𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝒘𝒓𝒐𝒏𝒈☼︎

Start from the beginning
                                        

"Gimana nggak sukses kalo Oma sekolahin onti setinggi mungkin, sedangkan bunda cuman lulusan SD." Caramel menatap Susi sinis.

"Kamu nggak sopan. Hati Oma sakit denger kamu ngejawab terus."

Cih, drama!

"Kalo gitu hati bunda juga sakit dibanding-bandingin terus," balas Caramel dengan smirk samar.

Dasar nggak tau trimakasih!

"Jangan pernah banding-bandingin mereka, kalo nyatanya Oma nggak bisa ngasih pendidikan yang sama! Kalo Oma nggak mau yaudah, buang aja, tapi jangan pernah hina-hina bunda."

Setelah mengatakan itu, Caramel pergi meninggalkan Susi dengan segudang rasa geramnya.

Tanpa menunggu lama, Susi mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Ia akan memarahi Lova karena telah salah dalam mendidik Caramel.

Satu kali suara dering tersambung, panggilannya langsung terhubung.

"Halo, Ma..."

"Kamu lagi apa?"

"Lagi tiduran, nih."

"Pantesan cepet ngangkat telponnya. Lov, kenapa Amel sekarang kurang ajar? Pasti ajaran dari kamu. Kamu kalo jadi orang tua harusnya ngasih ajaran yang bener, Lov."

masih dapat Susi dengar, di seberang sana, Lova yang sedang tiduran mengubah posisinya menjadi duduk.

"Memangnya dia ngapain?"

"Tanya aja sendiri. Malu-maluin."

Tut!

Panggilan yang tak lebih dari lima menit itu terputus sepihak.

****

Lova memejamkan matanya, mengatur nafasnya yang mulai memburu karena malu mendapat teguran tak enak dari ibunya.

"Buat ulah terus."

Lova berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Jika kata Susi ajarannya selama ini kepada Caramel salah, maka sekarang ia akn langsung mengajarkan Caramel dengan benar.

"Tadi kamu ngomong apa sama Oma, Mel?" tanpa basa basi Lova langsung bertanya pada intinya.

Caramel yang baru saja ingin duduk jadi mengurungkan niatnya. "Banyak, Bun," jawab Caramel santai lalu mendaratkan bokongnya pada sebuah kursi pelastik.

Tak tahu kah dirinya bahwa bahaya sedang mengincar?

Mata Lova terpejam. Setelah membuat dirinya malu, kini Caramel dapat menjawab pertanyaannya dengan tenang. Kini Lova sadar, hari kemarin adalah kesalahan besar karena ia telah berbaik hati ingin meminta maaf.

"Kamu memang selalu mengecewakan, Mel."

Semula Caramel bisa duduk dengan tenang dan bernafas normal, kini seluruh otot pada tubuhnya menegang.

Oma ngadu ke Bunda?

"Amel cuman belain Bunda."

"Dapet hasil apa kamu belain Bunda? Nggak ada, kan? Malah yang ada gara-gara kamu Bunda jadi malu," ujar Lova pelan, namun penuh penekanan.

"Amel selalu salah ya, di mata Bunda. Padahal Amel cuman nggak mau masakan Bunda dikatain nggak enak."

Lova menarik kursi pelastik yang sedang Caramel gunakan untuk duduk, hingga membuat Caramel terduduk di lantai dengan keadaan tak siap.

Lova mematahkan kaki kursi tersebut. "BIARIN!"

"BIARIN AJA, MEL! KAMU NGGAK PERLU REPOT-REPOT NGEBELAIN BUNDA DAN BERUJUNG BIKIN BUNDA MALU!"

Dengan sekali pijakan kuat, kursi yang beberapa detik lalu masih Caramel duduki kini telah rusak.

Caramel bangkit dari duduknya. "Tapi Bunda dihina!" Tanpa sadar Caramel menaikkan intonasi bicaranya.

Tangan Lova yang sejak tadi sudah panas dan gatal kini terangkat cepat, siap melayangkan sebuah tamparan.

Sedang Caramel sudah menutup mata, bersiap mendapatkan curahan sayang dari bundanya melalui sebuah pukulan.

Marah tandanya sayang. Bunda marah karena aku salah, bunda marah karena masih perduli.

Caramel membuka matanya, sepertinya hari ini ia tidak akan mendapatkan sebuah pukulan-

"Mengecewakan, memalukan. Ya kamu."

Melainkan sebuah definisi dirinya di mata Lova. Kini air mata Caramel bergulir semaunya tanpa bisa dicegah, layaknya tahanan yang ingin lepas dan bebas.

Mata berembunnya ia sorotkan pada Lova yang kini lagi-lagi menatapnya nyalang. "Kenapa Bunda nggak jadi pukul Amel?" tanya Caramel menantang.

"Pukulan yang Bunda kasih, seminggu dua minggu bakalan hilang, tapi ucapan Bunda barusan... Amel nggak tau kapan Amel bisa lupain itu."

Caramel meraup oksigen serakah melalui mulutnya, lagi-lagi ia merasakan sesak yang sama.

"Amel ini anak Bunda, jadi wajar Amel belain Bunda. Tapi kalo memang itu salah, Amel minta maaf. Amel cuman nggak suka bundanya Amel dibanding-bandingin."

Tbc.

Mohon maaf lahir dan batin, Ges!🙏🏻

I'm okay (END)Where stories live. Discover now