prolog

26K 2K 124
                                    

warning: contains bullying,harsh words, suicide!

.

.

.

They painted me as the bad guy... And so, bad guy, that's what I became.

...

Until he came.

.

.

.

"Saya suka sama kamu!"

Riuh seisi sekolah bergelora memenuhi lapangan berikut lorong-lorong di sepanjang sekolah hingga ke lantai tiga. Siswi-siswi bergerombol, siswa-siswa memanjat pagar, semua tidak ingin ketinggalan dari pertujukan. Kamera-kamera ponsel diangkat, mengabadikan. Dan di beberapa sudut, cemoohan terdengar dengan sudut-sudut bibir terangkat, siap menerkam dengan ocehan pedas.

Aksal memindahkan bola basket yang ditopang pinggang kirinya ke sebelah kanan, mengelap keringat di kening dengan lengan, lantas menatap sekitar. Tidak ada lagi orang lain dalam radius dua meter dari tempatnya berdiri. Permainan terhenti begitu saja begitu dia, gadis ini datang dan berdiri di depannya tanpa basa-basi.

Ia menatap bunga mawar yang disodorkan ke arahnya. Lantas sepasang kelereng gelap itu beralih pada gadis yang berdiri di depannya. Gadis itu menatap Aksal tanpa ekspresi. Meski begitu, tangannya yang memegang bunga terlihat sedikit gemetar.

"Jadi ... kamu mau jadi pacar saya?" tanyanya sembari mengangkat alis. Bukan gadis itu, melainkan Aksal yang bertaya.

Gadis berambut panjang dan lurus sepunggung itu mengangguk. Ia tidak memiliki poni tetapi angin yang beembus pelan menerbangkan sebagian rambut ke wajahnya. Rambut yang indah, pikir Aksal.

Sayangnya, dia bahkan tidak tahu namanya.

"Siapa nama kamu?"

Si Gadis Tak Bernama menatapnya balik. Tatapannya tegas, dingin. Seolah dia tidak takut dengan apapun. Bahkan tidak dengan kenyataan bahwa semua orang di sekolah tengah menonton mereka saat ini.

"Isa."

Aksal berbalik detik itu juga, menjauh. Membuat sorakan cemooh terdengar hampir dari segala penjuru. Bisik-bisik mulai ramai. Derai tawa mulai terdengar. Dan gadis itu diam, berdiri di tempat.

Dia bego, ya? Seseorang berbisik.

Udah ditolak, masih nggak malu juga?

Emang nggak tahu malu!

Tetapi Aksal tidak pergi. Dia hanya berjalan ke pinggir lapangan, meraih sesuatu dari tasnya, dan berbalik. Dia kembali berdiri di hadapan gadis itu lagi.

Lalu, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Sebelah tangannya terulur, memasangkan topi hitam di kepala gadis itu sementara tangan lainnya meraih bunga yang dia sodorkan.

Aksal, dengan lembutnya, tersenyum.

"Oke, Isa. Kalau gitu, ini hari pertama kita."

Dan sorakan paling memekakkan telinga pun baru saja menghantam semua orang seperti gulungan tsunami.

Prince Effect

.

.

.

a/n: ini cek ombak ya guys~ kalo rame, aku lanjut. Karena jujur, bingung milih cerita mana buat next setelah cinderella effect.

Ini vibenya beda ygy dari cinderella effect. Kalo kemaren ringan kayak kapas, yang ini lebih dark dikit. Tolong kasih tahu ya kalau kalian suka atau enggak. Chapter 1 aku drop malam ini juga.

Aku ga ada banyak persiapan buat cerita ini, let itflow aja ygy. Kritik saran ditunggu <3

Prince Effect [COMPLETED]Where stories live. Discover now