Episode 2: Sekolah Pahlawan Elit UA

870 123 31
                                    

Sudah seperti ada alarm di otak, ketika waktu Subuh tiba, Azizah akan bangun dengan sendirinya. Apalagi malam ini ia tidak terlalu bisa tidur. Memikirkan banyak hal tentang bagaimana kelanjutan kisah pahlawannya.

Azizah mengusap wajah dan menguap. Menghela nafas sejenak kemudian bangun. Azizah segera masuk ke kamar mandi dan memulai aktifitas Subuh nya.

Hari pertama tinggal sendirian di Jepang, jauh dari lingkungan keluarga dan teman-temannya. Semua terasa berbeda, ketika banyak warga kota Jepang yang tidak beragama Islam dan sulitnya mencari kepastian halalnya barang atau makanan yang terjual.

Untungnya pihak UA membantu menyiapkan bahan makanan pokok yang halal untuknya di dalam kulkasnya karena mereka tahu orang muslim tidak boleh makan sembarangan, dan kegunaan quirk nya yang bisa membuat makanan jadi dia tidak perlu repot-repot mencari lagi keluar.

Pagi ini, Azizah bersiap-siap menyiapkan snack kue dan minuman yang sekiranya cukup untuk para tamu yang akan datang siang ini. Selesai menyiapkan diri, tak berselang lama menunggu, bel rumahnya ditekan. Beranjak menuju pintu depan, Azizah membukakan pintunya.

"Konnichiwa, Azizah." Sapa Midnight tersenyum. Hanya ada dua orang yang kemarin dan satu mahluk yang berdiri di depan pintu.

"Konnichiwa. Silahkan masuk." Azizah mempersilahkan mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu dengan meja yang telah disiapkan snack kue dan minuman.

"Kamu menata rumah ini dengan cukup baik ya. Cukup nyaman." Puji hewan tikus? Atau beruang? setelah duduk di sofa bersama dengan yang lain.

"Saya senang bahwa Anda sekalian merasa nyaman disini." Azizah tersenyum manis menanggapi. "Jadi, apakah Anda kepala sekolah Nezu itu?" Tanya Azizah sambil menuangkan secangkir teh untuknya dan meletakkannya di hadapan hewan jadi-jadian berjas itu.

"Un, itu benar," Nezu mengangkat secangkir tehnya dan menghirup aromanya pelan. "Aromanya sangat harum. Teh apa ini?"

"Ini teh melati, Tuan." Azizah menuangkan teh pada yang lainnya juga. "Teh ini sebenarnya hanyalah teh biasa yang ditambahkan bunga melati agar tercipta aroma dan rasa yang unik. Ayo diminum, kalian akan merasa lebih rileks setelahnya."

Ketiganya perlahan menyesap teh mereka masing-masing dan terkagum dengan betapa nikmatnya teh melati itu. Azizah merasa sangat senang bahwa kedua guru dan kepala sekolahnya menyukai tehnya. Nezu menikmati mencium dan menyesap tehnya secara bergantian, Midnight menikmati tehnya disela memakan kuenya, bahkan Aizawa meminumnya sampai tandas dan terlelap dengan kantong ulat kuning yang selalu ia bawa.

Mereka menikmati waktu luang itu beberapa waktu, sampai Nezu kembali membuka suara. "Ekhem. Ayo kembali ke urusan kita. Jadi, pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat datang dan terima kasih karena telah menerima permintaan kami untuk masuk ke sekolah kami."

"Tidak perlu, Tuan. Seharusnya saya yang berterima kasih karena di beri tempat tinggal dan kesempatan yang besar untuk bersekolah di sekolah pahlawan elit kalian. Menjadi pahlawan adalah impian saya, jadi mengapa harus dilewatkan." Azizah tersenyum menanggapi.

"Tidak perlu terlalu formal, panggil saja aku Nezu. Aku ingin bertanya beberapa hal padamu, apa boleh?" Nezu bertanya, dan mendapat anggukan kepala dari Azizah mempersilahkannya melanjutkan.

"Begini, ini tentang permintaanmu yang kamu kirim sebelum ke sini. Aku tidak menolaknya tapi, aku ingin tahu mengapa kamu ingin memodifikasi seragam sekolahmu?"

"Alasan pertama karena saya ingin menjaga salah satu kewajiban saya sebagai muslimah yaitu perempuan yang islam harus menutup aurat atau menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Saya tahu kalau seragam sekolah kalian itu, maaf kalau menyinggung tapi seragam sekolah kalian terlalu minim dan ketat, jadi secara otomatis akan memperlihatkan tubuh saya." Azizah menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya. "Dan untuk alasan yang kedua adalah menjaga sopan santun dan menjaga diri dari tatapan hawa nafsu kaum adam. Tidak perlu dijelaskan lagi, pikiran laki-laki itu lebih liar dari perempuan."

My Dream Is To Become A Muslim HeroineUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum