Membuat preman itu ketakutan dan melarikan diri bersama kedua anak buahnya. Ali merasa lega. Laki-laki itu menyobek bajunya untuk dililitkan pada lengan kanannya yang terluka. Perih yang ia rasakan. Ali menyeret kakinya untuk kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

Tak menunggu waktu lama Ali pun sampai di kampung Zulaikha. Sebuah kampung terpencil yang berada di tengah hutan. Ali melirik jam di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul 19:00. Mobil Ali berhenti di depan sebuah gubuk reyot yang mungkin hampir rubuh. Sebagian besar kayunya sudah dimakan rayap. Ali mengetuk dengan kasar pintu gubuk itu dan meneriakkan nama Zulaikha.

Namun tidak ada siapapun di dalam gubuk itu. Sepi dan gelap. Hingga tiba-tiba seorang tetangga datang dan membuatnya terkejut. Tetangga yang sama yang dulu pernah mengantarnya untuk keluar dari hutan dan perkampungan itu.

"Apa kau mencari istrimu?"

"Dia istriku? Bagaimana bisa? Ini tidak mungkin." Ali meracau.

"Bukankah dia sudah menyusulmu ke kota sehari setelah dirimu meninggalkannya. Likha sudah tidak pernah kembali lagi ke sini. Lelaki macam apa kamu ini yang tega meninggalkan istrinya dengan begitu saja."

"Likha dan kakeknya lah yang sudah menolong dan merawatmu. Bahkan kamu juga sudah merenggut satu-satunya keluarga yang Likha punya. Pada malam itu. Saat kamu pergi. Kakek Rahmat meninggal akibat serangan jantung. Saat ini Likha tidak punya siapapun selain suami kejam sepertimu."

Tanpa sadar air mata Ali menetes berjatuhan. Jika hal itu benar. Itu tandanya dia adalah laki-laki brengsek. Tak punya hati. Harusnya ia berterima kasih. Harusnya ia tak pergi meninggalkan Zulaikha. Harusnya ia tak menyia-nyiakan perempuan sebaik Zulaikha. Betapa kejamnya dia yang telah merenggut satu-satunya kakek yang Zulaikha punya. Pasti hati gadis itu sangat hancur.

Tiba-tiba lutut Ali melemas. Laki-laki itu jatuh terduduk. Ia merasakan penyesalan yang luar biasa.

"Kenapa aku tidak mengingat semuanya. Maafkan aku Zulaikha. Sekarang ke mana aku harus mencarimu?" Ali menangis merutuki kebodohannya sendiri.

Assalamualaikum..

Maaf ya, readers. Kemarin mau update tapi nggak ada kuota. Di duta sibuk banget, maklum anak pondok. Tak hanya mondok aku juga punya kewajiban ngajar anak-anak TPQ Madin.

Maaf yang sebesar-besarnya untuk pembaca Zulaikha yang sudah menunggu lama.

Terima kasih kalian adalah penyemangatku😘

Jangan lupa klik bintang dan tinggalkan komentarnya, ya❤️👋

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Where stories live. Discover now