4. Menjemput Najla

659 117 2
                                    

"Omaaaaar!!!"

Suara Abi yang menggelegar sampai ke kamar Omar membuat Omar terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam weker di nakas yang munjukkan pukul delapan pagi.

Kemudian pintu kamar dibanting terbuka dan menampilkan sosok Abi masuk ke dalam kamarnya.

"Bangun kamu, Omar!" Abi kelihatan marah besar.

Omar berusaha bangkit dan sadar dari mimpi indahnya dipeluk Jihan.

"Ada apa sih, Bi?"

"Ini, karena ulah kamu!" Abi melempar secarik kertas ke hadapan Omar.

Lelaki itu segera membacanya.

Assalamualaikum, Abi dan Umi.

Terima kasih banyak sudah mau baik dengan Najla, memberi Najla tumpangan tempat tinggal, dan menerima Najla seperti anak sendiri. Ternyata cari kerja di Jakarta itu sulit ya, Bi, meski Najla punya basic, hehehe.

Maaf, kalau selama ini Najla selalu ngerepoti Abi dan Umi. Maaf, kalau selama ini Najla banyak kurang, kesalahan, dan khilaf. Najla akan balik ke Indramayu dan tinggal bersama Budhe untuk sementara waktu sambil menunggu panggilan kerja.

Lain waktu, Najla pasti akan mengunjungi Abi dan Umi lagi.

Salam, Najla.

"Perempuan itu pergi?" Omar menatap Abi dan Uminya. "Hubungannya dengan aku apa? Bagus dong, kalau dia pergi. Berarti, dia nggak ingin hidupnya bergantung pada kita."

"Apa yang sudah kamu lakukan pada Najla?" Abi berkacak pinggang, melototi Omar dengan tajam.

"Loh, memangnya apa yang aku lakukan?"

"Abi lihat dari CCTV, terakhir kali Najla bertemu kamu dan kamu membawanya pergi. Kamu bilang apa dengan Najla sampai Najla pergi tanpa pamit dulu dengan Abi dan Umi?"

SHIT!

CCTV SIALAN!

Omar diam, ia hanya menghela napas gusar.

"Saya mau kamu bawa Najla kembali ke rumah ini," kata Abi membuat Omar membelalakkan matanya.

"Kenapa harus dibawa kembali, kalau dia merasa nggak betah di rumah ini, Bi?

"Kamu yang bikin dia nggak betah. Jangan bikin Abi merasa bersalah dengan Alm. Ayahnya. Dulu Alm. ayahnya sangat baik kepada Abi. Perusahaan kita nggak akan berjalan tanpa support dari Alm. Ayah Najla."

Omar menyeringai hambar. "Jadi ini balas budi?"

"Abi nggak ingin mendengar ocehan kamu. Kalau kamu tidak segera membawa Najla kembali, maka Abi nggak akan segan-segan memberi jabatan kamu kepada Sabian."

What The—

"Abi, kenapa—"

"Abi tunggu." Abi memotong pembicaraan Omar, lalu berlalu dari kamar Omar.

Omar terlihat kesal dan melempar jam wekernya ke lantai.

"Sialaaannnn!!!"

Omar mengambil ponsel dan menghubungi Ragan. "Gue mau lo cari Najla, sekarang!!!"

***

"Pak, saya menemukan Mba Najla di terminal Bus," sahut Ragan setelah mereka tersambung melalui telepon.

"Lo tahan dia, jangan biarin dia pergi. Gue akan ke sana secepatnya."

"Baik, Pak."

Mobil Omar melaju kencang membelah jalanan menuju terminal. Jangan sampai, hanya karena kehilangan Najla, Omar juga kehilangan jabatannya.

Bukan Imam ImpianWhere stories live. Discover now