10. "Dunia Perkuliahan Gue ... Enggak Gampang."

19 10 2
                                    

"Udah?"

"Yep." Suara Nada terdengar puas di ujung sana. "Makasih."

Aku ber-hmm. Akhirnya selesai juga.

Aku kira, ketika dia menelepon dan minta tolong, hal yang dia bilang penting itu benar-benar seurgen itu. Rupa-rupanya itu cuma masalah sepele.

"Lain kali jangan bikin aku jantungan," gerutuku seraya duduk di tepi ranjang. "Aku kira apa."

"Salahin bokap lo tiba-tiba minta dibikinin nasgor. Katanya, masakan lo itu khas. Beda sama yang dijual abang-abang. Gue mana pernah masak yang begituan."

Benar sekali. Nada menelepon untuk minta tolong soal Abah yang tiba-tiba minta dibuatkan nasi goreng.

Sebagai Nona Muda, dia jelas kelabakan. Tidak perlu jadi cenayang buat tahu hal itu. Jadilah dia meneleponku dan bertanya apa yang harus dia lakukan. Pada akhirnya, aku kemudian memberi instruksi pelan-pelan bagaimana memasak nasi goreng untuk Abah.

Abah itu memang orang yang cerewet. Beliau pemilih soal makanan. Dan, payahnya, aku sering kali didapuk untuk membuatkan dia nasi goreng. Kalau dibelikan di tempat abang-abang pinggir jalan, dia tidak mau. Alasannya ya persis seperti yang Nada bilang. Masakanku khas, katanya.

Kalau saja tidak ada insiden bertukar tubuh seperti ini, sih, tidak masalah ya. Aku langsung tancap gas membuatkan Abah nasi goreng. Masalahnya 'kan di sana bukannya aku, melainkan Nada, si Nona Muda yang tidak pernah bersentuhan dengan tetek bengek dapur.

"Lo enggak usah ngeledek," balas Nada ketus saat aku menggodanya. "Semenjak jadi lo, gue udah berurusan sama hal kayak gini."

Mendengar itu, aku tidak tahan untuk tidak terkekeh.

Aku membenarkan posisi duduk. "By the way." Pembicaraan kami kembali serius. "Aku mutusin buat kuliah. What do you think?"

Ada jeda sebelum Nada menyahut, "Oh, jadi lo nerima tawarannya?"

"Aku enggak bisa terus-terusan diam kayak gini, kan?" tanyaku balik. "Bisa-bisa orang tua kamu bakal curiga ada yang enggak beres."

"Terserah lo aja, sebenarnya. Gue enggak terlalu musingin," jawab Nada. "Gue cuma bisa bilang: good luck."

"Thanks," kataku. "Kamu juga."

Dan, panggilan berakhir.

Dan, panggilan berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nad, duduk dulu. Papa mau ngomong sesuatu."

Aku baru saja menyelesaikan makan malam bersama Mama dan Papa. Mendengar Papa bilang begitu, aku otomatis manut. "Ya?"

"Papa udah bikin janji sama dokter. Besok kita bakal ke rumah sakit buat pemeriksaan."

Oke, here we go.

Mau tidak mau, aku mengangguk setuju. "Oke, Pa."

"Jam sembilan. Jangan sampai kesiangan." Mama menimpali. Dilihat dari gaya bicaranya yang pasti, sepertinya besok Mama juga akan ikut.

Just Like Magic [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang