Sepanjang jalan menuju toilet, mulut Aming gak berhenti ngedumel. Dia kesel sama pemuda jangkung itu. Emang harus banget ya dia bicara gamblang di depan teman-temannya? Cih! Aming berdecih mengingat kejadian tadi.
Aming mencuci wajahnya berkali-kali guna meredamkan amarahnya. Sambil liat ke arah cermin Aming menunjuk dirinya sendiri,
"Lu itu ganteng! Manis lagi. Emangnye si Yuda, modal jangkung doang, ganteng mah kagak."
Lagi-lagi pemuda itu membasuh wajahnya. Dan detik berikutnya, dia ngelakuin hal yang sama.
"Gua tau Na gua kagak bisa se-berani Yuda. Tapi lu harus tau Na, gua demen sama lu jauh sebelum Yuda kenal sama lu! PEKA KEK BONCEL, aelah! Kalo gua mau, gua jadiin dah lu bahan tumbal buat proyek," kata Aming sambil sesekali menjambak rambutnya. Benar-benar stress!
Ketika sudah merasa puas mengeluarkan unek-uneknya, dan Aming yakin gak ada satu orang pun di dalam toilet itu, Aming mutusin buat balik kelas.
Namun, baru saja lima langkah kaki Aming melangkah, dari arah belakang...
"Siapa yang lu bilang modal jangkung doang?"
Seketika langkah Aming terhenti. Matanya auto melotot, kaget ketika mendengar suara itu mengalun. Aming menghembuskan napas sebentar, lalu berbalik. Mungkin ini saatnya!
Seraya celingukan bak orang dungu, Aming enggan menatap Yuda di depan sana. "kayak ada yang ngomong tapi wujudnya kagak ada, hih! Angker juga ni sekolah,"
Yuda tersenyum miring yang jelas hal itu tidak dilihat oleh Aming. "pantes Deluna gak pernah lirik lu, dongo begitu. Mana mau dia,"
Kalimat itu sukses menarik atensi Aming, netranya menyorot tajam. "maksud lu apa?"
"Ayolah Ming! Apa lu kagak capek jadi pengecut mulu? Sosoan sembunyi dibalik kata 'temen'. Kalo demen ya speak jangan diem-diem aja kerjaan lu, nanti beneran taken ame gua, nangis." Ledeknya.
"Tau apa lu soal gua? Ini bukan urusan--"
"JELAS, INI SEKARANG JADI URUSAN GUA!" lantang Yuda dengan mata melotot. Emosi dia liat kelakuan Aming, sumpah!
"Kenapa jadi urusan lu?" Aming sebisa mungkin gak kepancing sama Yuda.
Kalem Ming
"Sekarang bukan lagi soal siapa yang duluan kenal Deluna, Ming. Ini soal seberapa lakiknya lu! Bisa enggak lu ungkapin perasaan lu ke si bantet?"
Aming mematung...
"Nah diem kan, lu? Dasar beti!" ucap Yuda dengan menubrukan bahunya ke bahu Aming lalu melenggang pergi.
Tangan Aming terkepal kuat, sampai urat-urat hijau itu tercetak jelas. Dia gak terima dikatain, apa katanya, beti? Dan sepertinya keberuntungan sedang ada dipihak Aming. Di samping tempatnya berdiri, ada sebuah botol plastik. Diambilnya botol itu lalu dia layangkan ke arah target,
"WOY KUDA! RASAKAN INI!"
Botol itu melayang... dan,
Duk!
Mendarat sempurna dikepala paripurna seorang Harta Yudana. Langkah kaki lebarnya pun spontan terhenti. Yuda berbalik dengan dada naik-turun.
Sementara Aming sudah terpingkal di belakang sana. "yahh... kena! Kepala kuda atit ya? Utututu ke UKS, mau?"
"ORA SUDI! KALO LU GAK TERIMA GUA KATAIN BENCONG (banci) TITI*TAN, YA LU NGOMONG LANGSUNG KE ORANGNYA, BEGO!"
Sial! Lagi-lagi emosi Aming terpancing kala Yuda mengatainya beti alias bencong titi*tan.
YOU ARE READING
Dari pintu IPS || 97L
HumorDari pintu IPS kita bakal nemuin sekumpulan human random yang punya cerita hidupnya masing-masing. Dari yang gak jelas, sampe ke yang lebih gak jelas ada disini! ---------------------- Warning! ⚠️Terdeteksi bahasa tidak baku ⚠️Jarinya gausah jail, b...
