SARKA / REY

18 2 0
                                    

REVISI

Kemana pun Blora pergi selalu ada Rey di sampingnya, sudah seminggu berlalu Rey bersekolah bersama Blora.

Ia mulai membiasakan hidup seperti halnya manusia biasa, kali ini Rey berjalan di koridor sambil melihat kekiri dan kekanan.

Banyak siswi yang berbondong bondong memberi coklat atau bunga kepada Rey, Rey akan terima jika dapat persetujuan dari Blora.

Kali ini ia inginm enemui Blora seperti biasa, namun hal yang tidak mengenakan ia lihat.

Blora dan seorang laki laki sedang makan siang bersama, bukankah selama ini Blora selalu makan siang bersama Rey.

Rey kenal orang itu, ia adalah Sarka. Rey dapat melihat senyum Blora yang sangat lebar bahkan senyum itu tak pernah ia lihat sebelumnya,

Senyum yang tak pernah Blora tunjukan padanya, Rey memegang dadanya yang terasa sakit.

"Ko sakit ya," Gumamnya.

Perasaan aneh mengerumuni hatinya, Rey memilih untuk pergi menemui adiknya, Pelangi.

"Kenapa ka?" Rey mengajak Pelangi untuk bicara.

"Sarka sama Lora kok deket banget ya?" Tanya Rey bingung,

Pelangi bingung harus jawab apa, karna laki laki yang Blora suka hanya Sarka bukan Rey.

"Mungkin mereka ada kerjaan yang harus di kerjain bareng,"

Rey mengangguk berusaha positif thinking, pada akhirnya ia makan siang sendiri tanpa Blora,

"Kenapa Lora ga bilang ya?" Rey mengaduk aduk makanannya,

"Kehidupan manusia ternyata ga seenak yang aku pikirkan, bahkan menjadi seorang Alpha lebih menyenangkan." Rey yang masih bermonolog sendiri,

"Lo kenapa?" Rey mendongak melihat  siapa yang datang,

"Riko?"

"Iya gue Riko, temen Lora." Rey mengangguk, ia tak minat berkomunikasi dengan orang sekarang,

"Ga sama Lora?" Tanya Riko, Rey hanya menaikan bahunya acuh,

Hening.

Riko menghela nafas panjang, ia terlalu lama bergelut dengan pikirannya.

"Aneh ga kalo gue bilang kita pernah ketemu sebelumnya,"

Rey menatap Riko, "Ngga, kita emang pernah ketemu kan waktu di rooftop."

Riko menggeleng, "Gue liat lo bukan kaya manusia biasa, gue liat lo kaya,"

"Kaya seorang Dewa." Sambungnya.

Tak bisa Rey pungkiri, walau dia merubah dirinya sebagai manusia biasa aura yang Rey pancarkan berbeda.

Apa lagi sebelumnya Riko pernah bertemu Rey, sudah pasti Riko dapat merasakan tekanan milik Rey.

"Gue aneh ya?" Tanya Riko lagi.

Rey menggeleng, "Ga aneh,"

"Setiap gue liat lo, kaya ada potongan kejadian yang ada di pikiran gue, pasti lo anggap gue halusinasi atau aneh tapi gue ga ta-"

"Gue percaya," Potong Rey.

"Maksud lo?"

"Lo emang pernah ngalamin kejadian itu," Setelah Rey mengatakan itu, Rey pergi dari hadapan Riko. Ia terlalu malas meladeni Riko, suasana hatinya sedang tidak bagus hari ini.

Riko diam mematung, entah mengapa tubuhnya menjadi merinding. Ia merasa aura aneh di tubuhnya.

💜💜💜

Sebelum pergi ke kastil Pelangi berjalan jalan sebentar, ia menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Sungguh nikmat.

Tiba tiba ada seseorang yang menyentuh bahunya, Pelangi tersentak saat itu juga.

"Eh sorry lo kaget ya, gue ga bermaksud."

Pelangi menelaah wajah pria di hadapannya, melihat setiap inci yang ada di wajah pria itu. Seakan tau apa yang Pelangi pikirkan pria itu menyebutkan namanya,

"Langit."

"Lo inget gue?"

Pelangi mengangguk, "Ah Langit iya gue inget, yang di mall waktu itu kan?"

Langit tersenyum manis, "Lo sendirian disini?"

"Iya gue abis pulang sekolah ke sini sebentar. Eum lo sendiri?" Tanya Pelangi.

"Gue lagi jalan jalan aja," Pelangi merasakan ada yang ganjal di hatinya, entah karna apa.

"Mau duduk di sana?" Ajak Langit sambil menunjuk bangku taman,

"Boleh!"

Mereka tertawa bersama, ternyata Pelangi menemukan orang yang dapat mengerti perasaannya, Pelangi merasa di hargai ketik ia bercerita lalu di dengar oleh Langit.

Dengan seperti itu saja Pelangi merasa senang, karna selama ini di kastil ia hanyalah putri bangsawan yang hidupnya di atur oleh pembantu.

Arda hanya sekedar teman sekolah saja, ia tak pernah cerita tentang perasaannya. Namun sekarang ia bersama Langit merasa lebih tenang.

Karna Langit bisa menjadi pendengar yang baik, bahkan Langit pun bercerita tentang dirinya.

Satu otak dan satu pemikiran adalah hal yang menyenangkan ketika berteman.


Bersambung..
Hai bantu aku share cerita ini ya, makasih💜

Two Worlds [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang