1. Omar dan Patah Hati

1.8K 212 13
                                    

"Jihan Anastasya, satu-satunya model Indonesia yang terpilih menjadi model runway di Paris Fashion Week 2021. Sebelumnya Jihan juga sempat membintangi beberapa iklan dan sinetron di Indonesia. Jihan juga dikabarkan tengah berpacaran dengan  anak pengusaha terkenal Jamal Fawaz Emran, pemilik dari The Emrans. Yaitu Omar Fawaz Emran. Yang terkenal sebagai Pangeran tampan."

Omar terkekeh geli sambil mematikan televisi. Ia senang mendengar berita yang akhir-akhir ini membicarakan tentang hubungannya dengan Jihan yang kian dekat. Kendati demikian, mereka hanya bersahabat sejak taman kanak-kanak. Tapi sepertinya, media sudah merestui hubungan mereka. Meski, Jihan tetap menganggap hubungannya dengan Omar hanya sebatas sahabat.

"Lo lihat kan, berita yang beredar?" Omar bicara pada Ragan—sekretaris sekaligus asistennya—yang sejak tadi berdiri di sampingnya dan ikut memperhatikan televisi. Omar memang suka memanggil asistennya itu dengan sebutan lo-gue. Mungkin juga karena mereka seumuran. Dan Ragan juga sudah bekerja dengan Omar sejak umurnya dua puluh lima tahun.

Nggak hanya sebagai asisten atau sekretaris. Tapi, Omar menganggap Ragan itu sebagai teman curhat, teman nongkrong, dan teman galau. Meski Ragan tetap saja bersikap sopan kepada Omar.

"Media bilang apa, si Pangeran Tampan? Gue?" Omar menunjuk dirinya sendiri. "Gue memang setampan itu, sih." Dia mengusap rambutnya ke belakang.

Sejujurnya Ragan ingin muntah mendengar tingkat percaya diri bosnya yang sudah masuk ke level seratus persen dan nyaris meledak. Tapi, apalah daya, Ragan tidak bisa menertawakan Omar dengan kencang karena dia hanya pekerja. Bisa-bisa, Ragan dipecat. Tidak hanya itu, mungkin juga dibunuh. Mengingat emosi Omar tidak stabil.

"Okey." Omar menghentakkan kaki sambil melirik jam tangan. "Waktunya ke bandara." Ia bangkit dari sofa. "Jihan sudah sampai?"

"Dua puluh menit lagi, Pak," jawab Ragan.

"Tolong kosongkan jalan. Kita harus segera sampai ke bandara. Karena kalau terlambat ... yah, lo tahu kan, gimana galaknya Jihan? Bukan cuma gue yang diterkam. Tapi, lo juga."

Ragan menuruti dan segera menghubungi seseorang untuk memberi pengawalan polisi pada mobil mereka yang hendak menuju bandara.

Omar berjalan dengan gagah bersama Ragan. Mereka keluar dari ruangan, mendapat banyak hormat dari karyawan lain yang membungkukkan badan.

Omar mengenakan sunglasses sebelum masuk ke dalam lift.

"Gimana penampilan gue?" Omar menatap kaca di dalam lift sambil memperbaiki penampilannya. "Kira-kira, Jihan masih kenal gue nggak, ya. Mengingat, sudah hampir tiga tahun kami nggak ketemu."

"Penampilan Anda tetap sama dari tahun ke tahun, Pak," jawab Ragan apa adanya.

Omar menatap Ragan jengkel.

Lalu pintu lift terbuka, Omar berjalan dengan cool dan penuh wibawa bersama asistennya—Ragan, si laki-laki yang tak kalah keren dari Omar. Hanya beda nasib saja. Kalau mereka berdua sudah berjalan di gedung perusahaan dengan pesonanya masing-masing, semua wanita yang ada di tempat kejadian langsung meleleh. Bahkan, banyak dari para wanita yang rela meninggalkan aktifitasnya demi menyaksikan dua pangeran Arab dan Korea ini lewat.

***
"Pak, banyak wartawan di luar," ujar Ragan ketika mobil mereka telah tiba di bandara.

Wartawan langsung berlari mengerumuni mobil Omar.

Sekali lagi Omar berkaca di kaca spion depan. "Gue udah keren, kan?"

"Sudah, Pak."

"Okey. Kita pertontonkan pesona kita di depan para wartawan."

Ragan keluar pertama kali dari mobil, lalu membuka pintu mobil Omar. Kilatan kamera ada di mana-mana, sedangkan Omar harus tetap tersenyum ramah agar foto yang ditangkap oleh para wartawan nggak tersebar jelek di media.

Bukan Imam ImpianWhere stories live. Discover now