21

1.7K 269 2
                                    

Normal pov

(Name) akhirnya membantu anak Roger, yang ia ketahui bernama Izekiel itu, untuk belajar bersama. Duduk berhadapan, dengan sebuah pena dan buku-buku pelajaran yang tersebar dimeja.

"Jadi bagaimana? Apa anda sudah mengerti bagian in?" seraya melingkar bagian-bagian yang mereka pelajari tadi, (Name) bertanya pada Izekiel.

"Iya. Berkat bantuan anda, saya jadi paham" angguk Izekiel senang.

Kedua bocah itu tersenyum, sebagai reaksi masing-masing. Dan tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar.

Tok tok tok..

"Kakakk.."

Mendengar suaranya saja, (Name) langsung tau bahwa itu adalah Zenith.

Anak dari saudara Roger yang dirawatnya sedari kecil.

Ia lantas menoleh kearah pintu, lalu kearah Izekiel sambil memberi kode dari tangannya. 'Pergi saja..' Sekiranya begitulah maksud dari tunjukan jari (Name).

"Ada apa?" Izekiel membuka pintu sedikit untuk memperlihatkan dirinya kepada Zenith. Ia sedikit ragu, untuk mempertemukan (Name) dengan Zenith.

"Bacakan aku buku.." Zenith bersuara pelan membuat Izekiel sedikit menghela nafas lelah.

"Buku?"

"Iya.. Buku yang waktu itu kakak bacakan, bacakan sampai habis belakangnya.."

"Yang itukan sudah aku bacakan sampai habis dua hari yang lalu."

Izekiel menoleh kebelakang, menoleh kearah (Name) dan hendak mengatakan sesuatu tapi Zenith kembali bersuara dan membuat Izekiel terfokus padanya.

"K-Kalau begitu, ayo pergi kerumah kaca bersamaku. Anne bilang hari ini mawar putihnya akan mekar"

"Zenith.."

Melihat Zenith yang terus mencari kesempatan untuk bersama Izekiel, (Name) memasang senyum liciknya dan berpikir sejenak.

'Oh? Dia ini menyukai Izekiel ya.. '  ia lalu mendapati Izekiel yang kembali menatapnya. Dan memberi isyarat untuk Izekiel.

'Saya akan cepat kembali, tunggu ya?' tatapan Izekiel mengatakannya.

(Name) mengangguk.

'Aku tidak tau kapan kau akan kembali, toh lebih baik aku pergi, pulang, bertemu ayah, lalu tidur'

Izekiel keluar bersama Zenith, meninggalkan (Name) sendiri dibalik gorden hitam yang ia pakai untuk bersembunyi dari Jenita janet eh maksudnya Zenith.

"Dia Chimera ya?"

Duarr!!

"AKHH!! KAGET!!!"

***

"Ayah!! Aku kangen!!"

"Ayah.. Aku kangen.. AKHHH KANGEN BANGET!!!"

Si kembar, Athansia dan (Name) berlari menerjang tubuh Claude dengan aura-aura kebahagiaan yang meluap kesana-kemari. Setelah kedatangan (Name), ia masih belum bertemu Claude dan baru hari ini ia bisa melihat ayahnya itu.

Dengan suara khasnya, Claude menyambut kedua putrinya seperti biasa.

Athanasia mengangkat tinggi-tinggi tangannya, maksud ingin digendong, sedangkan (Name) ia memilih menggenggam tangan Claude dengan erat. Ia sangat-sangat merindukan Claude saat ini.

Athanasia nampak memeluk erat-erat leher Claude seperti tak ingin siapapun mengambilnya dari hadapan. Sampai membuat Felix sedikit terkejut melihat kedua putri.

"Hari ini, Tuan Putri Athanasia dan Tuan Putri (Name), entah kenapa terlihat seperti Hitam dan Putih ya.." ucap Felix dengan pandangan yang terpaku pada Si Kembar.

(Name) menampar pelan pipinya.

'Habis melihat Zenith.. Aku jadi tak ingin jauh-jauh dari Ayah dan kakak..'

Ia mendongak menatap Claude, sedangkan yang ditatap hanya diam saja.

"Athy dan (Name) imut seperti Hitam dan Putih?" tanya Athanasia dengan senyuman.

Felix nampak serius dan benar-benar memikirkan kata-katanya untuk menjawab pertanyaan Athanasia.

"Tuan Putri adalah yang paling imut diseluruh daratan" ucapnya yang sedikit menggegerkan si kembar.

'Tidak perlu pakai skala sebesar itu juga sih..' batin keduanya kompak.

Saat hendak berbicara lagi, Claude dengan cepat memotongnya dan menyuruh Felix menjauh sepuluh langkah dibelakang.

#PoorFelix
#SaveFelixfromClaude

Beberapa detik selanjutnya, Claude mulai melangkah ditemani hiruk-pikuk suasana tenang luar istana, yang membuat ketiganya sedikit relax sekarang.

"Apa kalian suka penyihir itu menjadi teman bicara kalian?"

"Kalau tak menyukainya, akan kucarikan anak lain"

Si kembar menatap Claude bersamaan.

"Kami suka Felix dan kakak penyihir"-(Name)

"Lebih suka lagi karena mereka adalah teman yang ayah kirim"-Athanasia

"...."

"Baiklah.. Kalau itu yang kalian mau" Claude awalnya mengelus surai Athanasia tapi kemudian ia dengan cepat mengangkat (Name) dan menggendongnya juga membuat sang empu sedikit terkejut.

"Ayah.. Aku sayang ayah.." ucap (Name) lalu menenggelamkan kepalanya dicuruk leher Claude seraya tersenyum lembut.

"Aku juga.." sambung Athanasia.

***

(Name) pov on

Beberapa hari kemudian aku dan kakak mendengar kabar bahwa Izekiel sudah berangkat ke Arlanta.

Padahal ia menyuruhku untuk menunggu..

Brakk!!

Aku memukul kasar meja yang berada didepanku, membuat Lucas, kakak, dan juga Phell terkejut.

Tidak..

Aku tidak boleh kalah dalam pengetahuan, entah itu sekarang ataupun nanti!! Kakak juga melakukan hal yang sama ketika aku menceritakan apa yang terjadi dikediaman paman putih waktu lalu.

"Tidak bisa begini! Aku harus belajar, lagi, lagi dan lagi!!" seru kami berdua bersamaan.

Kulihat Phell dan Lucas menatap heran kearahku dan juga kakak.

"Princess, belajar lagi? Secukupnya saja"

"Kau juga. Tidak perlu berlebihan"

Tidak. Ini masih belum apa-apa..

___
Sabtu, 4 juni 2022






𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐰𝐢𝐧𝐬 || 𝓦𝓱𝓸 𝓜𝓪𝓭𝓮 𝓜𝓮 𝓐 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼Where stories live. Discover now