Part 12

559 52 6
                                    

Menurut pemeriksaan Hanna, kandungan Aileen sudah mulai kuat dan sehat. Maka dari itu, Aileen diperbolehkan naik pesawat, tapi tidak boleh yang menghabiskan perjalanan hingga puluhan jam.

Aileen tentu senang. Toh, Reygan hanya akan mengajaknya ke Bali dengan waktu tempuh kurang dari dua jam. Dan seperti rencana Reygan, mereka akan berangkat hari Kamis nanti.

"Lo kalau lagi free gini cuma di rumah aja?" sambil memakan cemilannya, Aileen bertanya pada Reygan yang sibuk bermain games di ponselnya. Lelaki itu duduk di karpet tepat di bawah sofa yang Aileen duduki. Aileen duduk selonjor seraya menonton televisi dan memasukkan cemilan ke dalam mulutnya. Sesekali ibu hamil itu juga menjahili suaminya yang sedang fokus bermain.

"Hmm...."

Aileen menghembuskan napasnya di tenguk Reygan membuat sang empunya meremang. Melihat Reygan yang masih mengacuhkannya, Aileen memasukkan cemilannya ke dalam mulut dan mengunyah di dekat telinga Reygan, sehingga Reygan langsung menoleh karena merasa risih.

Ayah dari anak yang Aileen kandung itu merampas cemilan di tangan Aileen dan meletakkannya di meja, "Gue udah buatin cemilan sehat buat lo. Kenapa lo makan snack yang banyak MSG-nya gini sih? Lo lagi hamil, Ai."

"Kan kepengen," gumam Aileen, "Rey, bosan."

"Mau ngapain?"

"Jalan keluar, yuk!" ajaknya, "Lo kan lagi batasin gue keluar nih, apalagi tanpa lo. Jadi, gue ajak lo pergi. Mau, ya?"

"Kemana?" Reygan menatap serius Aileen.

"Kemana gitu, yang penting jangan di rumah. Gue bosan," rengeknya.

"Ya udah, ayo."

Aileen memekik senang, "Aw, thank you, hubby," tanpa sadar tangannya memeluk leher Reygan dan memberikan kecupan manis di pipi Reygan. Meskipun Aileen sudah beberapa hari menjadi istri Reygan, mereka melakukan skinship hanya sebatas rangkulan, genggaman, usap kepala ataupun usapan yang Reygan beri untuk anaknya. Sementara untuk ciuman, mereka belum sedekat itu untuk berbagi ciuman. Masih ada sedikit jarak di antara keduanya, jarak itu hanya terkikis saat sang buah hati bertindak mendekatkan orangtuanya.

"Rey, lo kalau lagi free, benar-benar gak ada kegiatan?" Aileen bertanya lagi karena belum mendapat jawaban yang memuaskan dari suaminya.

"Ada, Ai," sahut Reygan, melirik Aileen sekilas sebelum kembali fokus pada jalanan.

"Tapi gue perhatiin dari Senin kerjaan lo cuma antar-jemput gue kuliah. Terus habis itu diam aja di rumah," kata Aileen, "Paling lo cuma nge-gym, berenang, main games, atau karaokean. Itupun di rumah."

"Kan gue jagain lo, Ai. Kalau gue tinggal, nanti lo mual atau butuh sesuatu, gimana?"

Aileen mengerutkan keningnya, "Emang lo biasanya kemana? Kan bisa ajak gue," Aileen terus melihat Reygan yang fokus menyetir.

"Ke cafe atau distro," jawab Reygan.

"Ngapain? Lo gak takut dikerumunin orang kalau nongkrong di cafe?"

Reygan hanya tersenyum. Dia membelokkan mobilnya ke pelataran parkir sebuah cafe yang terlihat ramai pengunjung. Pengunjung di cafe itu tidak hanya orang yang berusia muda saja, dari semua kalangan usia tampak memenuhi cafe itu. Sepertinya cafe itu sengaja dibuat dengan target pasar semua kalangan.

"Ih, ramai banget loh, Rey. Nanti bukannya santai, malah sibuk," Aileen terlihat malas ketika melihat banyak orang.

"Gak apa-apa. Ayo," ajak lelaki itu sambil melepaskan seatbelt-nya.

It's ScenarioWhere stories live. Discover now