06

3K 451 7
                                    

"U-Uwaakhh.. (N-Name)!!"

Baik Athanasia maupun (Name), keduanya tercebur kedanau bersamaan. Panik dengan apa yang terjadi Athanasia mencoba meminta pertolongan pada Claude dengan berteriak.

"T-Tolong!!"

Bagai berteriak pada angin, Athanasia diabaikan pria itu.

'Benar-benar gila! Dia memang ingin membunuh aku dan (Name)!!!'

Mencoba mencari keberadaan sang adik Athanasia kembali berteriak panik. "(Name)!! Kau d-diman--- huwaaaa!!!"

Tiba-tiba Ia ditarik kedasar danau oleh sesuatu.

'T-Tolong.. siapapun.. (Name)..'

Disisi (Name)~

"Ngh.. kakak.." gadis kecil itu tersadar. Ia tidak berada didalam air melainkan diruangan bernuansa hitam putih yang terasa sangat familiar baginya.

Ia tak pernah melihat ruangan itu dan bahkan tidak tau ia dimana.

Mencoba mencerna keadaan "Eh! Kakak dimana!??" Ia teringat akan kejadian jatuhnya sang kakak dan dirinya didalam danau.

"Kakaaaak!!" Teriaknya.

"....."

Tak ada jawaban. Hanya suara pantulan teriakannya yang terdengar menanggapi gadis kecil itu.

Berjalan mencari jalan keluar, (Name) berlari menuju pintu diruangan itu seraya berusaha memikirkan caranya kembali pada Athanasia dan Claude.

Plak!

Kakinya berhenti seketika.

Iris merah permata miliknya menoleh kesamping dan mendapati dirinya yang lain ditampar oleh sekelompok pria. Ia terkejut bukan main. Apa ini time travel? Tidak. Tidak mungkin. Pikirnya.

Ia bersembunyi dibalik meja kecil didekat ruangan itu seraya memperhatikan apa yang selanjutnya akan mereka lakukan pada dirinya yang lain itu.

Atau kita sebut saja.. Camellia.

Tubuhnya lebam dan ada banyak tanda menjijikan disana. Iris kemerahan miliknya tak bersinar. Dan ia nampak berantakan sekali.

Gyur!

Salah satu pria di situ menguyurnya dengan air. Menjambak rambutnya, dan menariknya kesembarang arah.

"Bagaimana hm?~ apa kau sudah memuaskan si babi tua itu?~"

"Yah.. Kurasa sudah. Buktinya kau kembali dengan setumpuk uang itu"

(Name) gemetar hebat mendengar ucapan pria itu. Ia masih tidak ingin hal itu terjadi padanya. Otaknya blank tak mampu berpikir jernih, ia ketakutan dan rasanya ia seperti dicabik-cabik.

Ia bertanya-tanya kenapa ini harus terjadi padanya, kenapa harus dia?

Tiap inci tubuhnya sudah terasa sangat kotor, ia sudah dinodai berkali-kali oleh pria brengsek yang bersenang-senang atas itu.

"Besok, kau harus melayaninya lagi. Ia pelanggan penting"

"Tapi sebelum itu, kau juga harus melayani kami"

Tawa mereka memecah, hasrat nafsu tak bisa di tahan kala melihat tubuh sang gadis.

Bruk!

Tubuh gadis itu dibanting ke atas meja, membuatnya meringis merasakan sakit.

Wajah mereka tergambar sangat senang karena sebentar lagi akan menikmati kenikmatan duniawi. Tanpa aba-aba mereka mulai membuka pakaian yang dikenakan Camellia dan mencabulinya.

𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐰𝐢𝐧𝐬 || 𝓦𝓱𝓸 𝓜𝓪𝓭𝓮 𝓜𝓮 𝓐 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼Kde žijí příběhy. Začni objevovat