part 6 buah pir & mochi

10 0 0
                                    



Suasana pagi di sekolah hari ini dipenuhi kesejukan, dengan langit mendung yang menyembunyikan wajah matahari. Para siswa, khawatir akan hujan deras, tiba lebih awal dari biasanya, mengisi koridor sekolah dengan langkah-langkah gesit.

Kelas 12 IPA 6, seperti biasa, tak kehilangan keintiman rutinitas harian. Di antara tembok kelas yang akrab, siswa-siswa terlibat dalam aktivitas sebelum bel berdentang; dari bermain hp hingga momen selfie, bahkan menyelesaikan tugas rumah yang seharusnya telah rampung di rumah. Dengan demikian, pagi itu menjadi gambaran indah kehidupan sekolah yang penuh dengan kegiatan, dinamika, dan kebiasaan yang tak terlupakan.

Zey tengah duduk di bangku, menatap layar handphonenya, tiba-tiba terganggu ketika seseorang menepuk pundaknya pelan. Ia pun memalingkan pandangannya dari layar handphonenya dan menoleh ke belakang dengan alis terangkat. "Bro, gimana urusan lo sama si Hana?" Tanya Agara, sahabat Zey.

Agara Graciano, sahabat Zey sejak kelas 10 SMA, juga dikenal sebagai individu yang sangat berbakat. Seperti Zey, Agara juga memiliki banyak penggemar. Keduanya adalah sejoli yang disukai banyak orang. Agara terkenal dengan sifatnya yang cuek terhadap wanita, memberikan kesan cool. Dengan postur tubuh tinggi dan tegap, kulit kuning langsat, wajah tampan, alis tebal, hidung mancung, tak heran para siswi tak dapat menghindari jatuh hati pada keduanya.

"Udah kelar, bro. Kemarin gue ke rumah dia buat minta maaf." Jawab Zey dengan ekspresi santai dan kembali menatap layar ponselnya.

Agara yang mendengar hal itu terlihat sedikit terkejut. Ia sempat terdiam sejenak dengan mata terbelalak. "Lo? ke rumah dia?..." Tanya Agara dengan nada pelan, seolah dia masih tidak bisa percaya apa yang baru saja Zey katakan.

Zey dan menatap Agara. Alisnya kembali terangkat saat dia merasa bingung dengan reaksi yang Agara tunjukkan. Ia pun bertanya, "Kenapa?"

"Lo sendirian ke rumah Hana kemarin?"

"Enggak, gue sama sahabatnya Hana. Gak mungkin dong gua sendirian ke sana..." Jawab Zey di akhiri dengan kekehan tipis.

Ekspresi Agara kembali normal setelah mendengar penjelasan Zey. Ia pun memgangguk dan duduk di samping Zey. "Terus gimana respon Hana? Lo di cuekin, gak?" Entah kenapa Agara begitu ingin tau karena sejauh yang ia tau bahwa Hana terkenal dengan sifat cueknya. Mungkin itu sebabnya ia tidak percaya bawah Zey punya keberanian untuk mengobrol dengan Hana

Zey menghela napas dengan ekspresi bosan, lalu kembali menatap Agara yang terlihat begitu penasaran. Dengan nada malas, ia menjawab, "Kepo banget, tumben. Heran gue.'"

Agara mencibir mendengar ucapan Zey dan masih menatapnya, menunggu Zey menjelaskan. Zey pun mengangguk dan berkata, "Iya, emang, sih. Hana itu judes banget sama gue sumpah. Emang bener julukan buat dia itu si cuek." Ucapnya dengan ekspresi kesal.

"Kemarin gue minta maaf dia jawabnya judes banget, hampir aja gue gak dimaafin." Tambah Zey.

Agara mengangguk, ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Hana akan memperlakukan semua orang sesuai dengan kemauannya. Tapi masih ada yang janggal di pikiran Agara dan akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, ekspresinya semakin serius. "Tapi, kenapa lo bisa dimaafin?"

Zey tersenyum sombong mendengar pertanyaan Agara dan ekspresinya terlihat menyebalkan. "Well... gue bilang aja gini, 'maafin gue dong, maafin gue yang tampan dan imut ini' gitu...~"

TRUE FIRST LOVE Where stories live. Discover now