🥑*Prolog

79 41 11
                                    

13.00

Sudah beberapa jam yang lalu hujan masih saja membasahi jalanan kota. Aku berjalan menjauh dari meja kerjaku.
Dari dua jam lalu otak ku entah kenapa tidak bisa diajak kompromi. Seakan buntu memikirkan alur cerita.

Memang pekerjaan ku bukan seorang penulis cerita. Itu hanyalah hobi sekedar iseng saja. Aku duduk dekat jendela. Seakan tak bosan melihat air berjatuhan dari atas langit.

Aku menyukai hujan.

Ku eratkan mantel yang melilit di tubuhku. Tak lupa secangkir coklat hangat yang tengah ku minum.

Aku merasa deja vu’

Pikiran ku teralihkan dengan suara canda tawa dari dua orang manusia berbeda kelamin yang memakai seragam putih abu.

Dari luar jendela ku lihat mereka berlari tertawa seakan tak punya beban, dari raut wajahnya mereka sangat sangat bahagia, seakan dunia milik berdua.

Aku hanya mampu tersenyum dan menunduk ke arah cangkir coklat yang tandas. Entah kenapa satu ide muncul dikepala ku.

Buru buru aku meletakkan cangkir dan berjalan menuju meja kerja dan membuka laptop. Diriku sedikit ragu. Setelah menimbang- nimbang akhirnya ku putuskan.


Teruntuk R, jikalau kamu melihat ini aku hanya ingin mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa. Bukankah kita pernah ada.

~Nabira Helma

Ranqa;Memories [On-Going]Where stories live. Discover now