20. Momen Luar Biasa

22.8K 3.9K 2.4K
                                    

Halo bestie, dapat salam cinta dari Elios dan Lacey. Semoga kalian semakin mencintai mereka yaa❤️

Oh ya, jangan lupa hujat Hiro dan Oliver. Terima kasih

Tebak-tebakan kuy, siapa yang ngasih topi buat Hiro, hayooo tau ga?

Happy Reading

***

Oliver sudah pulang dari rumah temannya ketika Hiro berdiri di depan pintu kamarnya bersama boneka kelinci yang tidak pernah absen anak itu bawa. Ia berdiri di depan pintu, membuat Oliver yang berada di belakangnya mendengkus.

"Kalau mau masuk tinggal masuk aja, nggak usah tunggu gue buka pintu dulu."

Hiro langsung menatap saudaranya yang sedang membuka pintu dengan ekor mata sambil menarik napas sebal.

"Sepertinya kamu lupa jika kamu selalu mengunci kamar setiap kali kamu tidak ada di rumah."

Oliver telah membuka pintu dan memasukkan kembali kunci kamarnya ke kantung celana. Ia berbalik, menghadap pada Hiro yang memandangnya geram. "Hiro pintar, kalau kamar gue nggak gue kunci, Papa bakal masuk ke kamar gue waktu gue nggak ada." Kemudian ia mendekati wajahnya ke telinga Hiro. "Berita buruknya, Papa bakal tau kalau lo punya HP dan lo bakal dihukum kayak waktu itu."

Seketika Hiro bungkam karena tidak bisa berkata-kata, membayangkan Papa menghancurkan ponsel pemberian Oliver saja dia sudah gemetar. Apalagi jika hal itu betulan terjadi, mungkin Hiro akan menangis berhari-hari karena merasa bersalah.

"Woi, lo mau masuk nggak?" tanya Oliver mengagetkan Hiro yang mulai tenggelam dalam lamunan. Anak itu mengangguk, lalu masuk ke kamar saudaranya dengan perasaan tidak tenang, setidaknya hingga Oliver mengunci kembali kamarnya dari dalam.

"Sebenarnya, saya sangat takut Papa tahu jika saya mulai belajar menggunakan ponsel. Karena jika itu terjadi, tidak hanya saya, kamu juga akan dihukum oleh Papa. Dan ponsel milik kamu akan dibakar seperti seragam sekolah yang kamu pinjamkan kepada saya waktu itu," jelas Hiro dengan kepala sedikit tertunduk. Oliver sontak berdecak melihatnya.

"Nggak bakal ketauan, Hiro. Kamar gue punya kunci, nggak ada CCTV juga. Bisa dibilang ini tempat paling aman buat lo belajar."

"Benar?"

Cowok itu mengangguk yakin. "Percaya deh sama gue."

"Saya selalu mempercayai kamu, Oliver. Hanya saja, saya sering membayangkan kamu dihukum oleh Papa karena saya." Ia memilin bibir sembari mengeratkan pelukan pada boneka kelincinya. "Saya tidak sanggup membayangkan jika Papa marah lalu memukul kamu."

"Makanya jangan dibayangin." Oliver memutar bola mata. "Mending duduk sana temenin gue belajar, lo senang kan liat gue belajar?"

"Em." Hiro mengangguk sekali sebelum kemudian mendekati ranjang dan duduk di tepi seraya memangku boneka kelincinya. Matanya menerawang setiap sudut kamar saudaranya yang amat besar. Hingga ia mendapati bingkai foto yang selalu Oliver letakkan terbalik di atas meja belajar. Hiro bangkit, meninggalkan boneka kelincinya di atas ranjang untuk mendekati foto tersebut. Kala itu, Oliver sedang mencari sesuatu di lemarinya.

Hiro diam sejenak, ia ragu menyentuh benda itu karena sebelumnya, ia tidak pernah memegang benda milik Oliver tanpa izin pemuda itu. Tapi kali ini, entah kenapa, tangan Hiro bergerak begitu saja, mengambil pigura tersebut dengan tujuan memperbaiki letaknya.

Namun, Hiro justru tertegun melihat tiga orang yang tersenyum bahagia ke arah kamera. Papa, Mama dan Oliver yang kala itu masih berusia dua belas tahun. Hiro hanya bisa mengatupkan bibir serapat mungkin. Ia ingat momen ketika foto itu diambil, Oliver sempat menarik tangannya untuk ikut serta, tapi Mama berkata...

Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)Where stories live. Discover now