Jarak mereka yang tidak jauh dari Rangga, masih membuat Rangga mendengarkan semua percakapan mereka. Dia hanya bisa diam tanpa tau cara merespon yang benar.

"Mungkin aja, lu jadiin gua sama bang Revan pelampiasan." Queen memukul lengan Raga karena kesal dengan tuduhan yang diberikan.


Mereka berdua memasuki lift, mereka bisa melihat Rangga yang masih berdiri di tempat dengan tatapan lurus ke depan.

Queen membalikkan badannya membelakangi Rangga, ucapan Rangga tadi masih terasa sangat menyakitkan baginya bukan karena dia orang yang baperan namun dia masih tidak menyangka Rangga dapat mengatakan hal itu.

***

"Dari mana?" tanya Revan saat Rangga baru memasuki kamar.

"Bang, gua ngelakuin kesalahan." Rangga terduduk di lantai dengan kepala yang tertunduk.

Revan tidak tau apa yang sedang terjadi pada Rangga, namun dia berjalan menghampiri Rangga dan duduk di hadapan cowok itu.

"Kenapa?" tanya Revan.

"Gua ngelakuin kesalahan," jawab Rangga yang masih tidak berani melihat Revan.

"Kalau ngomong biasain liat orangnya!" tegur Revan.

Rangga mengusap wajahnya kasar. "Gua tadi ga sengaja kasar sama Queen."

Marah? Revan pasti marah jika ada yang bersikap kasar terhadap saudara perempuannya terlebih itu Rangga, namun dia hanya diam karena tidak tau permasalahan mereka.

"Gua sama sekali ga ada niatan buat kasar sama dia, gua cuma cemburu. Gua cemburu ngeliat lu sama Raga lebih deket sama Ratu."

"Ceritain," suruh Revan.

Mata Rangga menatap Revan dengan ragu, dia merasa malu jika menceritakan hal sepele yang membuatnya hingga kasar terhadap Queen.

"Bang, gua malu," ucap Rangga dengan suara yang pelan.

"Gengsi lu ketinggian!" ketus Revan.

Tangan Rangga tergenggam dengan sangat erat, perlahan dia menceritakan hal yang membuatnya kenapa bisa cemburu pada kedua abangnya hingga bersikap kasar pada Queen.

Rasanya sekarang Rangga ingin menghilang saja, dia tidak pernah bercerita seperti ini kepada siapa pun namun sekarang dia harus berhadapan dengan Revan dan menghilang rasa malunya.

"Salah siapa selama ini gengsian?" tanya Revan, sementara Rangga hanya menggaruk tengkuknya.

"Lu ga marah bang? Gua tadi kasar sama Ratu," ujar Rangga.

"Kata siapa gua ga marah? Enak aja lu marahin adek gua, pengen gua tampar mulut lu biar ga ngomong sembarangan lagi." Revan sudah siapa melayangkan tangannya tapi Rangga berhasil menahannya.

"Gua ga sengaja, gua harus apa?" Rangga meminta saran berharap dia akan menemukan jalan keluar, namun bukannya sebuah solusi yang dia dapat dari Revan, abangnya itu malah sangat ketus.

"Mikir sendiri!" Revan berlalu keluar dari kamar meninggalkan Rangga, dia ingin menyusul Raga dan Queen dari pada membantu Rangga.

"Bang? Tega banget ninggalin gua," kesel Rangga.

Tidak tahu harus berbuat apa, Rangga bangkit berdiri dan membaringkan dirinya di atas tempat tidur. Dia tidak perlu memikir semua solusi karena pastinya Queen tidak akan bisa marah padanya lama-lama.

The Cold Brothers [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang