part 10 hari yang melelahkan

8 0 0
                                    



"Bro jadi pergi gak sore ini?"  Tanya Agara.

"Jadi, dong. Ini gue mau otw," jawab Zey.

"Ok. Nanti langsung aja ke taman serpia, ya."

"Ok, bro." Zey pun menutup panggilannya dan segera bergegas ke taman serpia.  Beberapa menit kemudian, Zey telah tiba di tempat tujuannya. Ia memarkirkan motornya di tempat parkir sebelum berjalan masuk.

"Wih. Udah dateng aja, nih," ucap Zey dengan senyum lebarnya ketika melihat Agara sudah duduk di bawah pohon yang rindang bersama gitar di pangkuannya.

Agara pun menengok dan menghela kesal, "lama banget lo."

Zey terkekeh pelan melihat raut wajah Agara yang begitu kusut. Kemudian ia menghampiri Agara lalu duduk di sampingnya.

"Maap, bro." Ucapnya dengan senyum polos dan Agara hanya mengangguk. Mata Zey terus melihat sekeliling dan itu membuat Agara sedikit bingung. "Kenapa?" Tanya Agara.

"Tempatnya bagus, ya. Ada danaunya gini," jawab Zey pelan, matanya terpancar pesona saat melihat sekeliling.

"Lho... lo baru tau?"

"Iyalah, tadi gue nyari dulu di maps makannya lama," ucap Zey, sedikit menggelengkan kepala.

Agara menghela dalam mendengar jawaban Zey, "astaga... kenapa lo gak bilang? Kalo gue tau kan lo bisa bareng gue," ucap Agara dengan wajah frustasi, keningnya sedikit berkerut.

"Ya, maap. Gue kan mau mandiri," ujar Zey sambil tersenyum, mencoba meredakan kekesalan Agara. Agara memutar bola mata, namun tetap tersenyum.

"Udah sekarang kita mau ngapain? Btw kok pada ngeliatin kita?" tanya Zey bingung, kedua alisnya sedikit berkerut.

"Udah lah biarin aja." Jawab Agara singkat dan ia kembali menyetel senar gitarnya.

"Apa jangan-jangan, mereka ngira kita... gak normal???" Zey memicingkan mata, mencoba menahan tawa.

Sontak Agara langsung menatap Zey dan melihat sekeliling, "JANGAN NGACO LO! OGAH BANGET GUE! SANA LU," teriak Agara dengan wajah serius, matanya melebar.

Zey langsung tertawa puas karena ia berhasil menggoda temannya yang sedingin es batu itu.
"Gue masih normal woi!" Agara menghela kesal melihat Zey terus tertawa dan ia memutar bola matanya malas.

"Dah, ayo nyanyi. Gue udah bawa gitar, nih." Ucap Agara dan Zey pun mengangguk setuju.

Mereka berdua pun bernyanyi dan merekamnya, duduk bersama di bawah pohon rindang di taman. Agara mulai memetik senar gitar dengan lembut, menciptakan melodi yang menenangkan, sementara Zey melantunkan lagu dengan suara yang merdu. Mereka terlihat begitu menikmati saat berkarya, seperti menari di atas awan.

Tak lama kemudian, suara mereka mulai menyebar ke sekitar taman. Para pengunjung taman yang sedang duduk-duduk atau berjalan-jalan pun teralih fokusnya kepada mereka. Beberapa dari mereka berhenti sejenak untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, tersenyum, dan mengangguk seakan mengapresiasi penampilan mereka.

Suasana taman menjadi semakin hidup dengan kehadiran mereka. Sebagian pengunjung yang awalnya sibuk dengan urusan masing-masing, kini ikut merasakan kedamaian dan keindahan dari alunan musik yang mereka ciptakan. Tak heran jika mereka berdua terkenal di sekolah, karena bakat mereka yang memang sangat istimewa dalam bermusik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRUE FIRST LOVE Where stories live. Discover now