Prolog

126K 11.1K 4.2K
                                    

Kok bisa ketemu cerita ini?

(Btw ini pertama kalinya aku nulis cerita ginian jadi kalau ada salah koreksi langsung di tempat ini ya, biar aku baca terus langsung perbaiki bagian salahnya.)

"Bismillahirrahmanirrahim"

*/*

Hiro Nicholas

(tidak pernah bersosialisasi, cara bicara mengikuti KBBI, kelakukan kayak bayi, sayang banget sama Mama-Papa)

(tidak pernah bersosialisasi, cara bicara mengikuti KBBI, kelakukan kayak bayi, sayang banget sama Mama-Papa)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oliver Wiliam

(Lumayan galak, aslinya baik kok, meski rada keras kepala. Sayang sama Hiro, tapi gengsi kalau disuruh ngaku.)

Dr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dr. Elios Nolan
(Papa kandung Oliver, Papa angkat Hiro. Otak mini, akhlak gak terdeteksi. Dari mukanya udah ketauan kalau dia bakal jadi pemancing emosi)

 Dari mukanya udah ketauan kalau dia bakal jadi pemancing emosi)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dr. Lacey Kaluna
(sebelas dua belas sama suaminya di atas)

 Lacey Kaluna(sebelas dua belas sama suaminya di atas)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*/*

"Bagaimana dengan dosisnya?" Seorang pria berkacamata bertanya kepada wanita yang sedang meneliti benda cair di hadapannya.

"Sangat tinggi." Perempuan berambut hitam itu menoleh ke arah suaminya. "Sesuai permintaan, bisa membunuh manusia dalam waktu lima menit."

Pria itu tersenyum. "Kamu yakin?"

Wanita itu mengangguk mantap sembari menyedot cairan tersebut dengan sebuah jarum suntik. Ia memandangnya beberapa lama. "Aku akan menunjukkan padamu, apa jadinya jika racun ini masuk ke tubuh manusia."

"Aku sudah tidak sabar." Elios kembali tersenyum. "Apakah kita akan menemui Hiro kita sekarang?"

"Tentu saja."

Lalu keduanya keluar dari sana dan menuju sebuah ruangan di mana seorang cowok berusia tujuh belas tahun berbaring. Dinding tempat itu putih, lengkap dengan peralatan rumah sakit di dalamnya. Elios dan Lacey sengaja membuat ruangan ini seperti di rumah sakit, khusus untuk mengobati Hiro yang keracunan obat-obat gila yang mereka ciptakan.

Saat ini, anak itu sedang berbaring di atas ranjang sambil memandangi EKG yang menunjukkan detak jantungnya. Seminggu lalu, dia hampir mati usai dicekoki racun ciptaan orang tuanya. Ia berharap, hari ini pasangan itu tidak bereksperimen lagi.

"Bagaimana kondisi kamu, Hiro-nya Papa?"

Hiro tersentak mendengar suara Elios di ruangan itu. Dia menoleh, lalu merubah posisi menjadi duduk saat mendapati orang tuanya berdiri di hadapannya.

Lacey mendekat. Lalu duduk di sebelah Hiro. Ia menggenggam tangan anak angkatnya sangat lembut. "Mama punya obat baru hari ini."

Hiro terdiam. Jelas sekali jika dia ketakutan.

"Kamu akan baik-baik saja Hiro, Papa akan menyembuhkan kamu lagi setelah ini."

Hiro terus diam dan menurut saat Lacey menuntunnya berbaring. Pandangan Hiro lurus ke depan, tidak mau menatap jarum suntik di tangan Mamanya.

Pemuda itu memejamkan mata rapat-rapat kala sang Mama menyuntikkan obat itu tepat di lehernya. Tangan Hiro terkepal, napasnya mulai tercekat, suara EKG yang tadinya normal kini berubah menyeramkan, matanya terbuka lebar, jemarinya meremas seprai putih hingga kusut. Hiro tidak bisa bernapas, sakitnya tidak terdefinisi.

Senyuman Elios dan Lacey terukir lebar melihat tubuh Hiro mulai kejang dengan mulut memuntahkan banyak sekali darah. Seketika, pipi dan leher Hiro dipenuhi cairan pekat merah itu.

"Kamu hebat Lacey." Elios mencium kening istrinya. "Tuan Fedrik bisa membunuh Direktur utama yang sakit-sakitan itu dalam sekejap."

"Tentu saja, dia sudah membayar mahal untuk obat ini."

"Kamu harus membagi hasilnya bersamaku."

"Aku akan memberikan semua padamu."

"Aku hanya bercanda, sekarang kita harus mengurus anak kita dulu. Kita masih punya dua menit untuk menyelamatkannya."

Lacey mengangguk sekali, lantas mendekati Hiro sembari menaikkan lengan bajunya. Dia mengambil kain putih untuk membersihkan darah di mulut dan leher anak itu. Sedangkan Elios menyiapkan masker oksigen yang kemudian ia pasangkan di depan mulut anaknya. Satu tangannya memegang bag seraya memompa udara, sementara tangan yang lain dia gunakan untuk memegang masker. Telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf C, sisanya memegang rahang bawah sambil membuka jalan napas.

"Keadaannya sangat lemah, racun itu bekerja sangat cepat," ucap Lacey sambil menyuntikkan sesuatu di lengan Hiro. "Hiro perlu waktu sedikit lebih lama untuk kembali pulih. Setelah itu dia akan baik-baik saja. Aku sudah menyuntikkan penangkal racunnya. Aku akan terus memantau keadaan Hiro mulai hari ini."

Elios menarik napas lelah, tatapannya tertuju pada Hiro yang terlelap dalam rasa sakit. Ia usap kepala anak itu pelan, lembut seakan penuh kasih sayang. "Kalau orang lain di posisi kamu, mereka sudah mati sejak lama."

"Iya, tidak semua orang sekuat Hiro. Bahkan Oliver sekalipun," tambah Lacey sepakat.

Mereka sama sekali tidak pernah tahu jika yang baru saja disebut namanya, sedang mengintip dari celah pintu dengan mata berkaca-kaca. Oliver, putra kandung mereka. Yang selalu mengutuk diri sebab terlahir sebagai anak dari Elios dan Lacey. Dua manusia bejat yang tidak akan berhenti menyiksa Hiro sebelum pemuda itu mati.

***

[Sebenarnya aku punya cerita lain yang ingin aku publish dari lama tapi malah cerita ini yang dipublikasikan lebih dulu wkwkwk. Padahal idenya spontan aja tadi.]

Doain aku konsisten sampai cerita ini tamat ya:)

Aceh, 1 Mei 2022

Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)Where stories live. Discover now