56. Morning Sickness

Mulai dari awal
                                    

"Hhhh~ dia juga anak perempuan ku Catrine." Ucap ayah Max menanggapi.

"Tidak... Aku yang lebih menyayanginya... Iya kan Luna... Kamu pilih ibu kan?" Ucap Caterine sambil memegang kedua pipi Luna.

"I-... Iya Bu." Ucap Luna tersenyum.

"Ah... Anak pintar..." Ucap Caterine sambil mencium pipi Luna gemas.

"Dia bukan anak kecil, Kate. Lepaskan dia... Dia tampak tak nyaman." Ucap ayah sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan istrinya.
.
.
.
.

-Malam hari-

Max bersandar di kursi mobil sambil sesekali melihat jam di pergelangan tangannya.

Ia sangat kesal sekaligus lelah karena urusan kantor, padahal ia sudah bilang pada Luna untuk pulang secepatnya, tapi pekerjaan itu tak kunjung selesai dengan cepat dan pada akhirnya ia baru bisa pulang jam 22.00.

Saat ini Max bahkan menggunakan supir karena ia sangat lelah, dan yang paling penting ia sangat merindukan Luna. Ia gelisah sepanjang waktu karena khawatir Luna menunggunya yang tak kunjung pulang. Walau ia telah meminta tolong orang tuanya untuk menemani Luna tetap saja perasaan khawatir itu tak kunjung hilang.

Sejak Luna hamil ia merasa mereka semakin dekat, Luna tak ragu mengatakan bahwa ia membutuhkan Max disampingnya, ia tak ragu meminta Max menemaninya, bahkan ia tak ragu mengatakan bahwa pelukan Max sangat menenangkan dan yang sangat ia butuhkan.

'Meski aku tau itu hanya bawaan hamil ataupun itu tak murni keinginannya, tapi aku sangat bersyukur kami menjadi semakin dekat. Saat anak kami lahir dan jika hubungan kami terus membaik terus seperti ini, aku akan-... Aku akan mengatakan perasaanku padanya. Bolehkah aku berharap suatu hari nanti ia akan memaafkanku atas semua kesalahanku padanya? Aku hanya ingin ia terus di sampingku, bisakah aku menahannya untuk tak meninggalkan ku suatu hari nanti?.' Tanya Max dalam hati.
.
.

-Sampai di rumah-

"Kau lama sekali, Luna bahkan sudah tidur." Ucap ayah Max yang duduk di sofa.

'Hhh~ syukurlah. Aku akan meras bersalah jika ia menungguku.' pikir Max lega.
"Aku lama karena orang itu kembali membuat ulah. Aku muak." Ucap Max yang duduk di sofa berhadapan dengan ayahnya.

"Lalu bagaimana pergerakannya? Dia sudah diujung tanduk, sebentar lagi ia akan jatuh dengan sendirinya." Ucap Ayah Max.

"Aku tau itu. Tapi dia selalu punya cara tak terduga. Benar apa yang ayah katakan, ia sungguh memalsukan tanda tanganku untuk mencairkan dana di bank atas nama perusahaan." Ucap Max.

"Lalu apa yang kau lakukan padanya...?" Tanya ayah Max.

"Aku sudah laporkan kepada pihak berwajib." Ucap Max.

"Ya... Itu bagus. Jangan bergerak sendiri dan terlalu berlebihan dulu untuk saat ini. Kau tau Luna sedang hamil maka jangan lakukan semaumu, ayah takut terjadi apa-apa pada kalian. Sisanya serahkan pada ayah." Ucap Ayah Max.

"Baik ayah. Terima kasih atas bantuannya selama ini. Berkat ayah semua jadi lebih mudah." Ucap Max.
.
.
.
.

-Pagi hari-

Luna membuka matanya perlahan, kemarin ia ditemani ibu mertuanya sampai ia tertidur. Ia tak tau kenapa Max sangat lama namun ia tau pasti Max pastilah sangat sibuk.

Pagi ini ia melihat Max tertidur disampingnya sambil memeluknya. Luna pun tanpa ragu balas memeluknya dengan erat mencari kehangatan seolah mereka sudah lama tak bertemu.

Tiba-tiba ia merasa Max mengusap-usap punggungnya.

"Ada apa?" Tanya Max yang terbangun karena merasa pelukan erat Luna.

"Kenapa kemarin kau tidak pulang? Aku bahkan tak tau kapan kau pulang." Ucap Luna.

"Maafkan aku. Ternyata banyak hal yang harus segera ku urus." Ucap Max.

"Apakah hari ini kau akan pulang lama seperti kemarin?" Tanya Luna.

"Tidak, aku-...."

"...."

Max tiba-tiba menghentikan ucapannya. Luna juga terkejut dan langsung melihat Max dengan tatapan sulit di deskripsikan.

"Max kau merasakannya juga?" Tanya Luna penasaran.

Max mengangguk merespon pertanyaan Luna. Mereka langsung melihat ke perut Luna. Luna lalu meletakkan tangannya di atas perutnya untuk merasakan lagi gerakan yang tadi ia rasakan.

"D-...dia menendang lagi." Ucap Luna kagum.

"Benarkah? Um.. Boleh aku-... ?" Tanya Max ragu.

"Kemarikan tangan mu." ucap Luna sambil menarik tangan Max dan meletakkan di atas perutnya agar Max juga bisa merasakan gerakan di dalam perut Luna.

"Kau merasakannya?" Tanya Luna.

"Ya... Dia menendang perutmu, apakah kau merasakan sakit?" Tanya Max agak khawatir.

"Tidak sama sekali. Ini hanya geli, aku sangat menyukai sensasinya." Ucap Luna bersemangat.

Max tersenyum tipis melihat Luna yang tampak bersemangat.
"Nanti aku akan antarkan ke rumah sakit untuk USG. Hari ini aku tidak akan pergi ke kantor." Ucap Max.

"Benarkah? Kau akan seharian di rumah?" Tanya Luna.

"Ya... kemarin aku sudah kerjakan semua pekerjaan untuk hari ini." Ucap Max.

"Syukurlah. Terima kasih Max."
.
.
.
.
.
.
.
.

-1 bulan kemudian-
(Umur kandungan 5 bulan)

Max memijat kaki Luna dengan hati-hati. Tadi Luna muntah-muntah hingga mengeluarkan sedikit darah, dokter mengatakan tenggorokannya terluka karena ia terus memuntahkan makanan. Max sudah menawarkan agar Luna di rawat inap, namun Luna menolaknya karena ia tidak nyaman berada di rumah sakit meskipun di ruangan VVIP.

Akhirnya Max menuruti kemauan Luna, saat pulang dari rumah sakit Luna mengeluhkan kakinya pegal dan dengan senang hati Max pun memijatnya berharap sakitnya dapat sedikit mereda.

"Terima kasih banyak Max. Aku yakin kau akan jadi ayah yang baik." Ucap Luna tulus sebelum ia memejamkan mata untuk tidur.

'Kau juga akan jadi ibu yang baik.' ucap Max dalam hati.
.
.
.
.
.
.

-Gedung stasiun TV-

"Nona Sania, sebentar lagi giliran anda untuk wawancara. Silahkan bersiap." Ucap Staff televisi.

"Ya." Ucap Sania.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

12 Juli 2022

Haiii.... Aku balik🥰. Terima kasih masih setia menunggu cerita ini. ❤️

Oh.. iya.. kalau ngga mau ketinggalan saat aku update, jangan lupa Follow biar ada notifiaksi update dari aku. 🤗

Jangan lupa Vote, Comment agar author semangat update😉
Terima kasih atas dukungan kalian semua untuk cerita ini 🤗❤️

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang