|| 7 || Almost....

19 5 0
                                    

Meski siapapun yang melihatnya akan menyimpulkan jika Senja keterlaluan, namun sebenarnya Senja tak bermaksud jahat pada Cetta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski siapapun yang melihatnya akan menyimpulkan jika Senja keterlaluan, namun sebenarnya Senja tak bermaksud jahat pada Cetta. Apa yang Senja lakukan didasarkan pada insting untuk melindungi diri dari bahaya. Insting yang mengatakan jika dirinya harus menghindari Cetta dan kemampuannya yang tak biasa. Meski terlihat sangat tak tahu diri, semoga saja Cetta dapat mengerti pilihan Senja.

Senja ingin melupakan wajah kecewa Cetta di lobi fakultas tempo hari dan mengingatkan pada diri sendiri jika yang dilakukannya sudah benar. Dia tidak mengenal Cetta sedekat itu, jadi ... itu wajar, kan?

Namun sekeras apapun Senja berusaha melupakan, ekspresi sedih dan kecewa Cetta benar-benar masih terbayang di kepalanya. Beruntungnya Senja punya pengalihan saat Ferna dan Anin mengajaknya untuk mencoba sebuah kedai makan ayam geprek yang baru-baru ini dibuka. Kedua temannya ini memang sama sekali takt ah kegelisahan Senja, namun setidaknya keberadaan mereka sangat membantu baginya.

"Lama-lama gue jadi khawatir sama hubungan lo sama Ghali, Nin."

Ketiganya sedang dengan syahdu menikmati piring masing-masing yang berisi ayam geprek ketika Ferna bicara. Setelah mengatakan itu Ferna kembali menyuap gumpalan nasi yang membuat Anin menatap ke arahnya. Wajahnya terlihat bingung karena ucapan Ferna yang sepenggal.

"Ngomong tuh diterusin, Fer."

Ferna memberi kode dengan mengangkat tangan untuk membiarkannya mengunyah sejenak. "Bentar. Gue minum dulu," lanjutnya lagi setelah meraih gelas berisi es jeruknya.

"Jadi apa?"

"Lo tuh, kalau dilihat-lihat pacarannya keterlaluan. Iya nggak, Ja?" Ferna menatap ke arah Senja yang malah menambah kebingungan yang lain.

"Ja?"

"Nama pendek lo. Kepanjangan kalau manggil Senja. Lagian ya nama lo tuh estetik tapi nggak bisa dipotong. Terus lo mau dipanggil apa? Sen? Nggak pantes."

Dengan sepenuh hati Senja menukas dengan sewot. "Ya nggak Ja juga kali! Panggil Senja aja."

Anin yang mendadak harus melihat perdebatan dua temannya itu memutar bola matanya kesal. Bukannya tadi Ferna ingin mengatakan sesuatu? Kenapa mendadak topik beralih dengan cepat hanya karena panggilan pendek aja. Hadeh....

"Hellow ... bukannya lo tadi mau ngomong sama gue ya, Fer?"

Seakan baru saja sadar dengan tujuannya Ferna dengan seketika memutuskan kontak mata dengan Senja yang terlihat kesal. Wajahnya terlihat berpikir sebentar, alu seakan ada sebuah lampu yang mendadak muncul di atas kepalanya Ferna menjentikkan jarinya.

"Gue baru inget."

"Jadi apa?"

"Nggak tahu ini cuma gue yang mikir begini atau nggak, tapi menurut gue gaya pacaran lo udah cukup ... kelewat batas?" Ferna mengatakan dengan hati-hati lalu menyeruput lagi minumannya.

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang