rumah baru

11.3K 734 18
                                    


Follow ig aku auliyaawulan

Ada saat ketika kita haru memilih antara membalik halaman atau menutup buku 



Selamat membaca.

Jam dua siang, Famyan maupun Azkiya sudah siap untuk pulang ke rumah barunya. Azkiya membawa satu koper dan satu tas berisi buku buku penting untuk kuliah.

Famyan dan Azkiya tampak serasi padahal usia mereka terbelit 6 tahun, tetapi tetap menjamin keserasian nya. Yang cowok tampan dengan outfit celana panjang  di padukan dengan kemeja panjang berwarna biru muda, sedangkan yang cewek cantik dengan outfit gamis berwarna abu di padukan dengan hijab berwarna coksu.

Bahkan Rahman, Halimah beserta Kirana nampak kagum dengan ciptaan Allah yang tidak pernah gagal.

"Azkiya pamit ya, Uma, jaga diri baik baik, Kiya bakal kangen banget sama Uma." Ujar Azkiya lalu memeluk sang muara kasih yang melahirkan serta merawatnya.

"Iya sayang, jaga diri baik baik di sana, jangan nakal, jangan bantah sama suami kamu, jadi istri yang nurut, oke?" 

Azkiya mengangguk dengan tetesan air mata yang membasahi pipi nya.

Serasa cukup, Azkiya melepas pelukannya, lalu beralih menatap Kirana yang diam diam juga meneteskan air mata.

"Kakak." Panggil Azkiya.

Tanpa aba aba, Azkiya langsung memeluk tubuh Kirana.

"Kakak bakal kangen sama kamu, Kiya. Pasti rumah bakal sepi tanpa kamu,"

Kirana melepas pelukannya lalu menatap dalam manik mata indah milik Azkiya.
"Jaga diri baik baik di sana ya, sering sering pulang ke rumah."

Azkiya mengangguk seraya tersenyum.

"Ayo keluar, Aba sama suami kamu udah nungguin tuh di depan," ujar Syifa.

Kirana mengangguk pelan, "Ayo, jangan sedih terus."

"Kakak juga gak boleh sedih kalau Kiya pergi,"

"Udah, ayo Kiran, Azkiya!"

......

Selama perjalanan, Azkiya terus saja terdiam, begitupun juga Famyan, ia tidak tau harus berbicara apa.

"Jangan nangis terus," ujar Famyan.

"Aku gak nangis kok,"

"Gak nangis tapi keluar air mata, iya kan?"

"Gus tau aja."

Famyan terdiam saat mendengar istrinya sendiri memanggil dirinya dengan sebutan gus.

"Kamu panggil saya apa tadi? Gus?"

"Iya, kata Aba, kamu anak dari pemilik pesantren di kota ini, dan anak dari pemilik pesantren itu kan setau aku sering di panggil nya gus." Ujar Azkiya.

"Tapi saya suami kamu, bukan gus kamu."

deg.

Azkiya menatap Famyan, mengapa Azkiya merasa senang saat Famyan mengakui istrinya.

"Tidak sepantasnya kamu sebagau istri saya memanggil saya gus, apalagi di hadapan keluarga saya,"

"Terus mau di panggil apa?" Tanya Azkiya.

"Ya terserah kamu aja, yang terpenting berbeda dengan yang lain."

Azkiya menempelkan jari telunjuk ke dagu, seolah berfikir.

"Gimana kalau mas?"

"Udah banyak yang manggil saya mas." Jawab Famyan.

"Hmmm."

Gus Tampan Imamku Where stories live. Discover now