Chapter 10- sakit yang terlalu dalam

3.9K 177 29
                                    

Maaf pendek dan juga typo.

Mohon vote dan comnetnya.

Cekidot

Marsel menghentikan mobilnya didepan rumah mama dan papa. Marsel tadi kekeh ingin mejemput ku dibutik. Dan aku tidak bisa menolaknya. Walau pun denzel ngotot tidak mau pulang diantar marsel. Tapi bukan marsel namanya kalau tidak bisa merayu denzel.
"Besok aku jemput ya"ujar marsel saat mengantarku sampai pintu gerbang.
"Gak usah sel,"ujar ku datar.
"Gak apa apa ve, sekali-kali"kekeh marsel.
"Tapi aku yang kenapa-napa. Aku punya suami sel"jawab ku tegas. Marsel tersenyum datar.
"Ve, aku tau kamu lagi gak baik sama keynal. Kamu gak bahagiakan sama dia?" Ujar marsel sok tau.
"Kamu salah sel, justru aku sangat bahagia"jawab ku pasti.
"Aku tau kamu masih punya rasa sama aku kan ve?"tanya marsel menatap mata ku. Aku mencoba mengalihkan tatapannya.
"Jawab ve"desaknya. Aku tidak tau harus jawab apa. Jujur setelah aku tau alasan dia ninggalin aku. Aku mencoba untuk memaafkan nya. Karena dia gak punya pilihan lain.
"Sel, kita udah selesai.."
"Gak ve, waktu itu kita belum putus. Aku masih sayang sama kamu ve, cuma kamu yang ada dihatiku. Aku tau kamu jugakan? Kamu masih sayang sama ku kan?"ujar marsel. Aku semakin bingung dengan perasaan ku. Rasa nyaman saat bersama marsel masih sama seperti dulu.
"Liat aku ve, dan bilang kalau kamu udah gak punya sedikitpun perasaan untuk ku"ujar marsel. Aku semakin gak tau harus bilang apa. Jantung ku berdetak cepat. Mata itu mata yang mampu membuatku tenang. Mata itu bisa membuat ku hilang akal.
"kalau kamu diam, berarti itu artinya kamu masih cinta kan sama aku"ujar marsel. Aku menunduk. Aku benar-benar bingung. Marsel meraih dagu ku. Mamaksa ku untuk kembali menatap matanya. Wajah nya mulai mendekat kewajahku. Mata itu mampu menghipnotis ku. Aku diam. Tidak mencoba menolaknya. Hingga bibir kami bertemu. Hanya menempel sejenak. Lalu marsel melepaskannya. Rasanya hampa. Sakit.
'Keynal' nama keynal muncul dikepalaku. Hati ku sakit. Aku menghianatinya. Aku membuka mataku. Mendorong marsel menjauh dariku. Aku tersadar atas apa yang baru saja terjadi. Aku melihatnya tersenyum. Saat aku hendak masuk. Langkahku langsung terhenti. Hatiku langsung mencolos. Dadaku sangat sesak. Seribu belati tajam menghujamku. Jantungku berdetak sanat cepat. Keynal berdir tak jauh dari aku dan marsel. Mata itu menatap luka yang dalam. Keynal diam. Tak bergerak. Lalu berjalan masuk melewatiku begitu saja.
"Ve.."
"Jangan menyentuhku"ujarku dingin. Saat marsel ingin menyentuh ku."pergi dan jangan pernah menemuiku lagi"ujar ku.
Aku menatap mata masel.
"Aku sudah gak punya rsa sama sekali sama kamu sel,sedikit pun enggak" ucapku tegas. Dan langsung masuk menyusul keynal. Meninggalkan marsel yang mematung.

Aku masuk kedalam kamar. Dan mendapati keynal dan denzel sedang menonton TV. Tapi aku tau keynal tidak menonton.
"Mami, liat tadi papi beliin ini buat denzel"ujar denzel memperlihatkan mobil remote controlnya.
"Denzel tolong ambilin minum buat mami sebentar boleh"ujarku padanya. Denzel mengangguk lalu pergi keluar dari kamar.
Aku menatap keynalb yang masih duduk disofa. Sama sekali tidak mengalihkan matanya dari TV.
Rasa nya maaf gak akan cukup kali ini. Aku sudah menyakitinya telalu dalam kali ini. Aku berjalan mendekatinya. Duduk disampingnya. Tanganku mengelus pipinya. Dia sama sekali tidak bergerak. Setetes air mata jatuh dipipinya. Itu membuatku sangat sesak dan sakit. Aku sudah tidak bisa menahan tangis ku.
Kali ini aku sudah keterlaluan.
"Key, maaf sayang. Maaf"ujarku terisak. Keynal diam. Dan itu menjadi pukulan telak buat ku.
Aku lebih baik keynal memaki ku dari pada dia diam seperti ini.
"Key" panggilku lirih. Kali ini dia mengalih kan matanya padaku. Dan sukses membuatku diam. Luka itu sangat terlihat dan sangat jelas. Aku sudah menorehkan lagi luka disana. Aku berlutut didepannya memohon maaf padanya.
"Key, jangan diam, ngomong sesuatu key"ujarku terisak. Tak ada jawaban darinya. Keynal beranjak dari sofa. Tidak memperdulikanku. Yang masih terus terisak. Menangisi kebodohanku.
Kali ini gak ada maaf buat ku.

Keynal pov

Aku sudah memperhatika mereka sudah dari mereka sampai didepan rumah. Saat denzel lebih dulu masuk kedalam rumah.
Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Aku melihat veranda menundukkan kepalanya. Aku mengepal tanganku saat melihat marsel meraih dagu istri ku. Dan mendekatkan wajah nya ke pada istriku. Dan hati ku benar-benar sakit yang teramat sangat saat bibir mereka saling bertemu. Aku membeku, aku rasa aku mulai mati rasa. Hatiku mencolos melihatnya.
Ingin menghajar pria itu. Tapi aku tidak melakukannya. Tubuhku membeku.
Aku menatap veranda. Wanita yang katanya sangat mencintaiku.
Wanita yang sangat menyayangiku itu. Kaget saat melihat ku menatapnya. Dan aku tau dia bisa melihat luka yang dia torehkan begitu dalam dihati ku. Melalui mataku. Aku berjalan melewatinya. Tidak memperdulikannya.

Aku memasuki kamar veranda. Dan melihat denzel sedang membuka pakaian seragamnya dan mengganti dengan kaos.
"Papi, sudah pulang?, papi bawa apa itu?" Tanya denzel saat melihat buah tangan yaang kubawa.
Aku mencoba tersenyum tapi rasanya sangat sulit.
"Ini tadi papi beli buat kamu, nih"ujarku memberikan nya pada denzel. Yang isinya mobil remote control.
"Yeee makasih papi"ujarnya senang dan langsung memelukku. Aku tersenyum melihatnya. Dan perih mengingat veranda.

Aku sedang menonton saat veranda masuk kekamar. Sebenar nya aku tidak menonton hanya mataku yang mengarah pada TV.
Veranda menyuruh denzel untuk mengambilkan miunum untuknya. Denzel hanay mengangguk lalu pergi keluar dari kamar. Aku tau itu hanya alibinya.
hening. Itu yang kami rasakan. Tidak ada yang memulai bisacar. Aku tau dia mulai menangis dan terisak hebat. Tapi aku tidak mau memperdulikannya. Hatiku terlalu sakit kali ini.
Bahkan dia berlutut meminta maaf padaku. Sambil terisak dan itu semakin membuat ku sesak. Hati ku seakan beku terhadapnya.
Aku memandangi diri ku sendiri di cermin yang ada dikamar mandi. Aku masih bisa mendengar isakan nya dari sini.
Kamu liat Nal, apa yang sudah kamu lakukan? Kamu membutnya menangis hari ini. Kemarin kamu melukai hatinya. Sekarang kamu membuatnya menangis.

PRANGGG

Aku meninju kaca cermin didepanku. Berharap sesak dihati ku hilang. Darah segar keluar dari tangan ku.
"Keynal, buka pintunya"teriak nya dari luar. Mungkij dia mendengar suara pecahan kaca tadi.
Aku tidak menyaut.
"Sayang kamu gak papa?, sayang buka pintunya"ujarnya lagi masih terisak.
Aku membuka pintunya. Dan mendaptinya yang langsung menatap khawatir pada ku. Lalu mata itu jatuh pada tangan kanan ku. Yang sudah mengalir darah.
"Ya ampun key,"ujarnya panik. Dia masih peduli dengan ku. Veranda langsung mengambil kotak P3K di dalam laci mejanya.
Veranda membaluti perban ditangan kanan ku. Aku terus memandanginya. Hati ku sesak dan kecewa padanya. Tapi aku gak bisa marah padanya. Aku sangat mencintainya.
Aku meraih dagunya dengan tangan kiriku. Veranda mengalihkan perhatiannya padaku. Setelah selesai memperban tangan ku. Saat bibirku dan bibirnya semakin dekat. Aku kembali teringat kalau bukan cuma aku yang menyentuh bibir merah ranum itu.
Bukan cuma aku yang pernah merasakan bibir itu.
Aku mnghentikan niatku untuk melumatnya. Dan bangun lalu pergi keluar dari kamar. Aku tau veranda kecewa pada ku. Tapi aku gak bisa melakukannya.

to be continue........

Love Is You - 2 (karena aku mencintaimu) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang