Part 3 : Sakit yang Bertubi-tubi

1K 59 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca😍
.
.
.
.
Happy reading 🌸

Zulaikha merasa sangat bahagia, karena besok ia akan menjadi seorang istri dari laki-laki yang ia cintai. Ya, laki-laki yang berhasil mencuri hati Zulaikha itu adalah Ali, atau Zulaikha biasa memanggilnya dengan nama Adnan. Laki-laki yang dalam pandangan Zulaikha adalah seorang yang baik, lembut, religius dan pekerja keras. Namun sayang, Zulaikha tidak tahu asal-usulnya. Itulah yang membuat Zulaikha gelisah.

Malam telah tiba. Bintang dan bulan dengan indahnya bersanding tersenyum memenuhi angkasa. Gemerlap cahayanya bisa Zulaikha lihat dari celah-celah genteng kamarnya. Ya, kamar Zulaikha bisa dibilang sederhana dan kurang layak. Kamarnya tidak terlalu luas, namun juga tidak terlalu sempit. Hanya muat untuk sebuah dipan berukuran sedang dengan sebuah kasur juga meja kecil di sudut tempat tidur. Dimana Ali? Ia tidur bersama Kakek Rahmat dikamarnya.

Beberapa menit kemudian, kantuk sudah menyerang Zulaikha, hingga ia pun tertidur pulas dengan posisi tangan yang masih memegang sebuah tasbih. Ya, Zulaikha sudah biasa berdzikir sebelum tidur, terutama istighfar. Hal itu membuat hati Zulaikha menjadi lebih tenang.

Malam semakin larut. Tepat pukul 03.00 malam Zulaikha terbangun dari tidurnya. Ia pun mengucek mata, kemudian beranjak untuk mengambil air wudhu. Zulaikha akan melaksanakan sholat sunnah tahajud. Sebab waktu-waktu di sepertiga malam merupakan waktu-waktu mustajab untuk berdoa dan memohon petunjuk.

"Assalamualaikum warahmatullah. Assalamualaikum warahmatullah."

Usai sholat Zulaikha mulai berdzikir. Berharap ia akan memperoleh ketenangan dan rasa gundah dalam hatinya akan hilang. Tanpa sadar, air matanya sudah menganak sungai. Hatinya bergetar saat menyebut nama Allah. Rasanya ia ingin sekali menumpahkan keluh kesahnya saat itu juga. Menjadi yatim piatu sejak kecil. Berjuang menyambung hidup bersama sang kakek. Walau beban hidup yang Zulaikha alami cukup berat, ia tak pernah sekalipun menyalahkan takdir. Ya, puluhan tahun silam takdir telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Setelah dzikir, Zulaikha mulai merapalkan doa. Memohon petunjuk pada-Nya. Air bening yang semula membendung di matanya pun tumpah seketika. Kini, ia hanya bisa berserah diri pada Allah. Bilamana Ali adalah jodoh terbaik yang Allah kirim, maka Zulaikha akan menerimanya dengan ikhlas. Tapi yang membuat Zulaikha sedih adalah karena ia tak tahu asal-usul Ali. Siapa dia sebenarnya? Apa latar belakangnya?

"Andai ibu dan bapak masih hidup, aku sungguh merindukan kalian," ucap Zulaikha di sela-sela isak tangisnya. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis tersedu-sedu hingga mukenanya basah. Entah mengapa, di saat-saat seperti ini, ia menjadi sangat lemah. Tapi percayalah, Zulaikha adalah wanita yang cukup tegar. Ia hanya menangis dan tampak lemah dihadapan Allah, karena saat ia menumpahkan tangis itu kepada-Nya, ia merasa sangat tenang dan lega. Ia merasakan Allah ada dihadapannya, memeluknya, kemudian menghapus air matanya. Ya, Allah adalah sebaik-baiknya penenang.

*******
Pagi pun datang. Matahari tersenyum begitu merekah. Hari pernikahan telah tiba. Seorang gadis cantik tengah menatap dirinya di sebuah cermin. Kebaya putih sederhana menempel sempurna di tubuhnya. Ia tampak menawan dan anggun, meski dengan riasan seadanya. Ya, gadis itu adalah Zulaikha. Hari ini ia akan menikah dengan Ali. Jangan ditanya lagi, ia benar-benar merasa sangat bahagia saat ini.

"Nduk, cepetan keluar, semua sudah menunggu," ujar Kakek Rahmat menghampiri Zulaikha. Zulaikha merapikan kembali pakaiannya, kemudian ikut bersama sang kakek ke depan. Tampak di sana sudah ada Ali, seorang penghulu dan beberapa saksi yang menunggu Zulaikha. Sesaat, mata Zulaikha dan Ali bertemu. Zulaikha dibuat kagum dengan penampilan sederhana Ali yang tampak luar biasa dengan setelan jas hitamnya. Kedua mempelai tampak sempurna dengan penampilan masing-masing.

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang