"Maaf aja nggak cukup. Kamu perlu topi."

Rasi mengembuskan napas panjang. Ditatapnya Patra yang menaikkan alisnya, tampak senang mendesak Rasi. Rasi baru hendak menjawab ketika bahunya tiba-tiba ditarik seseorang hingga tubuh Rasi bertolak ke kiri. Rasi terbelalak. Sengatan halus terasa di telinga ketika orang itu memakaikan Rasi topi kerucut dan menyelip rambut halus ke belakang telinga Rasi. Senyum dia pun merekah. Senyuman yang sudah lama tak pernah Rasi lihat lagi secara langsung.

"Surprise!" sapanya sembari melambaikan tangan. Tanpa diminta, cowok itu menjelaskan kedatangannya. "Gue nggak sepenuhnya bohong kok. Gue baru aja balik dari kampus lain. Yakali gue nggak dateng. Ini momen yang gue tunggu-tunggu. Selamat ya lo diterima di sini."

Bahu Rasi melemas. Pandangan tak percayanya terlempar pada orang itu. "Bintang?"

Bintang mengangguk semangat. Lalu menoleh pada Patra. "Lo berlebihan. Maba yang lain aja nggak ditanya ini itu, giliran dia lo tanyain kek gitu!" sungutnya sebal.

Patra memutar bola mata. "Balik ke barisan lo sana, Bin! Ganggu gue aja lo!"

Bintang mendengkus. Lalu merangkul Rasi tanpa beban. Dan seiring tubuh Rasi yang ditarik mendekat pada Bintang, mata Rasi kian membelalak. Rasi pun menunduk. Takut senior dan mahasiswa baru yang jadi memperhatikan mereka mendapati pipi Rasi yang memerah. Auh, Bintang tetap gila seperti biasanya!

"Dia punya gue. Gue yang bakal ngasih hukuman sama dia," cengir Bintang tanpa dosa yang Patra balas decihan geli.

"Hukum dia sekarang. Lo bakal ngasih hukuman apa sama dia?"

Bintang mencebikkan bibir. Sebenarnya Bintang malas, tapi Patra yang taat aturan ini takkan tinggal diam bila Rasi tak diberi hukuman. Bintang pun berdiri berhadapan dengan Rasi. "Rasi?" panggilnya.

Rasi berdeham canggung. Hampir setahun mereka tak pernah bertemu, tapi suara Bintang, entah sejak kapan, jadi suara yang mampu membuat jantung Rasi bertalu-talu.

Rasi pun mendongak demi menemukan iris jernih yang menatapnya dalam. "Iya?"

Bintang tersenyum tipis. "Saya menemukan topi kamu di gerbang depan. Walaupun sekarang topi itu sudah kamu pakai, tapi kamu tetap akan dihukum karena keteledoran kamu tidak bisa menjaga barang bawaan dengan benar."

Rasi nyaris tertawa karena Bintang berupaya tampak tegas. Di mata Rasi, Bintang selalu tampak lucu apalagi ketika berupaya serius seperti saat ini.

"Apa hukumannya?"

Suara berat yang lain datang. Rasi, Bintang, dan Patra tiba-tiba jadi pusat perhatian. Ketika Bintang menoleh, dia langsung menyalimi pria empat puluh tahunan yang Rasi yakini dia seorang pelatih di universitas ini. Patra pun mengangguk sopan yang dibalas senyum singkat pria itu.

Bintang terkekeh canggung. "Ngapain bapak ikut-ikutan ke sini, sih? Ini acara mahasiswa, Pak!"

Bintang meringis ketika bahunya dirangkul kuat pria berkepala plontos itu. "Saya juga pernah muda! Mana cepet, saya mau lihat kamu ngasih hukuman buat maba ini."

Bintang mendecih geli. "Jangan kaget ya, Pak!" peringatnya. Pelatih itu tertawa.

Bintang pun mengalihkan pandangan pada Rasi. Dan kalimat Bintang selanjutnya sukses membuat Bintang meringis sembari terkekeh geli karena kepalanya digeplak Sang Pelatih. Tawa pun pecah dari orang yang memperhatikan mereka ketika Rasi hanya bisa menahan senyuman gelinya.

Bintang sama sekali tak berubah. Tetap jadi sosok yang ceria. Tetap tak tahu malu dan apa adanya. Tetap menyayangi Rasi seperti biasanya.

"Hukuman kamu karena tidak memakai topi adalah ... tolong cintai saya sepenuh hati."

Swimmer RollsWhere stories live. Discover now