HOC 016

1.2K 123 19
                                    

Happy reading
* * * * *
* * *
*

🖤❤️🖤❤️🖤❤️🖤❤️

TRIGON
🐅🐉

Masih berada di rumah sakit, karena tubuh itu masih lemas. Saint juga masih merasakan penyesalan dalam hatinya. Seandainya saja ia tidak bertingkah seperti itu, tidak menuruti hatinya yang menginginkan sesuatu. Kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Janin yang ada dalam kandungannya pasti masih ada. Anaknya tidak akan pergi untuk selamanya meninggalkannya.

Tanpa diketahuinya, air mata menetes membasahi pipinya. Perth yang duduk di sampingnya yang sedang mengupas kulit apel segera berhenti dan tangan kasarnya segera terulur untuk mengusap air mata tersebut.

"Sudah aku bilang kan, jangan keluarkan air mata ini lagi. Aku tidak suka melihatnya."

Saint tidak bicara, namun ia melihat Perth dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Pemuda tampan itu segera berdiri dari duduknya yang kemudian berbaring disamping Saint, dan setelahnya memeluk Saint.

Pria manis itu sesenggukan setelahnya, tidak mengeluarkan suara tangisnya tapi isakannya terdengar.

"Tidak apa-apa, menangislah!"

Saint langsung mengeluarkan suara tangisnya, dan Perth hanya mampu mengusap punggung sempitnya. Mengelusnya dengan pelan, sesekali juga Perth mengecup sayang kepala Saint yang berada di bawah dagunya.

Setelah beberapa menit, tangis Saint mereda, namun pelukan tidak kunjung lepas. Posisi mereka sudah nyaman satu sama lainnya, Perth memeluk Saint dan pria manis itu meringkuk nyaman dalam pelukannya.

"Aku sangat menyesal, seandainya..."

"Tidak phi Saint, jangan bilang seperti itu lagi. Ini sudah kehendak takdir.
Ikhlaskan apa yang sudah pergi, karena jika kita mengikhlaskannya, kita akan mendapatkan balasan yang setimpal," masih mengusap halus punggung sempit Saint.

"Seperti aku juga harus merelakan Fah?"

Perth mengangguk, "iya, phi Fah akan sangat bahagia di sana jika phi juga menerima kepergiannya.
Dan hei, mungkin phi Fah juga menjaga anak kita di sana. Mereka pasti sudah bahagia bersama."

Saint melonggarkan pelukannya, ia mendongak menatap Perth, "apakah itu benar, mereka sedang bersama saat ini?"

Perth tersenyum, "sekarang mereka pasti sedang bermain bersama. Aku yakin itu." Mencium kening Saint sedikit lama, menyalurkan kehangatan dan kekuatan untuk suami manisnya itu.

"Aku mau mengunjungi Fah setelah pulang dari sini."

"Kita akan mengunjunginya nanti."

Saint meringkuk lagi kedalam pelukan Perth, dan pria tampan itu juga semakin mempererat pelukannya.
Menyamankan satu sama lainnya.
Tidak berapa lama, suara dengkuran halus terdengar di telinga Perth. Ternyata suami manisnya itu sudah tertidur dalam pelukannya.
Pelan-pelan Perth melepaskannya, tapi sepertinya pria manis itu tidak mau pelukannya dilepaskan, terdengar gumaman dan semakin mempererat lagi pelukannya.
Pemuda tampan itu tersenyum saja melihat tingkah Saint. Yang mana akhirnya Perth tidak melepaskannya.

"Saint sangat manja dengannya," ujar seseorang yang sudah berdiri di belakang Perth.

"Kau benar Kao, padahal tidak pernah Saint berbuat seperti itu pada kita."

"Phi Kao, ibu."

"Sudah, tidak apa-apa.
Kau tetap seperti itu saja," ucap Kao dengan segera saat melihat Perth yang berusaha melepaskan pelukan Saint.

Husband of Choice ✔️ EndingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt