Mengenang

15.3K 864 26
                                    

Cerita ini versi baru, kenapa aku memilih buat ganti beberapa alurnya? karena bagiku ada beberapa part yang kurang masuk akal dan gak nyambung.

Semoga kalian lebih suka versi yang baru ini yaaa

Selamat membaca..

Maaf jika banyak typo bertebaran di mana mana, maaf jika bahasanya kurang nyaman untuk di baca.





Barang siapa yang bersungguh-sungguh berjalan pada jalannya maka pasti ia akan sampai pada tujuannya.



Selamat membaca.

"Gue keluar dari geng ini," lirih seorang laki laki sembari melepas jaket kebanggaannya selama ini.

"Gak bisa gitu dong bas, lo yang buat geng ini, dan lo malah keluar sendiri! Maksud lo gimana sih?"

"Gue mutusin buat masuk pesantren, gue khilaf," ujarnya jujur.

Semuanya yang mendengar menjadi terdiam dan terkejut.

laki laki dengan panggilan Abas itu, menaruh jaket miliknya di meja, tengah tengah antara mereka.

"Maafin gue, kalau selama ini gue kurang adil saat jadi ketua,"

"Gue gak terima!" Sentak Reynan sahabat Abas.

"Lo boleh aja mengundurkan diri jadi ketua, tapi lo gak boleh keluar dari geng ini!"

"Lo gak mikirin perasaan Laksa di sana? dia pasti kecewa banget sama lo bas,"

Abas menunduk, saat mendengar nama sahabat yang paling ia sayangi, sebenarnya ia merasa bersalah pada Laksa, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah pilihan yang tepat.

"Maaf."

"Sampai kapan pun lo akan tetap menjadi pahlawan kita, walaupun posisi lo bukan lagi seorang ketua."

Tes.

Air bening jatuh membasahi jaket hitam yang ia genggam. Seorang laki laki dengan pakaian yang berubah drastis, tidak seperti beberapa tahun lalu.

Ia semakin terlihat tampan dengan casual sarung dan kemeja putih yang melekat di tubuh tingginya.

"Aku merindukan kalian semua,"

"Apa kabar?"

"Semoga kita bisa bertemu suatu saat nanti."

"Kamu pembunuh Abas!!"

"Saya benci sama kamu!"

"Maaf - maafin aku bunda, aku - aku telat jemput Lili,"

"Jangan panggil saya bunda lagi! Saya tidak sudi berhubungan dengan pembunuh seperti kamu!"

"Gara gara kamu, Lili kecelakaan dan lihat! Lili pergi ninggalin kita semua! Itu semua karena kamu Abas!"

Tubuh Abas bergetar hebat mendengar suara lantang dari seorang wanita paruh baya yang ia anggap seperti ibu sendiri.

"M-aa-fin Abas, bunda. Abas menyesal."

"MAAF TIDAK BISA MENGEMBALIKAN LILI KE DUNIA LAGI ABAS, JADI SUDAH CUKUP KAMU MEMINTA MAAF PADA SAYA, ITU SEMUA TIDAK BERGUNA!!"

"Dan satu lagi! Jangan panggil saya bunda, saya bukan bunda kamu!"

"Bunda..." Teriak bocah laki laki berlari menghampiri Abas.

Gus Tampan Imamku Where stories live. Discover now