HOC 10

1K 127 70
                                    

Harap di vote naa---

Happy reading
* * * * *
* * *
*

🖤❤️🖤❤️🖤❤️🖤❤️
TRIGON

Matahari sudah masuk melalui celah-celah jendela di kamar itu. Namun dua insan itu masih enggan untuk membuka matanya.
Keduanya masih terlelap dalam tidur nyenyaknya.

Jangan berpikir yang tidak-tidak, keduanya hanya tidur saling berpelukan saja. Masih berpakaian lengkap. Memakai piyama masing-masing, satu berwarna grey satu berwarna biru muda.

"Eeghhh..."

Erangan salah satu terdengar, ternyata itu adalah erangan pria manis yang sedang tidur sambil memeluk erat pemuda tampan yang masih menutup matanya. Kepalanya juga masih belum berpindah dari tangan pemuda tampan yang menjadi bantalan kepalanya.
Saint kemudian membuka matanya dengan perlahan. Setelah terbuka dengan sempurna, matanya langsung melebar. Karena yang dilihatnya adalah wajah pemuda tampan yang masih setia menutup matanya.

Saint segera ingat apa yang terjadi, ia dengan pelan menjauhkan diri dari tubuh Perth. Ia juga menyingkirkan tangan yang memeluknya.
Sekarang tubuhnya sedikit menjauh, tapi belum bangkit dari tidurnya.

"Kau sudah bangun ternyata," suara serak menyapa indera pendengaran Saint.
Ia segera menoleh, dan ia mendapati Perth sedang mengerjapkan matanya, juga tangan kanan kemudian menggosok matanya.

"Jangan bicara. Kepalaku masih sakit. Jika kau mau keluar, pergi saja, aku masih ingin tidur." Ternyata karena pergerakan Saint tadi, Perth terbangun dari tidurnya. Ia kemudian menutup matanya. Sakit kepalanya belum sembuh benar, apalagi dengan kejadian semalam.

Saint yang mendengar ucapan Perth langsung diam seketika. Ia kemudian memandang Perth yang sudah kembali dalam tidurnya.
Ia ingin bangkit dari tidurnya, bermaksud untuk membersihkan diri. Tapi badannya sangat lemah dan juga pusing sedikit menyerang kepalanya. Jadi ia mengurungkan niatnya dan mencari posisi nyaman dalam berbaring.

"Terima kasih dan maaf..." ujar Saint kemudian masih memandang Perth. Ia ingat semua yang terjadi semalam meski terpotong-potong. Berterima kasih karena Perth tidak memanfaatkan situasi yang ada, dan maaf karena dirinya Perth terluka.

Saint masih bisa melihat tanda merah di bawah telinga Perth. Ia kemudian memandang Perth dengan seksama. Dan matanya sedikit membola saat melihat dada kiri Perth yang mana piyama itu tersingkap karena satu kancing atas tidak terkancing.

Di sana terlihat warna merah keunguan, dan bentuknya seperti sebuah gigitan.

"Maaf... pasti sangat sakit."


Flashback on

"Saint!"

Teriak Perth saat Saint menerjangnya. Kepala Perth juga sampai menyentuh lantai. Kini sakitnya itu bertambah.

Dengan tatapan garang Saint melihat Perth yang berada dalam kungkungannya. Ia kemudian mencium Perth dengan sangat ganas tepat di bibirnya.
Perth sampai dibuat kuwalahan karena ciuman itu. Maklum, Perth adalah seorang pemuda yang belum pernah sekalipun berpacaran ataupun berhubungan, dan ini adalah kali pertama seseorang menciumnya, dengan ganas pula. Saint benar-benar adalah seorang pencium yang handal. Perth sampai dibuat tersengal-sengal karena ciuman tersebut.
Setelah puas, Saint kemudian mencium tengkuk leher Perth. Dan tangannya juga tidak tinggal diam. Di robeknya baju yang dikenakan oleh Perth.

"Kau ingin menjadi dominan Saint, jangan mimpi."

Kedua tangan Perth yang bebas segera memegang kedua pundak Saint. Pria manis itu masih dengan brutal mencium leher dan juga dada Perth. Ia juga menggigit bagian dada kiri Perth. Saint benar-benar diluar kendali. Nafsunya sudah mencapai ubun-ubun.
Sambil mencium dan juga tangan yang tidak ingin kalah, Saint juga sudah merobek paksa bajunya. Juniornya yang sudah keras juga ia gesekkan dengan selangkangan Perth yang mana juga junior pemuda tampan itu keras di dalam celananya.

Husband of Choice ✔️ EndingWhere stories live. Discover now