Part 18 : Cinta Segitiga

770 59 0
                                    

Sebelum baca, vote dulu yah readers😘







Happ reading 💕

Masih sama seperti yang dulu. Hari-hari yang Zulaikha jalani terasa sunyi dan sepi. Di rumah besar nan mewah itu ia tinggal sebagai pembantu yang majikannya tak lain adalah suaminya sendiri. Lelaki bertubuh kekar itu rupanya masih tidak ingat apapun tentangnya. Raut wajahnya tidak memperlihatkan kesedihan atau kehilangan? Apa ia sudah mencintai Nora dengan sepenuh hati?

Siang itu matahari bersinar sangat terik. Saking teriknya membuat kedua kakak beradik kehausan. Sehabis pulang dari kantor, mereka langsung menuju dapur dan mendapati Zulaikha di sana. Perempuan berpakaian tertutup itu menoleh saat mendengar derap langkah seseorang yang terhenti di belakangnya.

"Buatkan saya jus jambu dan antar ke kamar saya!" Titah Ali kemudian berlalu ke kamarnya. Guratan rasa lelah terpampang jelas dari tubuhnya.

"Aku akan melayanimu sebagai istri, bukan sebagai pembantu, Mas. Aku akan melakukannya dengan sepenuh hati," batin Zulaikha pilu.

Setelah kepergian Ali. Kini tinggal Zulaikha dan Hanif seorang diri di dapur itu. Sedangkan Bi Inah sedang mencuci pakaian di belakang rumah. Hanif berdiri cukup lama memandang punggung Zulaikha yang cekatan membuat segelas jus sesuai pesanan sang suami. Jus jambu yang kental dengan sedikit gula dan juga susu. Tak lupa es batu. Gadis itu selalu ingat, semua hal yang menjadi favorit Ali. Termasuk minuman kesukaannya.

"Tunggu sebentar!" Hanif menghalang jalan Zulaikha ketika akan mengantarkan jus. Sontak membuat jantung Zulaikha berdegup kencang dan tak beraturan. Ia khawatir kalau Hanif akan mengenalinya. Gadis itu pun menelan ludahnya dengan susah payah.

"Permisi, Tuan," ucap Zulaikha gugup.

Tak menanggapi, laki-laki itu malah menatapnya dengan cukup lama di tempat. Tepat di hadapannya. Zulaikha menunduk dengan rasa takut yang luar biasa. Tubuhnya sedikit gemetar. Bagaimana jika penyamarannya yang baru dua hari itu terbongkar oleh seorang yang bernama Hanif. Bagaimana jika dia akan diusir kembali yang akan menyebabkannya jauh dari Ali. Dan kalau dia pergi, semua rencana untuk menyelidiki pemfitnah dirinya akan hancur. Zulaikha tak ingin semua itu terjadi.

"Maaf, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Zulaikha lirih dengan pandangan mata yang masih mengarah ke bawah.

"Oh iya, saya cuman mau bilang. Tolong buatkan saya jus alpukat! Jangan terlalu manis. Saya tunggu di ruang tengah!" titah Hanif kemudian pergi.

Zulaikha menarik nafas lega. Apa yang dipikirkannya tidak terjadi. Lagi dan lagi Allah telah melindunginya. Karena gadis itu tidak bersalah. Ia hanyalah korban atas manusia-manusia jahat yang tak memiliki hati. Namun, selama ia berada di jalan yang benar. Ia pun tidak takut. Ia yakin Allah akan selalu bersamanya. Dan segala kepedihan dalam hidupnya akan segera berakhir, lalu berganti kebahagiaan. Zulaikha sangat yakin pada hal itu.

Tok! Tok! Tok!

Zulaikha mengetuk pintu ketika sampai di depan kamar Ali, suaminya.

"Masuk!"

Gadis itu membuka gagang pintu dengan pelan, lalu melangkah masuk. Tampak seorang laki-laki berkaus hitam tengah duduk di sebuah sofa dengan tangan yang sibuk mengotak-atik laptop. Pandangnya yang serius tertuju pada layar lebar berbentuk persegi itu. Ia pun dibuat melongo. Tak menyangka dengan apa yang dilihatnya.

"Jadi istri bisanya cuman ngabisin uang. Buat apa uang ratusan juta itu? Bisa-bisa perusahaanku bisa rugi dan hancur kalau terus-terusan begini," ujar Ali sembari memukul-mukul meja dengan kepalan tangannya.

Ya, baru saja Ali mendapat laporan dari asisten pribadinya di kantor. Bahwa Nora telah mengambil uang perusahaan senilai ratusan juta tanpa seizin darinya. Tidak hanya terjadi satu kali. Kini, ia baru sadar, bahwa ia telah menikahi seorang perempuan yang suka menghamburkan harta.

"Maaf, ini jusnya, Tuan."

Dengan hati-hati Zulaikha meletakkan jus itu di depan Ali. Tak sengaja ia mendengar semuanya tentang Nora. Gadis itu bisa melihat dengan jelas rasa kekecewaan di mata suaminya itu. Yang penyebabnya tak lain adalah madunya sendiri.

"Ngapain masih di sini? Keluar!" teriak Ali pada Zulaikha. Lamunan gadis itu pun buyar seketika dan dengan cepat meninggalkan kamar suaminya dan menutup pintunya kembali dari luar. Masih tidak berubah. Sifat Ali yang arogan dan kasar masih melekat pada dirinya. Itu yang membuat gadis itu merasa rindu.

"Ya Allah, tolong kembalikan ingatan Mas Adnan. Hamba sangat merindukannya," batin Zulaikha terus berdoa. Ia pun segera kembali ke dapur.

*****
"Tuan, laki-laki itu bernama Leyon. Kami sudah berhasil menyanderanya. Dia mengatakan bahwa dia hanyalah suruhan atas wanita yang bernama Nora," ucap seseorang di ujung sana.

"Oke, kerja bagus. Jangan sampai dia kabur!" balas Hanif merasa puas. Tidak rugi dia membayar mahal untuk itu.

Tut!

Panggilan telepon pun terputus.

Sedangkan itu Zulaikha hanya terdiam di ambang pintu setelah mendengarkan semuanya. Pelan tapi masih terdengar. Gadis itu tak menyangka bahwa dalang dari fitnah yang menimpa dirinya adalah Nora. Ia pikir, suaminya telah menikahi wanita baik-baik. Tapi ternyata, ia salah. Suaminya telah menikahi seorang wanita licik yang tak memiliki hati.

"Permisi, Tuan. Ini jusnya!" Zulaikha mengetuk pintu ruang tengah yang terbuka. Menampilkan seorang laki-laki yang duduk di sebuah sofa panjang berwarna merah. Ruangan yang cukup luas itu didesain senyaman mungkin untuk bersantai. Di dalamnya dilengkapi dengan televisi, AC, kipas angin, DVD, proyektor, dsb. Tak lupa juga berbagai minuman instan dan cemilan tersedia di dalamnya.

"Tolong letakkan di sini!"

Dengan segera Zulaikha meletakkan jusnya. Namun, ia sedikit terkejut saat melihat sebuah foto di atas meja tepat di depan Hanif. Yang tak lain adalah foto dirinya sendiri dengan mengenakan jilbab berwarna ungu muda. Foto itu diambil saat ia mengepel. Gadis itu pun merasa bingung. Untuk apa Hanif memotretnya diam-diam, lalu mencetaknya?

"Apa yang kamu lihat?" Hanif langsung mengambil foto yang menjadi objek pandangan Zulaikha, lalu menyimpannya.

"Kalau boleh tahu, siapa perempuan di dalam foto itu, Tuan? Dia cantik sekali. Apa itu kekasih, Tuan?"tanya Zulaikha pura-pura tidak mengetahui apapun.

"Dia adalah orang yang spesial dalam hidup saya. Tapi saya tidak bisa memilikinya," jawab Hanif.

Deg!

"Apa Mas Hanif mencintaiku? Tidak. Itu tidak mungkin. Aku adalah istri dari kakak mas sendiri, dan aku sangat mencintainya," batin Zulaikha dengan pikiran yang sudah berkecamuk.

Maaf kalau author lama banget updatenya. Ini aja udah diusahain. Karena sibuk di ponpes. Maaf yah, readers 😘

Thank udah mampir👋

JANGAN LUPA VOTE!

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Where stories live. Discover now