|| 13 || Let's be friends

13 5 0
                                    

Sudah ketiga kalinya dan akan sangat bodoh jika Senja masih saja meragukan segala yang Cetta katakan

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Sudah ketiga kalinya dan akan sangat bodoh jika Senja masih saja meragukan segala yang Cetta katakan. Memang terakhir kali Cetta tidak datang tepat waktu seperti dua kejadian sebelumnya, tapi tetap saja pada akhirnya dia ada di sana. Berniat membantu Senja walau Fabian yang kebetulan baru saja keluar kelas melihatnya tercekik entah oleh apa.

Dan karenanya Senja tidak akan melepaskan Cetta begitu saja.

Senja masih ngeri dengan bagaimana Cetta mengatakan jika kilasan yang datang tentangnya selalu berakhir dengan Senja yang tergeletak dengan wajah penuh darah. Walau tidak benar-benar terjadi namun tetap saja Senja bisa membayangkan dengan sangat jelas bagaimana keadaannya. Dan satu hal yang Senja amati dari ketiga kejadian itu. Semuanya pasti terjadi saat menjelang atau memasuki sore hari.

Apa Senja mendadak menjadi orang yang paling sial di dunia saat sore hari datang?

Karenanya walau satu-satunya dosen yang mengajar berhalangan hadir dan meminta mengganti jam perkuliahan di hari lain, Senja tetap datang ke kampus. Sejak menjelang siang Senja sudah terduduk di lobi gedung fakultas menikmati fasilitas WiFi gratis sambil terus mengawasi tangga, pintu masuk, dan koridor kanan kiri.

Untungnya ketika menjelang siang Senja melihat Cetta yang turun dari tangga. Di belakangnya ada gerombolan mahasiswi yang diam-diam melihat Cetta yang lagi-lagi sudah menaikkan tudung jaket. Tanpa basa-basi lagi Senja segera melesat mendekati Cetta dan berhenti di depannya. Spontan langkah Cetta langsung terhenti dengan mata yang memandang kaget ke arahnya.

"Senja?"

Senja otomatis tersenyum saat namanya keluar dari bibir Cetta. "Hai, gue udah nungguin lo dari tadi."

"Nungguin ... gue?"

Senja mengangguk sekali dengan gerakan yang sangat canggung. Bukan karena Cetta, tapi karena beberapa mahasiswa yang mengenalnya sempat melirik sekilas dengan wajah penasaran. Masalahnya mereka adalah tipe kenalan yang tidak seberapa dekat, tapi mungkin saja menjadikan Senja sebagai bahan gossip mereka. Senja sedikit khawatir, tapi sepertinya itu semua sebanding dengan keberadaan Cetta di hadapannya.

"Iya, gue mau tanya sesuatu. Yuk!"

Tanpa pikir panjang Senja segera meraih telapak tangan Cetta. Sebuah genggaman langsung di antara mereka, membuat Cetta sempat dibuat salah tingkah merasakan kehangatan tangan Senja dan lagi-lagi tanpa permisi sebuah kilasan masa lalu yang paling menonjol muncul. Kilasan masa lalu kebanyakan selalu sama, milik Senja adalah ketika orangtua gadis itu memutuskan untuk berpisah.

"Tunggu." Cetta membalas itu dengan menahan langkahnya.

Tubuh Senja agak tersentak karena pergerakannya yang terhenti mendadak. Senja tersentak ke belakang dan hampir saja menabrakkan punggungnya ke dada Cetta. Untungnya dengan cepat Cetta memindahkan sebelah tangan ke salah satu bahu Senja dan mencegah hal itu terjadi.

Tidak lama Senja menoleh ke arahnya. Wajahnya agak kesal dan itu membuat Cetta semakin canggung dan akhirnya hanya bisa membalas dengan senyuman kaku yang memunculkan dua lesung pipinya. Melihat itu Senja menghembuskan napas panjang. Sepertinya walau sulit untuk diterima, tapi kenyataannya Senja lemah dengan lelaki yang memiliki lesung pipi. Rasa emosi yang sudah siap dikeluarkan mendadak hanyut ke sungai begitu saja.

FORGET ME NOTWhere stories live. Discover now