part 1

13 0 0
                                    

Hana Arelia Viola, nama yang seindah dirinya. Dengan paras cantik, kulit putih bersih, mata almond yang memikat, hidung mancung, rambut hitam kecoklatan dan sedikit bergelombang, dan postur tubuh yang tinggi, dia adalah gambaran sempurna kecantikan. Namun, tak seorang pun pernah menyaksikan senyuman manis terukir di wajah Hana. Bukan karena sombong, melainkan karena dia telah kehilangan semangat dalam menjalani hidup. Parasnya tidak lagi memiliki makna baginya. Bahkan, dia sudah menyerah untuk menjaga tubuhnya. Meski begitu, kecantikan tetap ada.

•••

Di sekolah SMA N 1 PELITA NUSA, suasana pagi terasa hidup dengan aktivitas beragam para siswa sebelum bel berbunyi. Hana, dia tidak pernah masuk sebelum bel berbunyi, para guru pun sudah tidak asing lagi dengan kehadirannya yang selalu datang 2 menit setelah bel berbunyi. Namun, uniknya dia tidak pernah lewat dari pukul 07:02. Saat dia memasuki gerbang, satpam sekolah dengan selera humor yang sangat sederhana menyambutnya.

"Seperti biasa Neng Hana datang pukul 07:02. Kok bisa sih, neng?" Tanya pak satpam sembari membuka gerbang untuk Hana.

Tidak terbesit dalam pikiran Hana untuk memulai percakapan dengan pak satpam hingga akhirnya dia hanya membalas dengan raut wajah yang sama, dingin. "Gak tau saya, pak." Jawab Hana dan mulai memasuki gerbang.

"Aduh, neng. Jangan-jangan neng Hana robot, ya?" Ucap Pak satpam dengan nada menggoda. Berharap Hana akan tertarik dengan lelucon yang ia berikan.

Hana terhenti, mengangkat satu alis dengan raut wajah bingung, lalu berkata, "Hah?"

"Iya. Soalnya robot itu selalu terorganisir dan robot juga enggak pernah senyum." Jawab pak satpam dan terkekeh dengan leluconnya sendiri.

Hana tidak menanggapi hal itu sebagai lelucon, ia memutar bola matanya dan berkata. "Saya manusia, pak. Bukan robot." Balas Hana dengan nada sedikit kesal dan ia kembali mengendarai motornya dan meninggalkan Pak satpam begitu saja.

Pak satpam pun hanya bisa menggelengkan kepala dan menghela napas melihat betapa dinginnya sikap Hana. "Huu. Cantik tapi dingin pisan euy, seperti salju." Nyinyir Pak satpam.

Hana menaiki Vespa kekinian berwarna mocca dan memarkirkannya dengan sangat teratur. Tentu saja, dia ingin menjaga agar motor favoritnya tetap dalam kondisi baik. Setelah melepas helmnya, dia berjalan menuju kelasnya.

Saat berjalan di lorong menuju kelasnya, Hana menghela napas kesal ketika melihat sekelompok siswi yang menghalangi jalan karena asik dengan bahan obrolan mereka. Akhirnya Hana mendekati mereka dan bicara dengan nada yang sedikit kesal. "Maaf. Ngobrolnya bisa di tempat lain, kan?"

Hana memutar bola matanya dan menghela napas. Sudah jelas dia benar-benar kesal. Karena sekelompok siswa itu tidak juga berpindah, akhirnya Hana terpaksa bicara dengan nada yang sedikit tinggi. "Ini untuk jalan, bukan untuk gosip." Ucapnya dan tak terlepas dari tatapan tajam Hana kepada sekelompok siswi tersebut.

Para siswi sedikit terkejut melihat ekspresi dan nada suara Hana dan akhirnya mereka mengalah dan berpindah ke tempat lain, sebelum pergi mereka pun berkata dengan sopan, "Iya, kak. Maaf."

Hana mendengus kesal dan meninggalkan tempat dengan wajah yang terus tertekuk. Ia berjalan melintasi setiap lorong, dan tentu saja, ia bisa mendengar berbagai pembicaraan para siswa tentang dirinya.

"Eh. Itu Hana tuh, cantik. Tapi sayang cuek banget."

"Iya. Cantik banget. Kalo gua jadi dia, gua gak akan cuek kayak gitu."

TRUE FIRST LOVE Where stories live. Discover now