HOC 04

876 130 43
                                    

Happy reading
* * * * *
* * *
*

🖤❤️🖤❤️🖤❤️🖤❤️
TRIGON
🐅🐉

Pagi sangat cerah, namun kecerahan itu tidak menandakan kecerahan hati seorang pemuda yang bernama Perth. Setiap hari selalu saja ada mendung di hatinya. Nampaknya sinar mentari itu tidak akan pernah hinggap lagi padanya.

Perth menghela untuk yang kesekian kalinya, menghadapi kenyataan kehidupan yang begitu pahitnya. Apalagi sekarang, meskipun dirinya tidak pergi sekolah tapi tetap harus belajar, bukan belajar soal pelajaran matematika atau bahasa atau pelajaran yang diajarkan di sekolah. Tapi ia harus mempelajari berkas-berkas perusahaan yang diberikan oleh Fah untuknya dengan guru pembimbing Tay yang selalu menemaninya.

"Apa kau sudah tahu apa jawaban dari pertanyaanku tadi Perth?"

Perth meletakkan map yang dipegangnya ke atas meja, kemudian ia memandang Tay, "kita harus mengevaluasi pasar terlebih dahulu. Jangan asal meluncurkan sebuah produk. Karena jika salah dalam target atau tidak sesuai dengan pemasaran yang ada. Maka bisa dipastikan kita akan mendapatkan kerugian yang cukup besar. Dan itu pun juga akan berpengaruh juga pada para investor di perusahaan."

"Memuaskan.
Kau belajar dengan baik."

Tay mengumpulkan beberapa map untuk dijadikan satu tumpukan. Untuk dipelajari esok hari nanti. Pelajaran tentang perusahaan ini akan berlangsung sampai Fah yang menghentikannya sendiri. Tay pun sendiri tidak tahu maksudnya, tapi ia sudah berjanji akan selalu mendukungnya apapun yang telah di rencanakan oleh sahabat wanitanya itu.

"Phi Tay, bisa aku bertanya padamu?"

Tay hanya bergumam, ia pun tidak memandang Perth. Dan masih sibuk meneliti setiap berkas yang ia kumpulkan tadi.

"Aku yakin phi tahu apa maksud phi Fah melakukan ini padaku. Bisa kau katakan..."

"Tidak, aku tidak berhak menjawab pertanyaan yang bukan mengenai pelajaran yang aku ajarkan," sela Tay yang kemudian berdiri dari duduknya. "Kau sangat jenius, cepat tanggap jika aku mengajukan beberapa pertanyaan tentang pelajaran yang kau pelajari entah hari ini atau beberapa hari terakhir. Terima kasih karena sudah tidak membuat repot diriku."

Perth mendengus mendengar ucapan Tay. Selalu saja seperti itu. Setiap kali ia ingin mengatakan sesuatu di luar topik belajar. Tay akan selalu berkilah, entah dengan memujinya atau dengan menjelaskan tentang masalah dalam satu berkas yang di pelajari.

"Kita bertemu besok di jam 4 sore."

"Kenapa jam 4 sore?"

"Karena mulai besok kau akan pergi sekolah," setelah menjawab pertanyaan Perth. Tay segera berlalu dari sana. Membawa berkas-berkas itu untuk di simpan lagi di ruang kerja Fah.

Perth yang mendengar bahwa dirinya besok akan sekolah lagi membuatnya terpaku di tempat. Binar bahagia tercetak di wajahnya. Sampai kepergian Tay pun ia tidak bicara karena sangat senangnya.

Inilah yang ditunggu-tunggu selama berminggu-minggu Perth berada di rumah itu. Sudah hampir tiga minggu lamanya, berbicara halus hingga kasar Perth lakukan. Tindakan halus juga kasar pun ia lakukan agar dirinya keluar dari rumah itu. Namun nyatanya semua sia-sia belaka.
Sangat menyebalkan dan membuat emosinya semakin menumpuk saja.

Bayangkan saja, terkurung dalam rumah yang begitu besar. Setiap langkah yang kau ambil selalu diikuti oleh beberapa orang. Apapun tidak bisa dilakukan sendiri. Sangat membuat orang marah bukan.

Dan sekarang, mulai besok dia akan keluar dari rumah besar itu. Kemungkinan kecil jika keluar tidak dijaga oleh para bodyguard. Tapi itu tidak penting, karena yang terpenting dan yang perlu dipikirkan adalah dirinya bisa keluar menghirup udara di luar rumah.

Husband of Choice ✔️ EndingWhere stories live. Discover now