91B | Kembang Perawan

Začít od začátku
                                    

Deg.

Entah mengapa mendengar Kana mengutarakannya secara langsung membuat hati Gatra berdesir hebat. Desiran yang dulu pernah ia rasakan kini muncul kembali hanya dengan pengakuan istrinya.

"Kamu?" Tanya Gatra. "Punya rasa sama saya selama itu?"

Kana membuka telapak tangannya oelan dan mengangguk, "Iya, Om," Jawabnya. "Makanya dulu aku sering nguping Om Gatra kalo ngaji suaranya enak, sampe sekarang malah ngajarin aku ngaji, ya Allah mimpi apa aku?"

Dari sorot matanya yang sedekat ini dengan Gatra, gadis itu tampak bahagia mencerita betapa antusiasnya dia setiap bertemu cinta pertamanya setelah Pak Sadiman.

"Apalagi kalo udah ngadep Ayah, ya ampun gagahnya bikin meleleh. Walopun galak, tapi anehnya malah aku makin tertantang," Ucapnya lagi mengingat-ingat masa itu. "Kalo dulu, dari jauh liat Om Gatra aja udah degdegan banget, apalagi sekarang ditindih gini...?"

Kana berusaha menggeliat agar Gatra melepaskannya. "Masa ngobrolnya begini sih, Om? Nggak pewe tau."

"Biar begini, nanti kamu kabur," Jawab Gatra yang sadar posisinya masih berada di atas Kana.

Kana berdecak sebal. Baiklah, itung-itung menghirup aroma harum tubuh Gatra yang dari dulu ia sukai. "Om wangi banget," Ucapnya berusaha mengganti topik pembicaraan.

"Kana," Panggil Gatra yang masih menatap dirinya meskipun Kana berusaha membuang tatapannya sendiri. "Kenapa nggak bilang?"

"Bilang ke siapa, Om?" Tanya Kana, "Bilang ke Ayah? Big no! Yang ada malah Om Gatra nanti jadi rekening."

Alis Gatra terangkat, "Jadi rekening?"

"Iya, Om Gatra dimutasi gara-gara ayah dapet ajudan baru," Ledek Kana. "Ayah pasti ketar-ketir kalo tau putri semata wayangnya ngincer Mas ajudan ganteng ini."

Gatra menggeleng, "Bukan bilang ke Ayah, tapi bilang ke saya, Kana."

Mendengar itu justru membuat Kana tertawa, "Ya masa aku nggak ada angin nggak ada ujan ngungkapin perasaan gitu? Yang ada makin-makin deh Om Gatra nganggep aku cuma bocil kemaren sore," Ucap Kana. "Aku simpen perasaan itu sendiri aja, Om. Nggak sendiri deh, beberapa temenku tau."

Ah, Kana benar. Kalau saat Kana duduk di bangku SMP dan mengungkapkan perasaannya, yang ada Gatra justru meledeknya mati-matian.

"Emang kalo misal pas aku lulus SMA kemarin aku ungkapin, Om Gatra mau sama aku?" Tanya Kana pelan. Takut-takut mendengar jawaban Gatra yang mungkin akan mengecewakan.

"Kenapa enggak?" Tanya Gatra.

"Heh?" Sontak Kana berani mendongak menatap tepat di netra suaminya. "Tanpa ada kejadian semua ini loh."

"Iya, he-em, saya mau," Ucap Gatra di luar ekspektasi Kana. "Tapi..."

Tapi? Ah, Kana sudah menduga, tidak mungkin Gatra bersedia menerima cintanya. Setelah menikahpun Gatra belum memiliki perasaan apa-apa untuk Kana. Haruskah ia berharap lebih?

"Asal kamu bersedia saya nikahi setelahnya dan Ayah Ibumu setuju ya langsung saya bawa Mak sama Nilam ke rumahmu. Minta kamu baik-baik ke Ayah Ibu buat jadi istri saya."

Dara AjudanKde žijí příběhy. Začni objevovat