19. Kotak Yang Tidak Pernah Dibuka

18.3K 3.9K 1.3K
                                    

Halo semua, yang belum baca part 18, baca dulu ya, karena nggak semuanya dapat notif. Terima kasih

Btw kamu readers ke berapa?

Happy Reading

***

Beberapa hari telah Oliver lewati tanpa berbicara dengan Lexy karena gadis itu tidak membuka obrolan terlebih dahulu. Oliver gengsi memulainya, apalagi Lexy terlihat sangat asik bergosip tentang cowok Facebook yang mengajaknya PDKT belakang ini. Oliver sadar diri karena salahnya sendiri telah menolak gadis itu.

Apakah dia menyesal? Maka dengan telak Oliver akan menjawab 'tidak sama sekali'. Karena ia belum siap memberi perhatian lebih kepada orang lain selain saudaranya.

Namun, bukan berarti ia akan membiarkan Lexy sendirian dan diganggu oleh cowok kurang ajar saat pulang sekolah. Seperti hari ini misalnya, ketika gadis itu sudah menunggu jemputan lebih dari satu jam di depan gerbang dan tidak ada satu orang pun yang datang. Kala itu Oliver memutuskan untuk tidak langsung pulang karena berusaha menjaga gadis itu secara diam-diam.

"Papa mana, sih?! Katanya mau jemput!" gerutu Lexy dengan wajah kesal sambil berdecak berulang kali. Beberapa meter di belakangnya, Oliver tersenyum tipis. "Mana HP gue mati lagi! Tau gitu gue pulang sama Rinjani tadi!"

Oliver geleng-geleng kepala melihat gadis itu memeluk pintu gerbang karena terlanjur geram. Terlalu kasihan, akhirnya ia beranjak mencari seseorang yang mungkin saja belum pulang seperti mereka. Oliver mulai mencarinya di beberapa tempat, hingga menemukan seorang siswa yang tengah membersihkan kelas sendirian.

"Woi!" Oliver memanggil, membuat cowok itu menoleh ke arahnya yang melangkah kian dekat. "Rajin amat lo."

Cowok itu menghela dan berhenti menyapu. "Gue lagi dihukum, njir. Nggak boleh pulang kalau kelas ini belum bersih."

Oliver manggut-manggut. "Lo mau duit nggak?"

Cowok bernama Raja itu langsung meletakkan sapu di tangannya ke samping meja guru dan mengerutkan kening. "Duit? Mau lah!"

"Kalau gitu." Oliver mengeluarkan dompet dari saku celananya dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribu. "Lo harus bantu gue."

"Bantu apa?"

"Lo bawa motor 'kan?"

"Bawa. Kenapa?"

"Anterin Lexy pulang sampai depan rumahnya." Oliver meletakkan uang tadi ke dalam telapak tangan Raja. "Tapi jangan ngebut, apalagi cari-cari kesempatan buat pegang-pegang dia. Gue suruh lo anterin Lexy bukan berarti gue bakal biarin lo bebas berdua sama dia. Gue ikutin lo dari belakang buat pastiin dia sampai ke rumah dengan selamat."

"Siaaap!" balas Raja antusias sambil memasukkan uang tadi ke kantung celananya. Lalu keluar dari kelas bersama Oliver yang mengekor di belakang. Ia menghampiri Lexy, menawarkan gadis itu pulang bersama seperti yang Oliver minta.

Raja pikir cowok itu bercanda ketika mengatakan akan mengawasi gerak-geriknya, ternyata tidak, Oliver betulan mengikuti diam-diam hingga Raja tidak bisa bersikap seenaknya. Padahal, sempat terbesit dalam pikirannya untuk meminta nomor Lexy karena gadis itu sangat cantik dan nyambung saat diajak bicara. Tapi Raja langsung mengurungkan niat tepat ketika ia lihat Oliver menatapnya di kejauhan dengan delikan mata penuh ancaman.

Alhasil, dia hanya menurunkan Lexy di depan gerbang rumahnya dan pergi begitu saja setelah gadis itu mengucapkan terima kasih.

Beda dengan Oliver yang baru melajukan motornya lagi setelah Lexy masuk dan menutup pintu. Karena setelah itu, ia baru lega sebab gadis yang ia sayangi tiba dengan selamat di rumahnya.

Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt