part 8 Hana kenapa?

5 0 0
                                    



Setelah tiba di rumah, Hana dan Bi Nayah pun membuka pintu lalu masuk. "Assalamua'laikum "

"Wa'alaikumsalam. Akhirnya pulang juga." Ucap Lia yang beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri mereka. Dari nada bicaranya terlihat ia masih begitu kesal dengan Hana. Hana pun hanya menghela pelan dan memalingkan wajahnya.

"Maaf, ibu. Tadi agak lama belanjanya." Ucap Bi Nayah dengan sopan tapi tidak digubris oleh Lia. Tatapan Lia masih tertuju ke Hana dengan tajam.

Kemudian Alex berjalan menghampiri mereka dari arah kamarnya. "Bi, mulai bulan depan biar ibu sama Hana aja yang pergi belanja, ya." Ucap Alex yang sontak membuat Hana dan Lia juga terkejut. Kemudian Hana langsung menyela, "Bi nayah aja." Ucap Hana.

Alex menghela lembut mendengar jawaban Hana. Ia tau ini akan sulit, kemudian saat ia hendak bicara lagi tapi Lia memotong pembicaraannya, "aku? Kamu tau kan aku gak bisa. Aku kerja. Pulang kerja aku capek, butuh istirahat." Ucap Lia dengan kesal, "lagian kan ada Bi Nayah." Sambungnya.

"Denger kan, pah? Udahlah, pah. Hana lebih nyaman kok sama Bi Nayah. Setidaknya Bi Nayah lebih percaya sama Hana." Ucap Hana dan melirik Lia dengan tatapan sinis, seolah ia menyindirnya.

"Tapi, Hana... dengerin papah. Papah cuma mau-" belum sempat Alex menyelesaikan pembicaraannya, Lia langsung menyela dengan nada tinggi.

"Maksud kamu apa bicara seperti itu ke mamah?! Harusnya kamu itu mikir! Masih untung mamah nerima kamu di rumah ini sampai detik ini juga!" Balas Lia dengan nada yang begitu kasar, membuat semua yang ada di situ begitu terkejut mendengarnya. Bahkan Lia tidak peduli apakah ucapannya itu akan menyakiti anaknya atau tidak. Dia tidak peduli.

Hana sempat terdiam sejenak menahan rasa sakit di tenggorokannya setelah mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut mamahnya sendiri. Alex pun tidak bisa menahan amarahnya lagi. Matanya penuh dengan amarah, menatap Lia seolah ia akan meledak kapan saja.

"MAH!!!" Alex membentak ke Lia dan membuat Bi Nayah sedikit terkejut mendengar hal itu. Situasinya semakin kacau dan bakan dia tidak tau harus bagaimana. "Jaga bicara kamu, mah!" Ucap Alex sembari mengepalkan tangannya di samping.

"Apa?! Bener kan?! Anak ini gak tau terima kasih. Bisanya cuma main, tidur dan ngelakuin hal-hal yang ga bermanfaat! Apa yang bisa di banggain dari dia?! Hm?"

Hana tercengang dan terasa kecewa mendalam saat mendengar ucapan kasar dari ibunya. Matanya mulai berkaca-kaca, mencerminkan rasa terluka dan kekecewaannya yang mendalam. Dengan langkah yang penuh amarah namun juga terluka, Hana mendekati Lia.

"Emangnya apa yang bisa di banggain dari mamah sendiri? Apa mamah masih pantes di sebut seorang 'istri'?" Ucap Hana dengan nada tenang meskipun ia ingin sekali membentak mamahnya. Lia yang mendengar hal itu pun langsung mendaratkan satu tamparan keras di pipi Hana.

Suara tamparan itu menciptakan keheningan yang terasa penuh dengan kata-kata yang tak terucapkan. Alex dan Bi Nayah terkejut, bahkan membeku melihat tindakan Lia terhadap Hana. "Mah..." bisik Alex, masih terpaku dan tak bisa mengeluarkan kata-kata.

Saat itu, air mata tak terbendung mengalir di pipi Hana, sementara matanya penuh dengan rasa luka dan kekecewaan yang mendalam. Tamparan itu tidak hanya menyakitkan secara fisik, tetapi juga menggores hatinya dengan lebih dalam, mungkin sulit untuk dilupakan.

Melihat air mata Hana, Lia merasa langsung penuh penyesalan. Dengan cepat, ia mendekati Hana dengan niat mengelus pipinya, tetapi sebelum bisa menyentuhnya, Hana menghempaskan tangan Lia dengan tegas. Tanpa berkata sepatah kata pun, Hana langsung berbalik dan berlari ke kamarnya, meninggalkan Lia yang terdiam dan menyesal di ruang tengah.

TRUE FIRST LOVE Where stories live. Discover now