56. Morning Sickness

Start from the beginning
                                    

"I-..ibu, ayah?" Ucap Luna kaget.

"Luna putriku." Ucap Caterine memeluk menantunya.

Ayah Max juga mendatanginya dan mengusap kepalanya.
"Bagaimana kabar menantu dan cucuku?" Tanya ayah Max.

"Kami baik-baik saja ayah." Ucap Luna sambil tersenyum ramah.

"Benarkah? Tapi kau kelihatan masih kurus. Jaga kesehatanmu ya nak... Fokus istrihat dan bahagia lah setiap hari." Ucap Caterine.

"Baik ibu." Ucap Luna.

"Bagaimana dengan Max? Apakah ia memperlakukanmu dengan baik?" Tanya ayah Max.

"Ya, ayah. Maxime selalu memberikan yang terbaik untuk kami." Ucap Luna jujur sambil mengusap perutnya.

"Syukurlah kalau begitu." Ucap ayah Max.

"Luna sayang, beberapa jam lalu Max menghubungi kami agar datang kemari untuk menjagamu, ia pulang agak telat dari biasanya karena masih ada hal penting yang harus ia lakukan." Ucap Caterine.

"Jadi begitu ya." Ucap Luna tampak murung, ia tak keberatan Max tidak menghubunginya langsung karena ia jarang memegang ponsel saat hamil, karena Max dan dokter tidak menyarankannya.

Melihat Luna tampak murung Caterine menyenggol lengan suaminya memberi code untuk mengatakan sesuatu yang menghibur Luna, karena alasan Max pulang terlambat sedikit banyak karena nasihat ayahnya yang menyuruh untuk menyelesaikan secara tuntas urusan kantor hari ini.

"Jangan sedih nak, Max akan segera pulang dan akan lebih lama tinggal bersamamu. Ayah pastikan ia akan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu besok." Ucap Ayah Max.

Melihat Luna membuatnya mengingat Catrine saat hamil Max beberapa tahun silam. Caterine selalu ingin terus bersamanya. Luna bahkan lebih bisa menahannya, dulu Caterine sampai menangis dan terus membuatnya merasa bersalah jika meninggalkan Caterine di rumah untuk pergi ke kantor.

"Iya ayah. Terima kasih telah menghiburku." Ucap Luna tersenyum agar kedua mertuanya tak mengkhawatirkannya.
"Ayo silahkan masuk ibu, ayah." Ucap Luna mempersilahkan kedua orang tuanya masuk.

"Silahkan duduk ayah, ibu. Luna akan buatkan secangkir-..." Ucap Luna terpotong.

"Tak usah repot-repot sayang. Ingat, tugasmu hanya bersantai." Ucap Caterine.

"Tak masalah ibu, asisten rumah tangga dan dokter beberapa jam lalu baru saja izin pulang. Jadi biarkan Luna yang-..."

"Tidak... Tidak... Serahkan saja pada ibu. Biar ibu yang buatkan air untuk kita, ya nak. Kamu duduk saja bersama ayah, tunggu disini sebentar." Ucap Caterine langsung pergi menuju dapur.

"Tapi ibu-..."

"Tenang saja nak, serahkan pada ibumu. Ia tak bisa di larang jika sudah mengambil alih seperti itu." Ucap ayah mertua sambil tersenyum kecil.

Luna yang melihat senyum ayahnya hanya bisa pasrah, ia juga tau ibu mertuanya tidak akan bisa dicegah.

Setelah itu ayah Max membawa Luna berbicara, ini termasuk pengalaman pertamanya dimana ia merasa ayah mertuanya sangat mendominasi pembicaraan, karena biasanya ia lah yang harus kesulitan mencari topik untuk berbicara dengan ayahnya. Ayah mertuanya yang dingin dan irit bicara tiba-tiba hari ini menjadi cair dan sangat humble membuat Luna merasa nyaman.

Bahkan sesekali mereka berdua tertawa bersama membicarakan anak dari kakak iparnya yaitu Axel dan Irish.

"Wah... Kalian tampak sangat akrab. Apa-apaan ini... Kau mencoba mencuri perhatian anak perempuan ku, Hm?" Ucap Caterine sambil membawa teh hangat dan memelototi suaminya bercanda.

Marriage Contract With Mr. CEOWhere stories live. Discover now