33. Lelah

41.3K 2.5K 22
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Pagi hari tiba, Max mengingat kejadian tadi malam. Setelah Luna melemparnya dengan bantal, ia agak syok karena sebelumnya tidak ada wanita yang berani memperlakukannya seperti ini, tapi disisi lain entah kenapa ia tidak marah atau kesal kepada Luna.

Max menoleh ke arah Luna yang tidur memunggunginya.

Tengah malam tadi ia sempat terbangun karena Luna turun dari tempat tidur dan pergi ke walk in closet. Tak lama Luna kembali dan naik ke atas kasur. Tapi ia tak langsung tidur.

Max mengintip Luna sedang mengikat kaki dan tangan kirinya ke sudut ranjang menggunakan dua helai kain yang tadi ia bawa.

Melihat Luna seperti itu Max langsung menyadari bahwa Luna sedang berusaha agar saat tidur ia tak datang mendekat pada Max untuk memeluk atau baring di lengannya lagi.

'Kau sampai seperti itu, padahal kakimu sedang terkuka. Sepertinya idemu berhasil karena pagi ini kau tak memelukku seperti biasa.' pikir Max melihat Luna yang terlelap di ujung kasur dengan membelakanginya. Entah kenapa ia merasa asing dan aneh. Beberapa bulan lalu setiap pagi Luna selalu menempel padanya. Bahkan kadang Max menunggu hingga Luna yang duluan bangun karena ingin mengintip ekspresi syok dan terkejutnya di pagi hari yang lucu. Tapi pagi ini Luna memunggunginya.

'Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan! Kenapa aku terlihat seperti mengharapkan dia menempel padaku setiap pagi? Dasar konyol!' pikir Max.

Max lalu membuka ponsel dan melihat pesan masuk di handphone nya. Tertulis di keterangan bahwa pesan itu dikirim pukul 2 pagi.

'Maxime, aku merindukanmu. Sejak menikah kau bahkan tidak pernah menghubungiku. Ah.. benar, bukankah lusa ini Irish akan ulang tahun? Tahun lalu kau mengajakku untuk datang ke ulang tahunnya, tapi karena waktu itu jadwalku sedang padat aku tidak bisa datang. Sebenarnya lusa ini aku tidak ada jadwal apapun, tapi mau bagaimana lagi, kau pasti tidak akan mengajakku karena kau sudah mempunyai istri. Maxime, beberapa hari ini aku terus memikirkannya. Aku menyesal menolak lamaranmu.'

Max hanya membaca datar.

Saat menscrol handphonenya ia melihat pesan-pesan Sania di hari-hari sebelumnya yang belum sempat ia baca.

"Aku merindukanmu, Max."

"Apakah kau sudah makan?"

"Ini hari yang cerah?"

"Maafkan aku. Aku sungguh menyesal sekarang."

"Kenapa tidak membalas pesanku? Apakah kau marah Max?.

"Max, tolong balas pesanku."
.
.

'Hhhhh~ aku sudah tidak ada waktu berhubungan dengannya lagi karena banyak hal yang harus ku urus. Mungkin saat kontrak berakhir aku baru bisa menghubunginya, entahlah. Aku ingin fokus dengan hidupku yang sudah rumit sekarang.'

Max menghapus semua pesan dari Sania. Kemudian bangun dan bersiap pergi kerja.
.
.
.

Karena Luna dilarang berangkat kerja oleh Max dan pak Felix, ia hanya beraktivitas di rumah. Siang tadi Max pulang dan mengajaknya ke rumah sakit. Ia ingin menolak tapi tetap saja tidak berhasil.

Kakinya yang terluka mendapat tiga jahitan dan untungnya semua baik-baik saja. Luna berharap ia bisa mendatangi ulang tahun Irish 4 hari kedepan dengan kondisi sembuh agar semua orang tak khawatir.

Sore ini Luna memasak sayuran dan daging yang tadi ia beli bersama Max saat perjalanan pulang dari rumah sakit.

Sebenarnya Max melarangnya masak agar ia istirahat, tapi karena Luna protes bahwa ia tidak bisa hanya berdiam diri dirumah tanpa kegiatan, akhirnya Max menyetujuinya.

Marriage Contract With Mr. CEOWhere stories live. Discover now