Selesai makan malam, Vita dan Gea hendak menonton drama korea di kamar Rosa. Namun sang pemilik kamar belum juga datang, padahal gadis itu pamit mengambil cemilan untuk teman nonton drama korea. Tapi sudah setengah jam lebih gadis itu belum juga datang.

“Rosa lama banget sih,” ujar Gea yang mulai merasa kesal lantaran terlalu lama menunggu.

“Tuh bocah ngambil cemilannya ke Turki apa ya? Lama banget!”

“Yaudah aku ke bawah dulu, mau nyusul Rosa siapa tahu dia kerepotan bawa cemilannya,” ujar Vita seraya beranjak dari tempat tidur.

“Iya, buruan,” sahut Gea.

Vita menuruni tangga menuju ke arah dapur, namun langkahnya terhenti lantaran melihat Rosa duduk dipangkuan papanya.

“Pa, izinin ya,” mohon Rosa sambil memasang wajah memelas seraya menempelkan kedua telapak tangannya.

“Udahlah pa izinin Rosa bawa mobil sendiri,” ujar Tari yang duduk di samping suaminya.

“Pa please,” mohon Rosa dengan memasang wajah imutnya, gadis itu tahu betul kelemahan pria yang satu itu.

“Rosa udah bisa nyetir sendiri, masa Rosa masih dianter jemput terus sama papa atau sopir,” ujar Rosa.

“Papa tahu kan umur Rosa berapa sekarang?” tanya Rosa dengan nada yang sengaja dibuat seimut mungkin agar papanya luluh.

“Iya papa inget, tapi tingkah kamu yang manja kayak gini yang bikin papa kadang lupa kalo kamu itu udah gede,” ujar Fadil.

“Jadi papa izinin kan?” tanya Rosa antusias.

“Iya,” sahut Fadil dengan terpaksa seraya mengembuskan nafasnya dengan berat.

“Makasih pa, Rosa sayang banget sama papa,” ujar Rosa lalu gadis itu tak segan-segan mendaratkan bibirnya dipipi papanya.

Vita yang melihat dan mendengar pembicaraan antara anak dan ayah itu merasa sangat iri, seumur hidupnya ia belum pernah mengungkapkan rasa sayangnya kepada papanya secara langsung apalagi mendaratnya kecupan dipipi papanya seperti yang Rosa lakukan barusan.

“Oh jadi kayak gitu caranya ngerayu papa,” batin Vita yang memperhatikan diam-diam dari sudut ruangan. Gadis itu akan mencoba cara seperti itu untuk merayu papanya supaya ia bisa dekat seperti layaknya anak dan ayah pada umumnya.

Jujur saja ia juga ingin merasakan dimanja dan disayang oleh papanya. Ia tahu papanya sudah memanjakannya dengan uang, tapi bukan itu yang ia butuhkan. Ia hanya butuh sandaran saat ia lelah, pelukan hangat yang menenangkan dari seorang ayah dan juga kecupan dikening sebelum tidur. Hanya itu tidak lebih. Tapi tidak ada satu pun dari ketiganya yang papanya pernah lakukan. Jangankan memeluknya, melihatnya saja terlihat enggan.

“Kalo papa nggak mau meluk aku duluan, gimana kalo aku yang meluk papa duluan,” batin Vita tampak berpikir.

“Tapi papa serem,” batin Vita seraya mengembuskan nafas kasar.

“Kalo bukan aku yang mulai duluan, bisa jadi situasinya akan seperti ini selamanya,” batin Vita lagi.

Vita tidak mau selamanya dilarang pacaran, bahkan bisa jadi menikah dan hamil pun dilarang oleh papanya karena papanya takut ia akan meninggal saat melahirkan nanti seperti yang mama alami dahulu. Untuk itu Vita harus benar-benar membulatkan tekadnya supaya bisa dekat dan cair saat berada di dekat papanya.

Kalau hubungan mereka sudah cair maka ia akan lebih mudah meyakinkan papanya kalau ia sudah dewasa dan nasibnya berbeda dengan mamanya dimasa lalu. Jadi papanya tidak perlu khawatir berlebihan.
Melihat Rosa turun dari pangkuan papanya, buru-buru Vita menaiki anak tangga dan pura-pura baru turun.

“Eh Ta, sorry ya lama,” ujar Rosa saat mendapati Vita menuruni tangga.

“Nggak pa-pa santai aja,” sahut Vita seraya tersenyum.

“Paling Gea tuh yang lagi nahan kesel di kamar,” ujar Vita lagi.

“Oh iya gue lupa ada Gea, pasti dia udah nggak sabar makan cemilannya. kadang-kadang gue heran sama dia, perutnya dari karet atau apasih? Padahal baru makan nasi sepiring penuh, masih aja minta cemilan,” ujar Rosa seraya berjalan menuju ke arah dapur diikuti oleh Vita.

“Mumpung elo ada disini, gue mau minta tolong sama elo,” ujar Rosa yang tampak sangat bahagia.

“Minta tolong apa?” tanya Vita seraya mengerutkan keningnya.

“Bantuin bawa cemilan buat nyumpel mulut Gea yang bakalan ngomel-ngomel karena gue kelamaan,” sahut Rosa.

“Dengan senang hati,” sahut Vita.

“Ta, gue mau ngomong sesuatu sama elo, tapi elo jangan bilang-bilang sama Gea ya,” ujar Rosa sambil mengeluarkan beberapa cemilan dari lemari khusus cemilan miliknya yang tampak seperti minimarket pribadi.

Vita mendekat. “Iya, ayo cepet bilang,” ujar Vita.

Rosa mengulum bibirnya saking bahagianya.

“Gue udah diizinin sama papa buat bawa mobil sendiri,” ujar Rosa dengan hebohnya.

Keduanya heboh saking senangnya.

“Selamet ya,” ujar Vita tampak ikut bahagia mendengarnya.

“Tapi elo janji harus rahasiain ini dari Gea karena gue mau pamer sama Gea besok,” ujar Rosa tampak antusias.

“Oke,” sahut Vita seraya memberi gerakan seakan-akan menutup mulutnya rapat-rapat.


Future WifeΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα