Sehun Pov

13.2K 454 18
                                    

Ikatan yang telah kita bina ini, aku harap kita jaga sampai kita menutup mata. Tak peduli bagaimana sakitnya hati ini. Tapi aku tak ingin memutuskan ikatan ini, selamanya.

Loop

Main Cast: Oh Sehun, Luhan.

Gendre: Frendship, Romance Hurt/Comfort

Ret: T

Ooc, typo, cerita acak kadul.

Happy Reading

Aku, seorang anak yang tak percaya dengan apapun itu. Aku hidup dalam kesendirian dan tak akan pernah percaya yang namanya ikatan. Ikatan persahabatan dan cinta bagiku semua hanyalah omong kosong belaka. Banyak yang mengatakan sebuah ikatan yang terjalin antara manusia itu sungguh kuat, sulit untuk di putuskan tapi satu hal, itu semua dapat terwujud apabila saling percaya, dan tulus. Semua itu berlandaskan 'Cinta Kasih' Kasih dan cinta dua makna bagai suatu rangkaian kata yang utuh, kuat, dan teguh.

Tapi bagiku itu semua tak berlaku. Cih! hatiku sudah mati, mungkin berkarat. Yang ada sekarang hanyalah kebohongan belaka. Semua itu tak ubahnya sebuah janji palsu. Apa artinya cinta jika ada perceraian, apalah arti kasih sayang, jika ada kekerasan, apalah arti persahabatan jika ada musuh dalam selimut. Semua itu hanyalah kata-kata konyol 'bullshit' bohong belaka.

Aku yang terlahir dari keluarga seperti itu merasa semua ini hanyalah omong kosong belaka. Aku seorang anak kecil yang sudah tahu akan kejamnya dunia ini. Aku muak dengan semua itu.

Ayah yang tidak bekerja, hanya bisa mabuk-mabukan. Ibu yang bekerja membanting tulang demi aku dan ayah. Aku merasa kasihan kepada ibu. Aku yang hanya bocah kecil tak dapat melawan ayahku. Tubuhku sering merasa sakit jika ayahku mengamuk. Aku merasa ingin membunuh ayahku sendiri. Tapi apa daya, aku hanyalah seorang anak kecil yang tak bisa apa-apa.

.
.
.
.

Keesokan paginya aku melihat ibuku sudah bangun dan menyiapkan hidangan di meja makan. Ditambah beliau sudah menyiapkan bekal sekolahku.

"Sehun sayang cepatlah mandi, lalu sarapan. Eomma tidak mau kau nanti lapar di dalam kelas." Ujarnya. Aku hanya bisa mengangguk patuh. Hanya perkataan ibu yang aku pedulikan, sebab aku tahu bagaimana menderitanya beliau ini. Ia harus hidup dengan pria macam ayah. Aku merasa bagai makan buah simalakama. Disatu sisi ia telah menyakiti kami, sedangkan disisi yang lain ia adalah ayahku. Dia orang yang telah membuatku terlahir dan hidup didunia ini.

Setelah aku siap, dan nampaknya ayah masih teler karena semalam dia mabuk berat. Sebab di meja makan yang kecil ini aku tak melihat dia. Aku sudah selasai sarapan ku putuskan untuk menuju sekolah.

.
.
.
.

Aku berjalan menuju gerbang sekolah tapi aku melihat sebuah mobil hitam metalik yang aku yakini sangat mahal berhenti di depan gerbang sekolahku. Aku sempat melihat seorang murid, sama denganku. Ia mencium seorang pria dewasa yang diyakini ayahnya.

"Appa, Lulu keluar dulu ya... Annyeong." Ujarnya. Setelah itu dia keluar dari mobil, kemudian melambai pada seorang didalam mobil yang adalah ayahnya.

Aku kadang merasa iri dengan anak itu. Dia adalah seorang anak yang kalau kau perhatikan sangat manis, dan juga imut. Banyak anak-anak bahkan guru-guru disini juga menyukainya. Ia bahkan tampak sempurna, pandai, cerdas, baik, kaya. Bagaimana tak ada yang tak suka padanya.

"Duk!"

"Cih! kalau jalan lihat-lihat donk! Dasar miskin." Ujar salah satu teman sekelasku. Aku marah sangat marah. Tapi aku tidak ingin melawan. Aku tidak ingin jika orangtuaku dipanggil oleh pihak sekolah. Pernah waktu itu aku memukul salah satu teman kelasku yang mengajekku miskin, bodoh dan juga tak sederajat dengan mereka 'anak-anak yang berada.' Aku tahu, aku masuk kemari karena beasiswa sebab aku salah satu siswa kurang mampu. Aku marah dan tak terima dan memukulnya sampai hidungnya patah-berdarah. Dan karena itu ibuku dipanggil oleh pihak sekolah. Aku di marahi oleh beliau, beliau menangis sambil memarahiku. Melihat airmatanya yang mengalir dengan derasnya membuatku merasa bersalah.

LOOP (HUNHAN)Where stories live. Discover now