Part 7 : Nora yang licik

778 53 11
                                    

SEBELUM BACA, VOTE DULU, YA.
HARGAI PENULIS!
🍁
🍁🍁
🍁🍁🍁
🍁🍁🍁🍁
🍁🍁🍁🍁🍁
🍁🍁🍁🍁
🍁🍁🍁
🍁🍁
🍁
Happy reading 😍

Zulaikha mulai memejamkan mata setelah menyeka buliran bening yang tersisa. Penderitaan yang ia alami akhir-akhir ini cukup menguras air mata. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Gadis berumur 23 tahun itu belum juga tertidur. Ia masih memikirkan sang suami yang sekarang sedang berduaan dengan wanita lain. Kenyataannya wanita itu sedang hamil anaknya, hal itu sangat menyakitkan untuk Zulaikha terima.

Zulaikha pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Terlalu banyak pikiran membuatnya dehidrasi. Dapur itu tampak gelap. Ia pun menyalakan tombol lampu yang ada di dinding, kemudian mulai minum. Tak berselang lama, ia mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan ke arahnya. Langkah kaki itu semakin mendekat.

"Tuan." Zulaikha mengelus dada lalu mengatur nafas, ia sedikit terkejut saat Hanif berada tepat di belakangnya.

"Sedang apa Mbak di sini?" tanyanya pada gadis itu.

"Habis minum Tuan, saya permisi dulu." Zulaikha berjalan menunduk saat melewati Hanif lalu kembali ke kamar belakang.

Pagi telah tiba. Mentari tersenyum merekah. Seorang gadis cantik bermata bulat dan seorang wanita paruh baya tengah bergulat di dapur menjalankan rutinitasnya setiap pagi, yaitu memasak untuk tuan rumah mereka. Bau harum masakan pun tercium menyengat di seluruh ruangan. Tiga piring nasi goreng dengan telur ceplok dan tiga gelas susu berhasil disajikan.

"Harusnya kamu tidak bekerja seperti ini, Nduk. Ini rumah kamu sendiri dan Tuan Ali adalah suamimu," ucap Bi Inah sembari merapikan makanannya.

"Saya ikhlas menjalankannya Bi. Saya senang karena ini sudah menjadi tugas saya sebagai seorang istri. Baiklah, biar saya antarkan makanannya ya, Bi," ujar Zulaikha sembari tersenyum.

"Masya Allah. Baiklah Nduk, kalau itu yang kamu mau, Bibi bantu ya, kita antar dulu dua nampan ini ke kamar Tuan Ali, setelah itu ke kamar Tuan Hanif."


"Baik, Bi."

Zulaikha dan Bi Inah meninggalkan dapur. Gadis bermata indah dan wanita paruh baya itu melangkah menuju kamar Ali dengan masing-masing membawa satu nampan. Tak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di depan kamar Ali. Bi Inah menunggu di depan kamar, sedangkan Zulaikha membawa satu-persatu nampan itu masuk dan menaruhnya di meja samping tempat tidur.

Gadis itu merasa lega saat melihat sang suami tidak tidur satu ranjang dengan calon madunya. Nora tidur di ranjang, sedangkan ia tidur di sofa. Ternyata Ali masih mempunyai batasan, hanya saja ia tak habis pikir dan tak percaya kalau sang suami telah menghamili wanita yang berpakaian seksi itu di luar nikah. Zulaikha tersenyum memandangi wajah Ali dengan cukup lama. Wajah tampannya itu mampu menenangkan hatinya. Ia merasakan rindu memenuhi relung hatinya saat melihat sepasang mata yang terlelap itu.

"Aku yakin suatu hari nanti kamu akan mengingat semuanya, Mas, dan aku yakin kamu akan mencintaiku nanti," ucapnya lirih.Tak terasa air matanya menetes. Ia berniat meninggalkan kamar, tetapi tiba-tiba seseorang mencengkal tangannya.

"Jangan pergi!" ucap Ali dengan mata yang masih terpejam.

"Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapan pun, Mas, baik di dunia nyata ataupun mimpi karena aku mencintaimu." Zulaikha melepaskan genggaman tangan Ali secara perlahan dan hati-hati, kemudian pergi meninggalkan kamarnya dengan pilu.

*****

Di ruang tamu bernuansa putih dan elegan duduk seorang wanita cantik yang bergelayut manja di lengan seorang pria. Tampak pria itu sedang bergulat dengan laptop yang ada di depannya.

"Sayang, katanya hari ini kita mau milih baju dan cincin pernikahan, kan?" tanya seorang wanita cantik berambut pirang sebahu.

"Iya, Sayang, aku nyelesaiin tugas kantor dulu bentar ya," jawabnya seraya mencium keningnya sekilas.

"Ih, cepetan Sayang, aku juga pengen makan mangga muda tau." Wanita itu terus merengek bak anak kecil. Laki-laki itu mengelus perutnya lembut dengan jari-jari tangannya. Ya, siapa lagi mereka kalau bukan Ali dan Nora.

"Pembantu!" teriak Ali keras hingga tampak urat-urat di lehernya. Zulaikha yang sedang memasak di dapur pun tersentak kaget dan dengan segera ia berlari ke sumber suara.

"Iya, Tuan," ucapnya lirih dengan menunduk.

"Bikinin jus jambu buat saya dan tolong kamu petik mangga muda yang ada di kebun belakang!" titahnya pada Zulaikha.

Dengan segera gadis itu menurutinya. Ia tahu bahwa mangga muda itu pasti untuk wanita yang ada di samping suaminya itu. Ia merasakan sakit yang luar biasa di hatinya saat melihat kemesraan suaminya dengan wanita lain. Ia ke belakang dan menangis di dapur. Bi Inah dengan setia menghiburnya laksana seorang ibu. Sekarang takdir telah menjadikannya sebagai pembantu di rumah suaminya sendiri.

"Sabar ya, Nduk. Bibi yakin semua pasti ada hikmahnya."

Gadis itu menjadi lebih tenang saat Bi Inah menghiburnya. Ia harus segera melaksanakan titah sang suami yang sekarang menjadi majikannya itu. Akhirnya semua yang diminta oleh lelaki bertubuh gagah itu berhasil ia siapkan. Semuanya ditata rapi di atas nampan. Segelas jus dan dua buah mangga muda lengkap dengan pisau untuk mengupasnya. Sesegara mungkin gadis itu memberikannya. Dengan hati-hati ia meletakkan segelas jus itu, tetapi tiba-tiba ia terjatuh saat seseorang mencengkal kakinya. Jus itu pun tumpah di baju wanita itu hingga basah. Zulaikha tahu betul kalau yang melakukannya adalah wanita itu sendiri. Siapa lagi kalau bukan Nora. Sejak saat itu ia tahu kalau Nora adalah perempuan licik.

"Maaf, Nyonya." Zulaikha mencoba membersihkan tumpahan jus itu dengan serbet yang ia bawa.

"Lihat, Sayang, dia ceroboh sekali!"

"Kamu kalau kerja yang becus, dong! Dulu aku mengasihani kamu untuk tetap tinggal di sini. Kalau tahu seperti ini, lebih baik aku memecatmu! Dasar wanita gila!" ucap lelaki berkaus hitam itu. Gadis yang ada di depannya hanya menunduk dan menahan air matanya, meski hatinya tak kuat lagi menahan goresan luka.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja." ujarnya dengan air mata yang menganak sungai. Tiba-tiba Hanif datang dan sedari tadi ia sudah menyaksikan semuanya bahwa Zulaikha tidak bersalah.

"Saya melihat sendiri kalau Mbak Nora telah mencengkal kakinya hingga ia terjatuh dan menumpahkan jus itu. Zulaikha tidak bersalah," ucap laki-laki berlesung pipi itu membela Zulaikha.

"Sayang, apa itu benar?" tanya Ali pada Nora.

"Dia bohong. Mereka bersekongkol." Nora mengeluarkan air mata buayanya dan pergi begitu saja. Ali pun mengejarnya.

"Sabar, ya, Mbak," ucap Hanif lirih seraya tersenyum. Zulaikha mengangguk kemudian laki-laki itu pergi dari hadapannya. Mutiara bening tak mampu ia bendung lagi, akhirnya luruh juga membasahi pipi mulusnya.

"Ya Allah kuatkan hamba dalam menjalani ujian dari-Mu ini." ucapnya dengan air mata yang berjatuhan. Rasa sakit dihatinya tak kunjung terobati. Malah lukanya semakin besar dan menganga. Takdir telah mempermainkan hatinya saat ini. Merenggut satu-persatu orang yang ia cintai. Hati wanita mana yang tidak sakit saat suaminya bermesraan bersama wanita lain.

Bersambung...

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA, YA.
AGAR PENULIS SEMAKIN SEMANGAT MELANJUTKAN CERITANYA.

SEE YOU NEXT PART 😘

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Where stories live. Discover now