part 10 hari yang melelahkan

Start from the beginning
                                    

"Eh, suara siapa tuh adem bangett," ucap Jihan, matanya berbinar antusias sembari melihat sekeliling, berusaha mencari sumber suara tersebut.

"Iya tuh, ada yang nyanyi dari arah sana," sahut Diara, wajahnya penuh kekaguman.

"Itu tuh, 2 cowok itu yang nyanyi." Ucapnya sembari menunjuk ke arah Zey dan Agara duduk dari kejauhan. "Ya ampun mau ikutan," ucap Jihan histeris dan Diara hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Lo aja sana," usir Diara sambil tersenyum.

"Ih, ayo gabung yo, pasti gak nolak mereka, suara kita juga gak jelek banget." Rengek Jihan dan Hana hanya menghela kesal.

"Yang lain mau?" tanya Nayra, wajahnya penasaran.

"Gak kenal, ngapain gabung," sahut Hana dengan wajah acuh. Diara pun mengangguk setuju

"Ish, enggak! Semuanya ikut," Jihan langsung menarik tangan Hana dan berjalan mendekati dua cowok tersebut.

"Hai... boleh gabung?" Sapa Jihan dengan senyum cerah ketika berhenti di samping mereka.

Dua cowok itu pun menoleh dan mereka sama-sama terkejut.

"Zey? Agara?" Tanya Jihan, matanya berbinar antusias.

"Dia lagi." Batin Hana, wajahnya sedikit kesal.

"Kalian beautiful four itu kan???" Tanya Zey sambil terkekeh. Jihan pun mengangguk dengan semangat.

"Boleh gabung?" Tanya Jihan.

Zey pun tersenyum ramah dan mengangguk, "boleh dong, boleh banget. Ya gak, Ra?"

"Iya, boleh kok, santai." Ujar Agara, mengangguk.

Jihan pun langsung duduk di samping Agara dan menunggu teman-temannya ikut duduk juga. Mau tak mau, Diara dan Nayra pun menuruti permintaan Jihan. Sementara Hana masih berdiri menatap mereka, tidak tertarik sama sekali.

"Gue pulang, ya? Ada urusan." Ujar Hana yang sontak membuat mereka semua terkejut. Nayra langsung bangun dan mendekati Hana, "kenapa, Na? Lo gak nyaman, ya?" Tanya Nayra, wajahnya penuh perhatian.

"Gak apa-apa, Na. Santai aja, nih," sahut Diara, tersenyum. Tapi Hana masih berdiri dan memalingkan wajahnya dengan kesal. Ia tidak ingin menganggu momen ini tapi entah kenapa dia merasa begitu tidak nyaman.

Tanya ia sadari, sejak tadi Zey menatap Hana dengan penuh kebingungan. Mencoba untuk mengerti kenapa Hana begitu enggan untuk duduk dan bergabung.

"Lo kenapa sih, Na? Apa salahnya coba?" Tanya Jihan yang mulai emosi.

Melihat Jihan yang mulai naik darah, Hana pun tak bisa lagi menahan kesabarannya yang sejak tadi ia tahan. Ia menatap Jihan dengan tatapan dinginnya itu.

"Gue kan dari awal bilang gue gak mau! Gue gak suka ya dipaksa!" Balas Hana dengan nada tinggi.

"Cuma hal sepele doang lho, Na! Kenapa lo ribet banget, sih!" bentak Jihan agak kesal. Ia masih tidak mengerti dengan pola pikir Hana. Situasi mulai terasa begitu menegangkan.

Mendengar Jihan berkata "sepele" membuat Hana benar-benar kecewa dan ia meredakan emosinya dan kembali menatap Jihan.

"Gue cabut." Dengan itu Hana berbalik dan mulai berjalan keluar dari taman. Mata Zey pun melebar, ia bangun dan langsung mengejar Hana dan diikuti oleh yang lainnya. Entah kenapa ia ingin sekali Hana tetap di sini.

"Hanaa!" Teriak Zey. Akhirnya ia berhasil mengejar Hana dan ia menarik lengan Hana dengan lembut. Hana berbalik dan langsung melepaskan tangan Zey dari lengannya. Wajahnya terlihat begitu kesal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRUE FIRST LOVE Where stories live. Discover now